Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2018

Kerja di kafe

Kemarin aku mencoba 'belagu' sok-sok'an pindah meja kerja ke kafe. Atau lebih tepatnya warung kopi. Ini bukan gayaku sih, tapi berada di Bogor, tempat yang jauh dari 'habitat' asliku di Solo, membuat aku harus berimprovisasi agar bisa bertahan di sebuah pekerjaan yang (hampir) setiap hari bergelut dengan gagasan. Sore itu aku benar-benar sudah muak  gara-gara gak nemu ide baru buat komik Si Amed, yang rencananya bakal.... ehem ..... tayang di lapak sebelah. Seharian itu aku  hanya berada di meja gambar. Hampir dari pagi sampai siang aku hanya bengong corat-coret random. Cuman nemu beberapa biji ide yang garing. Okelah, Memang harus pindah tempat. Semua semesta di dalam tubuhku sangat pandai menyampaikan pertanda bahwa aku butuh lingkungan baru untuk memantik beberapa pemikiran yang belum ketemu. Ya sudah, saatnya pergi ke luar. Awalnya aku berencana pergi ke taman rindang dekat Botani Square. Sebuah tas kecil berisi dompet, buku catatan, pensil, dan buku cerita ...

Komik Gue

"Kok komik yang gue bikin nggak masuk timeline? Payah tuh timeline gak ngakuin gue eksis!" *** Yaelah. Jangankan masuk timeline (dunia komik Indonesia), di katalog pameran aja judul komikku salah ketik . Ini semacam 'teguran' dari Tuhan kalau di 'dunia komik Indonesia' aku memang masih berupa kecambah.  Yuk berkarya! Berkarya sampai orang mengenalku tanpa kamu harus menjelaskan siapa dirimu. Berkarya hingga suatu saat hal-hal sepele semacam 'salah ketik' tidak membuat mood agak buruk sepanjang pembukaan pameran. Ah sial. Ternyata aku termasuk makhluk yang baperan. Berkarya sampai memahami konsep bahwa 'setiap karya memiliki jalan hidupnya masing-masing'. Entah menjadi mahakarya atau tertelan lini masa, siapa yang tahu? Setidaknya karya itu telah ada dan menjadi rekam jejak salah satu umat manusia. Salah satu umat manusia itu kamu. Kamu dan karyamu. Salah satu prinsip yang aku genggam beberapa tahun ini adalah mengenai pentingnya memaham...

Medsos-nya Mujix

Jika Facebook jadi diblokir, kalian bisa menemukan di beberapa medsos: 1. Twitter: @mujixmujix Tempat foto-foto apapun. Akun ini biasanya aku isi dengan gambar-gambar dokumentasi terkait dengan proses kreatif dalam berkarya. Foto-foto random saat berjalan-jalan entah ke mana. Wajah-wajah orang yang kutemui di berbagai tempat dan tentu saja wajah tampan yang mirip nampan sang pemilik akun. Tingkat keaktifan: 85%. 2. Instagram: @mujixmujix Tempat pencitraan. Akun ini hampir sama dengan yang berada di twitter. Namun minus foto-foto random, lebih sedikit wajah tampan yang mirip nampan pemilik akun, tidak ada foto random. Hanya komik, illustrasi dan hal hal yang tidak jauh dari tema tersebut. Tingkat keaktifan: 80%. 3. Wattpad: @mujixmujix Tempat belajar nulis. Baru mulai. Isinya prolog novel 'Gelora Masa Muda'. Iya baru prolog. Maaf. Tingkat keaktifan: 2%. 4. LINE: @mujixmujix Bikin LINE gara-gara ngidam pengen punya Webtoon. Setelah tahu di LINE ada fitur 'People Nearb...

Spidol

Aku sedang butuh spidol. Spidol yang biasa aku pakai hilang. Aku cari di meja kerja. Aku cari di ruang tidur. Aku cari di sudut rumah. Tak tampak di manapun. Aku menghela nafas. Aku masih mempunyai drawing pen, namun kali ini aku ingin menggambar menggunakan spidol. Aku rindu sensasi empuk nan luwes dari spidol. Sedetik kemudian aku memutuskan membeli spidol di Warung Mama Andre. Sebuah toko kelontong paling lengkap di kampung ini. Aku kadang agak ragu untuk ke sana. Bukan masalah harganya. Bukan pula masalah barangnya. Namun penjaganya. Penjaganya adalah mbak-mbak berjilbab. Cukup manis. Aku takut saat membeli spidol, dia akan jatuh cinta padaku. Atau, aku yang akan jatuh cinta padanya. Tidak ada yang bagus di antara keduanya. Kecuali kita berdua sama-sama saling mencinta. Jika aku terjebak asmara sepihak, aku akan melupakan kerinduan akan sensasi menggambar menggunakan spidol. Hidupku hanya akan ada dia. Ah benar.  Selama aku berpikir terlalu jauh, aku  masih belum mempun...

Mata Kuliah Lanjutan

Selama beberapa bulan ini di Bogor aku banyak mendapatkan ilmu baru. Ilmu kehidupan tentunya. Tengiknya pengetahuan-pengetahuan itu aku dapat dari berbagai kejadian yang tidak mengenakkan, sedih, dan sangat melelahkan. Begitulah. Mujix Hidup itu serius. Kamu hanya kecambah di dunia komik. Bogor, 3 Maret 2018

Cuman Dapet Capeknya Doang

Akhirnya aku tahu artinya 'cuman dapet capek doang'. Dan pemahaman tersebut aku bayar mahal. Pameran komik di Galeri Nasional kali ini benar-benar melelahkan. Biaya pengiriman karya yang lumayan, typo judul karya di sana sini (yang katanya udah direvisi), display karya yang berbeda dengan konsep, dan tentu saja ekspektasiku yang berlebihan. Pokoknya 'cuman dapet capek doang'. Saat ini aku masih di kereta KRL Jakarta-Bogor. Sambil memikirkan hal positif apa yang aku dapatkan dari pameran tersebut. Dan sialnya, hingga kereta ini hampir sampai tujuan, aku belum menemukan apapun. Mana AC-nya dingin banget lagi. Mujix Mencoba menjadi pribadi yang realistis Cilebut, 2 April 2018

Pameran 'Dunia Komik': Chapter Mujix

Coretan curhat terbaruku yang berjudul  'Meja Bermuka Masam' sudah bisa dibaca di pameran 'Dunia Komik', Galeri Nasional Jakarta, bersama 129 karya goresan ciamik berbagai komikus di Indonesia. Di acara pameran ini aku membuat sebuah karya instalasi meja gambar darurat yang aku beri nama 'Meja Bermuka Masam'. Sebuah judul yang rumit hingga membuat typo diberbagai tempat. Typo pertama diraih oleh petugas keamanan di ruang sekretariat acara ini, Beliau menyebut judul komikku dengan nama 'Meja Bermuka Mesum'! Saat itu aku mati-matian menahan untuk tidak tertawa. Tertawa mesum. Muehehehe. Typo kedua dilakukan dengan gemilang oleh panitia acara ini (Atau siapapun yang menulis judul komik tersebut di katalog dan sertifikat) dengan judul 'Muka Bermuka Masam'! Saat itu aku mati-matian untuk menahan diri agar tidak terlalu 'kecewa' atas kesalahan tersebut dan mencoba memahami kerja keras panitia pemilik acara. Nah, lalu kenapa judul komik ini ...