Langsung ke konten utama

Hujan di Salatiga

Hujan turun dengan deras. Untuk kali ini aku setidaknya berada di tempat yang teduh. Aku berencana pergi berkunjung ke rumahnya Argha. Yang jaraknya sekitar hampir 35 Km dari rumahku di Simo. 

Aku tidak begitu suka hujan saat bepergian. Basah,  dingin, dan lembab.  Namun siapalah aku, jangankan hujan,  bad mood pun tak bisa aku prediksi. Dan hari ini, sudah kedua kalinya aku bertemu hujan. Hujan pertama aku temui di Susukan, saat aku salah mengambil belokan tadi. 

Salah mengambil belokan adalah sebuah kesalahan yang biasa saat ke tempat baru. Yang jadi masalah adalah rasa percaya diri berlebihan dan mengabaikan untuk memeriksa ulang rutenya. Jadi aku tadi harus berkendara lebih jauh karena tersesat. Hal tersebut membuatku sampai lebih lama di tempat tujuan. 

Aku masih belum bertemu Argha. Karena sudah memasuki jam makan siang, aku memilih untuk pergi mencari warung. Rasa capek (perjalanan 3 jam),  perut lapar dan energi terkuras adalah  beberapa hal yang harus aku hindari saat bertemu orang. Ya gak enak aja sih. Untuk itulah aku memilih menepi terlebih dahulu untuk mengambil jeda. 

Jeda ini sudah berlalu selama hampir satu jam sejak aku mampir ke temlat ini. Sebuah warung baso yang katanya bercitarasa asli Wonogiri. Bakso satu porsi sudah berpindah ke perut. Energi kehidupanku perlahan-lahan bangkit lagi. Rasa lelahku tak sepekat sebelumnya. Bahkan aku memesan satu teh hangat lagi agar bisa berlama lama lagi di tempat ini. Lha pie,  udane rung rampung je. 

Memandang hujan yang turun di kejauhan membuatku termenung syahdu. What is the meaning of my life? Hidup aku sebenarnya buat apaan sih? Apakah benar Tuhan 'bermain dadu' saat menciptakan alam semesta? 

Ngomongin soal Tuhan, anime Platinum End yang kisahnya berkutat soal "pemilihan Tuhan' akhirnya tamat tadi pagi. Endingnya membagongkan sekali. Anime tersebut sepertinya antitesis dari manga Bakuman. Temanya, tokohnya,  flownya, dan endingnya. Sepertinya sang kreator  bereksperimen untuk mencoba hal yang baru. 

Seperti aku sekarang. Sepanjang siang di wiken yang berharga yang aku habiskan di warung baso hanya untuk bertemu kawan lama. Salatiga adalah kota asing yang belum pernah aku datangi. Hanya bermodalkan Google Map kota ini ku datangi dengan agak bersusah payah. Apakah endingnya juga akan membagongkan? Entahlah. Rasanya seperti mencoba makanan yang baru. Enak atau tidak, baru akan ketahuan saat memakannya. Satu hal yang pasti, aku mendapatkan pengalaman. Baik atau buruk, siapa yang tahu!? 

Mujix
Sebentar lagi lebaran. Aku belum menikah. Tak punya pacar pula. Mana laptop juga rusak. Wkwkwk gayeng. 
Salatiga,  26 Maret 2022


Postingan populer dari blog ini

Si Eja is Back!!

Tuyul kecil yang bernama Eja. suka menggelinding kemana-mana. kebiasaan terupdate dari si Tuyul ini adalah suka nyiumin knalpot sepeda motornya kakakku. iya, dia SUKA NYIUMIN KNALPOT.  makanya kalo motor abis di pake biasanya si Eja di buang dulu entah kemana. Abis nangis, soalnya dia suka gak terima kalo tiba-tiba di jauhin dari knalpot motor yang abis di pake. kasihan kan kalo ngemut knalpot panas, mending doi ngemut kerupuk atau ngemut dada ibunya saja (netek maksudnya -___-a). oh iya, kerupuk ini biasanya cuman di emut doang, jarang dimakan, kalo sedang gak mood si kerupuk cuman diremuk-remuk pake tangan. adegan 'meremuk kerupuk' itu ngingetin sama monsternya Ultraman saat menghancurkan gedung-gedung pencakar langit kota Tokyo. sama-sama Brutal!!! adegan ini setidaknya menjelaskan bahwa Si Eja suka di kelitikin perutnya pake kepala bapakku yang botak. mungkin si Eja merasa geli-geli anget gimana gitu kali yaaa. adegan paling lucu yang bisa bik...

Laporan harian:)

Setelah berteori ria tentang makna MANUSIA dengan mas roso di postingan kemarin, sekarang saatnya melaporkan banyak hal yang terjadi dua mingguan kemarin. Hari ini adalah hari ke 25 di bulan mei, masih saja panas, terkantuk-kantuk dan tentu saja bermalas-malasan. Hidupku tak banyak berubah kurasa, berkutat dengan rutinitas yang akhir-akhir ini kurasa cukup menyenangkan. Aku sedikit banyak telah belajar tentang pengendalian mood dan semangat. Ada beberapa poin penting yang pelu dicatat dibulan mei ini, yang pasti aku dari awal bulan telah di sibukkan oleh profesi idealisku yaitu sebagai komikus amatir. Yeah.. kurasa kalian mengerti apa yang aku maksudkan, yup.. aku mulai mengerjakan lemon tea dengan semangat. Sebuah komik labil tentang cinta yang tertangguhkan selama hampir 1 tahun (dan hampir saja ide itu membatu menjadi fosil dan bermutasi menjadi virus mematikan bernama “galau”:D). Banyak kejadian yang membuatku memantapkan niatku untuk mengkelarkan projek ini, sengenggak-enggaknya...

November Rain!

Sudah beberapa hari ini, studio tempatku mengerjakan komik sangat berantakan. Berantakan pake banget. Sama berantakannya kayak muka gue.  Sebenarnya yang berantakan cuman meja gambarnya sih, sebenarnya itu juga BUKAN meja gambar yang kayak di studio-studio komik gituh. Lebih tragis lagi, aslinya meja tempatku mengerjakan komik adalah meja makan. Setahun sekali saat lebaran, meja itu biasanya dikeluarkan buat tempat toples Rempeyek, Rengginang, Jenang, dan tentu saja makanan-makanan alien lainnya.  Akhir lebaran tahun ini, meja makan itu dengan resmi bertransmigrasi dari ruang tamu menuju studio komik yang keren banget ini. Begitu. Bulan November 2014 seminggu lagi bakal abis, Dompetku juga mulai menipis, harga BBM yang kemarin naik makin membuatku meringis.  Terus aku kudu piye?  Aku juga tidak tahu, namun yang pasti, aku harus mengerjakan beberapa halaman komik yang belum kelar. Hal itulah yang membuat studio tempatku mengerjakan komik menjadi sangat berantakan...