Langsung ke konten utama

Sarapan Nasi Uduk

Aku memulai pagi ini dengan salah baca jam, telat setengah jam. Setelah melihat di meja makan tak ada sarapan, aku segera melancong ke Pasar Simo. Pikirku, 'pekerjaan yang sepertinya akan melelahkan seharian ini setidaknya ingin kumulai dengan sarapan enak?'.

Sarapan enak. Apa itu sarapan enak? Sialnya pagi ini aku tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Pokoknya aku harus segera ke luar rumah untuk mencari makan. Kenapa harus segera? Soalnya kebingungan memutuskan sesuatu itu memakan banyak waktu. 

Motor kugeber ke arah timur. 15 menit aku sudah sampai pasar. Aku segera menepikan motorku ke warung soto. Ah terlihat ramai, aku malas. Tak jadi berhenti dan kembali melenggang pelan. Nasi kuning, lontong sayur, ah. Tidak ada satupun yang menggugah selera. Pencarianku berhenti di warung bubur ayam. Alhamdulillah.

Baru memakirkan motor sudah curiga. Sepertinya sudah hampir habis, benar saja. Aku malas berpikir, lansung saja aku segera duduk di kursi. Sang penjual menanyakan pesanan. Aku diam saja. Menatapnya dengan kosong. Sudah tidak ada bubur ayam. Adanya nasi uduk minus telor. Katanya mau sama ayam saja? 

Aku masih diam saja. Aku merasa sangat lelah. Kok gini sih!? Di waktu sepersekian detik itu pikiranku menyeruak berbagai hal yang tak menyenangkan.

Revisi pekerjaan kantor, sketsa Fiverr yang belum kelar, projek lemon tea yang masih mandek,  NFT, Wifi yang kadang error, hidupku yang jomblo, konflik Ukraina Vs Rusia, batas alam semesta, apapun, apapun, semuanya tumplek blek menjadi beberapa detik yang sangat suram di pagi kali ini. 

Kemudian aku mengangguk pelan meng-iya-kan pesanan itu. Sial. Kepalaku gak kuat. Pokoknya aku harus sarapan dulu. Dan datanglah sepiring nasi uduk tersebut. Aku makan pelan-pelan. Nasi dan tempe keringnya agak keras. Sayur kentangnya terlalu asin. Baru makan beberapa sendok, sang penjual sudah berkemas merapikan lapaknya sambil bilang 'santai mawon, Mas!'. Batinku 'Santai,  ndogmu kui!'.

Sarapan kali ini sepertinya berlangsung selamanya. Perasaan, nasi keras ini tak ada habis-habisnya. Sang penjual rasanya terus saja berbenah merapikan peralatan, yang menit demi menit tempat itu terlihat makin lengang. Sedang makan, sang penjual berbenah. Bagai diterror masa lalu yang ingin kamu lupakan. 

Huft, Kenapa ya aku harus sering mengalami hal ini di dalam hidup? Misi 'pekerjaan yang sepertinya akan melelahkan seharian ini setidaknya ingin kumulai dengan sarapan enak!' tidak berhasil. 

Sarapanku tak terlalu enak. Dan di depanku masih menanti pekerjaan yang sepertinya akan melelahkan.

Aku meninggalkan tempat itu dengan perasaan gamang dan perut kenyang. Ya,  perut kenyang. Kemudian aku mlipir buat beli gorengan seharga 5 ribu, lalu aku pulang. Tak mampir ke alfamart. Tak mampir ke mana pun. 

Perjalanan pulang berjalan pelan. 
Kalo dipikir-pikir, alasanku mencari sarapan ke Pasar Simo hanyalah untuk melarikan diri. Aku sadar banget, saat ini sedang menjalani masa dewasa yang melelahkan. Mengeluh dan sambat adalah pilihan mudah. Kalian sudah membaca semuanya hingga di kalimat ini. 

Kemudian aku berpikir lagi. Pilihan lainnya selain sambat apa sih? Bersyukur. Ah klise banget anjir. Aku paling males dengan hal-hal denial semacam itu. Kalimat-kalimat 'bersyukur untuk meredakan penderitaan' itu rasanya 'jancok' banget.

Sepertinya aku di pagi ini sudah puas sambat dan mengeluh. Kurang misuh doang. Bersyukur ya!? Jijik sebenarnya. Namun gak ada salahnya untuk aku coba. 

Baiklah, apa ya yang bisa aku syukuri dari peristiwa ini?  Hm... 

Butuh waktu agak lama untuk aku segera menyadarinya. And then... 

"AKU SEDANG MENIKMATI KERENNYA PENCAPAIAN NAIK MOTOR BARU! YEAAAY!!"

"MOTOR YANG KUBELI PAKE UANGKU SENDIRI!!"

"BWAHAHAHAHA BYAJINGAAAN!!!"

Aku berteriak saat bermotor di sepanjang jalan pulang. Beberapa kali mengumpat!

Sarapan enak? Mungkin tak terlalu. Namun sepertinya agak tergantikan dengan suasana indah pagi ini, ah perasaan tenang sehabis bersyukur itu benar-benar bikin mual. 

Bersyukur dan sedikit berbangga diri dengan semua pencapaian itu bikin eneg. Kayak makan saat sakit. Harus makan biar bisa sembuh. Harus bersyukur biar bisa waras menjalani hari ini yang sepertinya akan penuh dengan pekerjaan melelahkan.

Mujix
Mencoba untuk sering sambat dan mengumpat agar pikiran tetap sehat. 
Simo, 2 Maret 2022


Postingan populer dari blog ini

Si Eja is Back!!

Tuyul kecil yang bernama Eja. suka menggelinding kemana-mana. kebiasaan terupdate dari si Tuyul ini adalah suka nyiumin knalpot sepeda motornya kakakku. iya, dia SUKA NYIUMIN KNALPOT.  makanya kalo motor abis di pake biasanya si Eja di buang dulu entah kemana. Abis nangis, soalnya dia suka gak terima kalo tiba-tiba di jauhin dari knalpot motor yang abis di pake. kasihan kan kalo ngemut knalpot panas, mending doi ngemut kerupuk atau ngemut dada ibunya saja (netek maksudnya -___-a). oh iya, kerupuk ini biasanya cuman di emut doang, jarang dimakan, kalo sedang gak mood si kerupuk cuman diremuk-remuk pake tangan. adegan 'meremuk kerupuk' itu ngingetin sama monsternya Ultraman saat menghancurkan gedung-gedung pencakar langit kota Tokyo. sama-sama Brutal!!! adegan ini setidaknya menjelaskan bahwa Si Eja suka di kelitikin perutnya pake kepala bapakku yang botak. mungkin si Eja merasa geli-geli anget gimana gitu kali yaaa. adegan paling lucu yang bisa bik...

Laporan harian:)

Setelah berteori ria tentang makna MANUSIA dengan mas roso di postingan kemarin, sekarang saatnya melaporkan banyak hal yang terjadi dua mingguan kemarin. Hari ini adalah hari ke 25 di bulan mei, masih saja panas, terkantuk-kantuk dan tentu saja bermalas-malasan. Hidupku tak banyak berubah kurasa, berkutat dengan rutinitas yang akhir-akhir ini kurasa cukup menyenangkan. Aku sedikit banyak telah belajar tentang pengendalian mood dan semangat. Ada beberapa poin penting yang pelu dicatat dibulan mei ini, yang pasti aku dari awal bulan telah di sibukkan oleh profesi idealisku yaitu sebagai komikus amatir. Yeah.. kurasa kalian mengerti apa yang aku maksudkan, yup.. aku mulai mengerjakan lemon tea dengan semangat. Sebuah komik labil tentang cinta yang tertangguhkan selama hampir 1 tahun (dan hampir saja ide itu membatu menjadi fosil dan bermutasi menjadi virus mematikan bernama “galau”:D). Banyak kejadian yang membuatku memantapkan niatku untuk mengkelarkan projek ini, sengenggak-enggaknya...

November Rain!

Sudah beberapa hari ini, studio tempatku mengerjakan komik sangat berantakan. Berantakan pake banget. Sama berantakannya kayak muka gue.  Sebenarnya yang berantakan cuman meja gambarnya sih, sebenarnya itu juga BUKAN meja gambar yang kayak di studio-studio komik gituh. Lebih tragis lagi, aslinya meja tempatku mengerjakan komik adalah meja makan. Setahun sekali saat lebaran, meja itu biasanya dikeluarkan buat tempat toples Rempeyek, Rengginang, Jenang, dan tentu saja makanan-makanan alien lainnya.  Akhir lebaran tahun ini, meja makan itu dengan resmi bertransmigrasi dari ruang tamu menuju studio komik yang keren banget ini. Begitu. Bulan November 2014 seminggu lagi bakal abis, Dompetku juga mulai menipis, harga BBM yang kemarin naik makin membuatku meringis.  Terus aku kudu piye?  Aku juga tidak tahu, namun yang pasti, aku harus mengerjakan beberapa halaman komik yang belum kelar. Hal itulah yang membuat studio tempatku mengerjakan komik menjadi sangat berantakan...