Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2020

My Birthday Party

Capek abis kerja seharian. Hari ini aku mengejar proyek storyboard di Fiverr. Ada total 30 frame. Banyak ya. Kliennya orang Italia. Jika job ini lancar,  maka pemasukanku bulan ini cukup besar buat disimpen sebagai tabungan. Alhamdulillah. Aku bangun cukup pagi hari ini. Namun karena tidak terlalu bersemangat menjalani hidup, aku baru turun dari kasur jam 7 pagi. Sholat subuh?  Tentu saja telat. Aku sudah berusaha semampuku.  Suasana pagi ini masih didominasi mendung. Langit cukup gelap saat aku berjalan ke kamar mandi. Segera saja badan ini aku guyur dengan air dingin. Hal ini cukup efektif untuk mengusir ngantuk.  Dan oh iya,  hari ini aku ulang tahun. Nothing special. Dan seperti biasanya aku hanya merayakan momen ini dengan bersyukur dan sedikit berkeluh kesah. Ulang tahun kali ini aku mempunyai cukup banyak pencapaian di bidang finansial. Entah itu penting atau tidak,  namun yang pasti kebutuhan rumah tercukupi.  Sebenarnya aku ingin bercerita ban...

Separuh Usia di Masa Muda

Aku telah menghabiskan lebih separuh usia hidup dalam keadaan 'muak' terhadap diri sendiri. Sebagai seorang anak yang ditinggal merantau orang tua sejak kecil, perkembanganku dalam menerima 'keberadaan diri' baik secara lahir maupun batin mengalami keterlambatan yang sangat signifikan.  Masa remaja dan pra dewasa adalah waktu terburukku. Berbagai masalah finasial,  sosial,  dan mental menghempaskanku tanpa ampun kala itu. Sejak saat itu aku mempercayai jika previlage itu (sangat) berperan penting dalam pendewasaan diri, meraih cinta dan cita.  Hari ini hari terakhir di usiaku yang ke 31 tahun. Permasalahanku tak terlalu berbeda dengan apa yang aku hadapi di masa lalu. Kabar baiknya adalah beberapa previlage sudah berhasil aku 'ciptakan secara paksa' berbekal kerja keras dan semangat belajar dari waktu ke waktu.  Terlepas dari previlage dan pencapaian yang sudah didapat hingga hari ini,  anugrah terbesar yang diberikan semesta yang paling aku syu...

Badai Ketidakmampuan di Bulan Oktober

Nafasku naik turun pelan. Mataku memandang kosong ke arah tanpa fokus yang jelas. Pertengahan bulan Oktober ini 'badai ketidakmampuan' itu menerjang lagi. Dan seperti biasa, ia menjerembabkan jiwa ragaku ke sebuah genangan tanpa air kebahagiaan. Suara ayam berkokok di kejauhan. Terkadang bersimfoni dengan teriakan anak kecil yang sedang bermain. Sore ini tidak terlalu panas seperti kemarin,  namun rasa lemas dan lelah seakan berlipat ganda menimpa kepalaku.  Kata buku yang pernah aku baca, hidup yang paling berarti adalah saat ini. Karena di detik ini katanya aku mempunyai sebuah 'kehendak bebas'.  Ingin terus terpuruk atau memperbaiki diri hanya soal pilihan kaki untuk berjalan ke arah mana. Ke kasur untuk tidur atau ke dapur untuk mencuci piring bekas sayur,  itu beberapa pilihan yang bisa aku atur.  Namun aku tidak bisa mengatur hatimu untuk mencintaiku. Namun aku tidak bisa mengatur agar hujan segera datang di detik ini agar udara menjadi agak dingin.  ...

Tidak Ada Belahan Hati Di Hari Rabu

Di dunia ini banyak hal yang tidak bisa dipahami oleh logika seorang manusia. Salah satunya adalah belahan jiwa.    Terlahir menjadi manusia itu sangat konyol. Datang seorang diri lalu dipaksa untuk mencari belahan jiwa Jatuh cinta,  patah hati, kemudian bertemu dan bersatu untuk saling memahami.  Namun tak semua manusia menjalani semua itu dengan mudah. Ada yang terseok-seok bagai orang bodoh tak tahu arah.  Ada yang salah. Ada yang tak bisa dipahami. Ada yang tak mau dicintai.  Ada yang mau mencintai tapi tak masuk di hati. Lalu semuanya hanya akan bertemu di detik ini menjadi sebongkah rasa lesu di sanubari. Entah sejak kapan beberapa hal di dunia walau tak bisa dipahami,  tapi bisa ditebak bagaimana ia akan bercerita.  Perlahan semua hal di hidup ini menuju ke sebuah hari yang menyesakkan. Satu demi satu orang yang pernah menjadi bunga mimpi sekarang mereka menemukan belahan hati. Termasuk kamu. Dan kemudian aku.  Mujix Sedang sedih dan s...

Genteng Bocor

"Bajinduuuul!! " aku mengumpat tatkala melihat buku-buku di atas meja yang basah gara-gara air hujan. Buku baru favoritku, 'Membuat Komik' karya Scot Mc Cloud kusut terguyur seember tirta dari luar angkasa.   "Cenuut...Cenuuut... " Wadooh, kepalaku langsung berdenyut kencang. Mataku bergegas mengarahkan pandangan ke berbagai arah, dan kabar baiknya adalah, Alhamdulillah laptopku aman. Kekecewaanku sedikit mereda. Tak terbayangkan jika yang basah kuyup adalah laptop. Pikiranku saling melompat sibuk mencerna apa yang terjadi.  "Okey,  semuanya masih bisa dikendalikan." batinku.  Dengan tangkas aku segera memindahkan semua buku yang basah dari meja ke tempat yang lebih kering. Dan sekali lagi, aku memastikan bahwa laptop tersebut aman. Ok,  it's big deal. Aku gak sial-sial amat, kok.   Cuman ya gitu, agak kecewa doang sih gara-gara buku idolaku kusut.  Rasanya kek 'Indomie goreng yang jatuh di wastafel saat meniriskan air kuahnya'.  Namun ...

Humor Bapakku

Bapakku nonton televisi, saat itu ada program acara 'stand up comedy'. Beliau mengamati sang komika sedang ngebanyol. Menit demi menit. Suara tawa penonton di televisi itu bergemuruh dari waktu ke waktu. Bapakku masih mengeryitkan dahi. Sambil menghela napas penuh kebingungan beliau menggerutu 'Koyo ngono ae kok digeguyu! ". Lalu chanel TV berpindah ke siaran berita yang membahas Corona. Tidak ada tawa di acara berita itu.  Keesokan harinya,  di suatu siang yang panas,  terdengar suara tawa bapakku terkekeh-kekeh. Aku yang sedang di kamar ngerjain komisian jadi penasaran dong. Berlari kecil aku ke teras. Bapakku duduk di kursi tamu tengah menonton video wayang di Youtube melalui ponsel pintar.  "Nggeguyu opo to,  Pak?" tanyaku.  Beliau menunjukkan seorang sinden bocah belia yang tengah ngebanyol dengan seorang dalang,  yang ternyata dalang tersebut adalah bapak sang pesinden cilik. "Ikilhoo dagelane lucu banget" katanya dengan penuh antusias. Aku ha...