'Untuk apa aku hidup?' ucapku kala bara api yang selalu kugenggam itu tiba-tiba hilang. Pikiran semrawut. Mataku memandang lurus ke depan dengan tatapan kosong. It's suck! Hidup yang seperti ini benar-benar memuakkan. Beberapa jam lalu. Aku mendengar kabar kalau dia sudah menikah. Aku tahu kalau kabar ini akan datang cepat atau lambat. Namun tetap saja hantaman itu terlalu keras dari yang aku duga. Semenjak saat itu pikiranku penuh dengan pertanyaan 'Kenapa, Tuhan. Kenapa!!?'. Aku sendirian malam ini. Berada di lantai dua sebuah kafe di UMS. Menatap nanar. Pikiran hilang. Meratapi dan memaki nasibku sendiri. Menyalahkan semua hal. Dan berakhir dengan beberapa bulir air mata yang keluar dalam diam. Andai saja di depanku ada tombol 'Reset' aku akan menekannya tanpa pikir panjang. Andai saja semua uangku di tabungan bisa memperbaiki keadaan ini, akan kubobol tanpa berpikir jernih. Sialnya tak ada tombol. Malangnya uangku tak berguna. Se...