Langsung ke konten utama

Board Game Of The Life

"Dua periode!  Sama nambah darah sangobion! " kata Bang Arum, sumringah sambil meletakkan sebuah kartu di meja Warmindo. 

"Bwahahahahahak" aku dan teman-teman langsung ngakak. 

Awal mulanya, aku selalu gabut tiap wiken. Nah makanya wiken ini aku ke Solo dan menghabiskan seharian bermain board card game bersama teman-teman. Sebuah agenda dadakan yang random. 

Buat yang belum tahu, kalimat 'satu/dua periode' digunakan untuk menyebut kartu boost, dan 'nambah darah sangobion' digunakan untuk menambah health poin karakter. 

Berbagai istilah baru nan ajaib muncul di permainan ini. Mulai dari 'tameng', 'dua periode', 'nambah darah', hingga 'kecik' tercipta untuk menggantikan istilah-istilah keren di boardgame. Rasanya kek ngedengerin anime Spy X Family didubbing dengan bahasa Jawa Timuran. Dadi lokal banget, cook. 

Berbagai permainan yang seru,  gayeng,  alot dan membagongkan berlalu seiring waktu. Akhirnya pengalaman bermainku kali ini memberikan sebuah hipotesis random yang berkaitan dengan soal kehidupan. Kehidupan maneh!? Ra bosen koe, coy!? Santai to. Jeno yo bosen. Tapi pie. Pokokmen ngene... 

Setiap permainan selalu di mulai dengan mengambil tiga kartu di deck, yang biasanya ditambah dengan satu kartu saat mendapat giliran.  Nah di tahap awal, setiap pemain memiliki 4 kartu yang siap diadu.  

Kartu apa yang harus dipasang? Apakah serangan? Pertahanan? Atau malah mengaktifkan spesial skill? 

Gak mungkin dong kita nanya pemain lain. Mereka kan juga mau menang. Atau nanya orang random di sekitar lokasi juga aneh. Apa urusannya hei! 

Nah menurutku, paling bener sih tanya diri sendiri. Pikirkan matang-matang (atau langsung gas pasang kartu), lalu dimantepke ambil keputusan. Let it flow and keep it grow. 

Secara garis besar player di permainan ini ada 3 tipikal pemain, yakni Moderat, Konservatif, dan Agresif. Bhah,  wis koyok ameh investasi ae, Lek! Dalam urusan bermain pemain type 'moderat' cenderung berhati-hati, lebih banyak defence. Jenis player yang di awal permainan langsung pasang 'tameng' tiga lapis. Nah untuk yang 'agresif' cenderung das des, serang hajar,  bag big bug. Sedangkan yang konservatif kombinasi keduanya dengan skala rata-rata. Ketiganya sama-sama keren, karena di setiap permainan mereka tumbuh berkembang dan terus mengasah skill untuk lebih baik. 

Jadi bisa dibilang menjadi 'lebih baik' adalah sebuah check poin dalam setiap giliran bermain. Setiap proses yang terjadi dari siklus game ini menggiring ke sebuah pola permainan yang ' be your self' tapi versi upgrade. Setahuku, setiap proses pembelajaran tidak mungkin stagnan sih. Aku yakin tetep ada proggess. Sekecil apapun. 

Misal beneran stagnan,  secara tersirat harusnya diri sendiri ngasih sinyal dong. Sinyalnya bisa berupa 'perbaikan strategi pemilihan kartu' atau mungkin sekedar 'memasang poker face' saat bermain.

Dan secara tersurat harusnya ada data tertulis yang bisa di tracking dari jumlah kemenangan/kekalahan dalam permainan. Nah kalau di dunia nyata, hasil suatu proses  bisa dilacak dari jurnal, nilai nominal tabungan, jumlah karya, pencapaian akademisi dan lain sebagainya. Wkwkwkw, nah loh, mulai kumat kan adu nasibnya!? Bwah balik lagi ke urusan kartu. 

Board game ini (kalo tidak salah) memiliki 12 karakter. Tiap-tiap karakter memiliki kemampuan uniknya masing-masing. Mereka di desain sedemikian rupa untuk spesial sesuai diri mereka sendiri. Makanya membandingkan satu karakter dengan karakter yang lain terasa tidak terlalu berguna. Karena di dalam setiap permainan ada gejolak adu strategi yang (mau atau tidak mau) dipengaruhi oleh keberuntungan random. Jadi ya paling bener emang jadi diri sendiri sih. 

Dan setahuku 'jadi diri sendiri' itu banyak baiknya, setidaknya ketika ada sesuatu yang tidak sesuai tujuan, lebih mudah manajemen problemnya (misalnya pake teori analisis SWOT dengan obyek yang diteliti adalah diri sendiri). 

Aku kadang sering dapat karakter yang overpower,  namun karena sedang sial terpaksa harus 'mati' duluan karena mendapatkan musuh yang lebih beruntung, atau sesimpel salah memilih kartu defence atau offense. 

Lagi-lagi,  faktor keberuntungan adalah hal misterius yang tak bisa dilepaskan dengan berbagai usaha yang dilakukan manusia. Di buku komik Filsuf Jagoan karya Frwd & Ryan,  Santo Agustinus bilang kalo manusia itu punya kehendak bebas dengan berbagai pilihan keputusan. Setiap keputusan akan mengantarkan ke berbagai keputusan lain yang lebih beragam dan tidak linear. Jadi hidup kita sekarang bisa saja sebenarnya berasal dari keputusan kecil kita di masa lalu, entah kemarin atau di 10 tahun yang lalu.

Begitulah, permainan ini bagai cetak biru versi mini dari permainan takdir manusia. Kartu yang dipilih seakan menjadi benang merah penghubung antara diri sendiri dengan orang lain.

Orang lain yang tentu saja memiliki jenis kartu dan karakter yang berbeda. Mereka mungkin tahu jenis kartu yang kita pegang. Namun belum tentu mereka mengenal dan memahami seluk beluk detail kartunya. 

"Bang Mujix,  giliranmu kie! Suwemen mikir to?  Wedi kalah po? " sindir Bang Arum sambil menyebar strategi  jaring tipu muslihat.

"Sik,  to!  Sik,  To Bang. Lagi bimbang ki!? " kataku sambil terus berpikir.

Nah iya kan, aku pun sebenarnya juga sedang struggle dan pusing dengan kartuku sendiri. Orang lain bisa mengatakan apapun tentan kita,  namun balik lagi pendapat mereka terkadang tercetus  hanya sambil lalu berdasarkan pengamatan singkat dan pengalaman hidup mereka sendiri. Dan tentu saja kadang tidak terlalu relevan dengan hidup kita.

Kartu kita, hanya kita sendiri yang paling tahu. Mau menyerang, bertahan, atau sekedar istirahat 'menumpuk energi untuk menemukan strategi yang tepat untuk besok', pun tidak apa-apa. Jadi yowislah, ketika situasi mulai tak terkendali,  saatnya mengeluarkan jurus andalan yakni 'diawur wae, Lek!'.

Mujix 

kalian main boardgame juga ndak? Share dong! Enternya error euy. 

Simo, 7 Februari 2023

Postingan populer dari blog ini

Si Eja is Back!!

Tuyul kecil yang bernama Eja. suka menggelinding kemana-mana. kebiasaan terupdate dari si Tuyul ini adalah suka nyiumin knalpot sepeda motornya kakakku. iya, dia SUKA NYIUMIN KNALPOT.  makanya kalo motor abis di pake biasanya si Eja di buang dulu entah kemana. Abis nangis, soalnya dia suka gak terima kalo tiba-tiba di jauhin dari knalpot motor yang abis di pake. kasihan kan kalo ngemut knalpot panas, mending doi ngemut kerupuk atau ngemut dada ibunya saja (netek maksudnya -___-a). oh iya, kerupuk ini biasanya cuman di emut doang, jarang dimakan, kalo sedang gak mood si kerupuk cuman diremuk-remuk pake tangan. adegan 'meremuk kerupuk' itu ngingetin sama monsternya Ultraman saat menghancurkan gedung-gedung pencakar langit kota Tokyo. sama-sama Brutal!!! adegan ini setidaknya menjelaskan bahwa Si Eja suka di kelitikin perutnya pake kepala bapakku yang botak. mungkin si Eja merasa geli-geli anget gimana gitu kali yaaa. adegan paling lucu yang bisa bik...

Laporan harian:)

Setelah berteori ria tentang makna MANUSIA dengan mas roso di postingan kemarin, sekarang saatnya melaporkan banyak hal yang terjadi dua mingguan kemarin. Hari ini adalah hari ke 25 di bulan mei, masih saja panas, terkantuk-kantuk dan tentu saja bermalas-malasan. Hidupku tak banyak berubah kurasa, berkutat dengan rutinitas yang akhir-akhir ini kurasa cukup menyenangkan. Aku sedikit banyak telah belajar tentang pengendalian mood dan semangat. Ada beberapa poin penting yang pelu dicatat dibulan mei ini, yang pasti aku dari awal bulan telah di sibukkan oleh profesi idealisku yaitu sebagai komikus amatir. Yeah.. kurasa kalian mengerti apa yang aku maksudkan, yup.. aku mulai mengerjakan lemon tea dengan semangat. Sebuah komik labil tentang cinta yang tertangguhkan selama hampir 1 tahun (dan hampir saja ide itu membatu menjadi fosil dan bermutasi menjadi virus mematikan bernama “galau”:D). Banyak kejadian yang membuatku memantapkan niatku untuk mengkelarkan projek ini, sengenggak-enggaknya...

November Rain!

Sudah beberapa hari ini, studio tempatku mengerjakan komik sangat berantakan. Berantakan pake banget. Sama berantakannya kayak muka gue.  Sebenarnya yang berantakan cuman meja gambarnya sih, sebenarnya itu juga BUKAN meja gambar yang kayak di studio-studio komik gituh. Lebih tragis lagi, aslinya meja tempatku mengerjakan komik adalah meja makan. Setahun sekali saat lebaran, meja itu biasanya dikeluarkan buat tempat toples Rempeyek, Rengginang, Jenang, dan tentu saja makanan-makanan alien lainnya.  Akhir lebaran tahun ini, meja makan itu dengan resmi bertransmigrasi dari ruang tamu menuju studio komik yang keren banget ini. Begitu. Bulan November 2014 seminggu lagi bakal abis, Dompetku juga mulai menipis, harga BBM yang kemarin naik makin membuatku meringis.  Terus aku kudu piye?  Aku juga tidak tahu, namun yang pasti, aku harus mengerjakan beberapa halaman komik yang belum kelar. Hal itulah yang membuat studio tempatku mengerjakan komik menjadi sangat berantakan...