Langsung ke konten utama

Kerja di kafe

Kemarin aku mencoba 'belagu' sok-sok'an pindah meja kerja ke kafe. Atau lebih tepatnya warung kopi. Ini bukan gayaku sih, tapi berada di Bogor, tempat yang jauh dari 'habitat' asliku di Solo, membuat aku harus berimprovisasi agar bisa bertahan di sebuah pekerjaan yang (hampir) setiap hari bergelut dengan gagasan.

Sore itu aku benar-benar sudah muak  gara-gara gak nemu ide baru buat komik Si Amed, yang rencananya bakal.... ehem ..... tayang di lapak sebelah. Seharian itu aku  hanya berada di meja gambar. Hampir dari pagi sampai siang aku hanya bengong corat-coret random. Cuman nemu beberapa biji ide yang garing.

Okelah, Memang harus pindah tempat. Semua semesta di dalam tubuhku sangat pandai menyampaikan pertanda bahwa aku butuh lingkungan baru untuk memantik beberapa pemikiran yang belum ketemu. Ya sudah, saatnya pergi ke luar.

Awalnya aku berencana pergi ke taman rindang dekat Botani Square. Sebuah tas kecil berisi dompet, buku catatan, pensil, dan buku cerita 'Le Petit Prince' yang sudah kubaca dua kali masih bingung 'bagusnya' dimana. Dalam perjalanan menuju ke tempat biasa aku menunggu angkutan umum, pandanganku tak sengaja melihat sebuah warung kopi. Sepertinya menarik.

Dan begitulah, aku berubah haluan dan pergi ke warung kopi itu. Lokasi warung kopi tersebut tidak terlalu jauh dari tempat aku tinggal dan bisa ditempuh dalam waktu kurang lebih 5 menit berjalan kaki.

Oh iya. Aku sengaja meninggalkan ponsel pintarku di rumah agar tidak ada 'intervensi sepihak' dari derasnya informasi yang membanjir dari berbagai medsos. Jadi bisa dibilang, ini adalah waktu khusyukku untuk berpetualang mencari pac... maksudku ide baru.

Aku berjalan clingak-clinguk mencari pintu masuk. Banyak mobil dan motor di depan warung tersebut, sekonyong-konyong muncul tukang parkir yang memberitahu di mana 'gerbang dimensi' menuju tempat  yang konon menurut anak 'jaman now' gudangnya ide-ide brilian.

Masuklah aku ke warung kopi tersebut. Suasana tempat ini sangat 'hommy' banget, seperti rumah-rumah kopi pada umumnya. Ada dua tempat alternatif untuk 'ngopi' di sana, di dalam ruangan atau di luar ruangan. Lebih tepatnya sih 'smoking' dan 'non smoking' area.

Area merokok berada di beranda rumah. Tak terlalu spesial. Aku sering menemui beberapa beranda yang disulap menjadi  warung. Bermacam-macam kursi dan meja tergeletak di sana. Namun tak ada yang cocok sama pantatku. Ada beberapa buku di rak, sayang hanya ada buku-buku bekas yang membuat minat membaca hilang.

Aku akhirnya memilih meja di dalam ruangan, tak jauh dari pintu keluar masuk. Tas tote aku tinggalkan di bawah meja dan

Postingan populer dari blog ini

Si Eja is Back!!

Tuyul kecil yang bernama Eja. suka menggelinding kemana-mana. kebiasaan terupdate dari si Tuyul ini adalah suka nyiumin knalpot sepeda motornya kakakku. iya, dia SUKA NYIUMIN KNALPOT.  makanya kalo motor abis di pake biasanya si Eja di buang dulu entah kemana. Abis nangis, soalnya dia suka gak terima kalo tiba-tiba di jauhin dari knalpot motor yang abis di pake. kasihan kan kalo ngemut knalpot panas, mending doi ngemut kerupuk atau ngemut dada ibunya saja (netek maksudnya -___-a). oh iya, kerupuk ini biasanya cuman di emut doang, jarang dimakan, kalo sedang gak mood si kerupuk cuman diremuk-remuk pake tangan. adegan 'meremuk kerupuk' itu ngingetin sama monsternya Ultraman saat menghancurkan gedung-gedung pencakar langit kota Tokyo. sama-sama Brutal!!! adegan ini setidaknya menjelaskan bahwa Si Eja suka di kelitikin perutnya pake kepala bapakku yang botak. mungkin si Eja merasa geli-geli anget gimana gitu kali yaaa. adegan paling lucu yang bisa bik...

Laporan harian:)

Setelah berteori ria tentang makna MANUSIA dengan mas roso di postingan kemarin, sekarang saatnya melaporkan banyak hal yang terjadi dua mingguan kemarin. Hari ini adalah hari ke 25 di bulan mei, masih saja panas, terkantuk-kantuk dan tentu saja bermalas-malasan. Hidupku tak banyak berubah kurasa, berkutat dengan rutinitas yang akhir-akhir ini kurasa cukup menyenangkan. Aku sedikit banyak telah belajar tentang pengendalian mood dan semangat. Ada beberapa poin penting yang pelu dicatat dibulan mei ini, yang pasti aku dari awal bulan telah di sibukkan oleh profesi idealisku yaitu sebagai komikus amatir. Yeah.. kurasa kalian mengerti apa yang aku maksudkan, yup.. aku mulai mengerjakan lemon tea dengan semangat. Sebuah komik labil tentang cinta yang tertangguhkan selama hampir 1 tahun (dan hampir saja ide itu membatu menjadi fosil dan bermutasi menjadi virus mematikan bernama “galau”:D). Banyak kejadian yang membuatku memantapkan niatku untuk mengkelarkan projek ini, sengenggak-enggaknya...

November Rain!

Sudah beberapa hari ini, studio tempatku mengerjakan komik sangat berantakan. Berantakan pake banget. Sama berantakannya kayak muka gue.  Sebenarnya yang berantakan cuman meja gambarnya sih, sebenarnya itu juga BUKAN meja gambar yang kayak di studio-studio komik gituh. Lebih tragis lagi, aslinya meja tempatku mengerjakan komik adalah meja makan. Setahun sekali saat lebaran, meja itu biasanya dikeluarkan buat tempat toples Rempeyek, Rengginang, Jenang, dan tentu saja makanan-makanan alien lainnya.  Akhir lebaran tahun ini, meja makan itu dengan resmi bertransmigrasi dari ruang tamu menuju studio komik yang keren banget ini. Begitu. Bulan November 2014 seminggu lagi bakal abis, Dompetku juga mulai menipis, harga BBM yang kemarin naik makin membuatku meringis.  Terus aku kudu piye?  Aku juga tidak tahu, namun yang pasti, aku harus mengerjakan beberapa halaman komik yang belum kelar. Hal itulah yang membuat studio tempatku mengerjakan komik menjadi sangat berantakan...