Langsung ke konten utama

Pak Zuhri

Lik Zuhri adalah kerabat jauhku. Rumah beliau berada di jauh ujung pucuk desa, di sebuah daerah yang bernama Majan. Aku tak memiliki banyak interaksi dengannya. Mungkin memang karena beliau itu sepantaran bapakku, yang tentu saja secara lingkup aktivitas tak terlalu intens bertemu. Namun walau begitu, beberapa kali aku bertemu beliau untuk mengurus KTP. Ya, beberapa kali urusan KTP di keluargaku 'dibantu' oleh beliau. 

Beberapa minggu ini Pak Zuhri menderita sakit. Aku belum sempat menjenguk. Dan kalo dipikir-pikir aku memang juga tak tahu banyak kalau Pak Zuhri sedang keadaan tidak sehat. Kata bapakku ada sesuatu yang salah dengan perutnya. Bapakku beberapa kali ke rumahnya untuk memijat dan menjenguk. Aku yang sedang sibuk hanya bisa menitipkan uang santunan yang tak seberapa. Sedih. 

Kemarin di grup watsap keluarga besar,  Omku mengunggah keadaan Pak Zuhri. Tampak badannya kurus,  dengan wajah sangat pucat dengan berbagai selang infus di sekitarnya. Aku terkejut dengan perubahan drastis beliau. Seingatku Pak Zuhri cukup gemuk dulunya. 


Mamakku bilang beliau dirawat di Rumah Sakit PKU Solo. Aku memutuskan untuk menjenguknya besok saat ke Solo. Kebetulan aku ada beberapa agenda yang harus terlaksana di sana. 

Hari berganti. Aku sudah di Solo, masih disibukkan dengan beberapa kegiatan. Ketika jam memasuki waktu makan siang,  aku membaca pesan singkat di gru watssap. Lalu mak deg! 

Tertulis kabar Pak Zuhri yang telah meninggal dunia. Aku terkesima. Bahkan aku belum sempat pergi ke rumah sakit tersebut. Pikiranku terhenti mendadak. Helaan nafas panjang bercampur aduk dengan perasaanku yang ampang. Aku teringat Mas Agus,  Mbak Tessa,  Mas Yoni dan orang-orang yang aku kenal namun sudah meninggal. 

Rasanya aneh. Hidup itu aneh. Entahlah, namun aku malah teringat orang tuaku. Mereka masih hidup. Teman-temanku yang lucu-lucu dan bersemangat di luar sana. 

Namun seperti aturan di dalam hidup yang sudah tercantum, setiap manusia itu sebenarnya memang hidup hanya untuk mati. Nah maka dari itu, semoga aku dan kalian semua yang baca tulisan ini bisa menjalani hidup dengan lebih bijak dan penuh kesadaran. 

Mujix
Rest in peace Pak Zuhri
Al fatihah. 
Kentingan,  19 Oktober 2022




Postingan populer dari blog ini

Si Eja is Back!!

Tuyul kecil yang bernama Eja. suka menggelinding kemana-mana. kebiasaan terupdate dari si Tuyul ini adalah suka nyiumin knalpot sepeda motornya kakakku. iya, dia SUKA NYIUMIN KNALPOT.  makanya kalo motor abis di pake biasanya si Eja di buang dulu entah kemana. Abis nangis, soalnya dia suka gak terima kalo tiba-tiba di jauhin dari knalpot motor yang abis di pake. kasihan kan kalo ngemut knalpot panas, mending doi ngemut kerupuk atau ngemut dada ibunya saja (netek maksudnya -___-a). oh iya, kerupuk ini biasanya cuman di emut doang, jarang dimakan, kalo sedang gak mood si kerupuk cuman diremuk-remuk pake tangan. adegan 'meremuk kerupuk' itu ngingetin sama monsternya Ultraman saat menghancurkan gedung-gedung pencakar langit kota Tokyo. sama-sama Brutal!!! adegan ini setidaknya menjelaskan bahwa Si Eja suka di kelitikin perutnya pake kepala bapakku yang botak. mungkin si Eja merasa geli-geli anget gimana gitu kali yaaa. adegan paling lucu yang bisa bik...

Laporan harian:)

Setelah berteori ria tentang makna MANUSIA dengan mas roso di postingan kemarin, sekarang saatnya melaporkan banyak hal yang terjadi dua mingguan kemarin. Hari ini adalah hari ke 25 di bulan mei, masih saja panas, terkantuk-kantuk dan tentu saja bermalas-malasan. Hidupku tak banyak berubah kurasa, berkutat dengan rutinitas yang akhir-akhir ini kurasa cukup menyenangkan. Aku sedikit banyak telah belajar tentang pengendalian mood dan semangat. Ada beberapa poin penting yang pelu dicatat dibulan mei ini, yang pasti aku dari awal bulan telah di sibukkan oleh profesi idealisku yaitu sebagai komikus amatir. Yeah.. kurasa kalian mengerti apa yang aku maksudkan, yup.. aku mulai mengerjakan lemon tea dengan semangat. Sebuah komik labil tentang cinta yang tertangguhkan selama hampir 1 tahun (dan hampir saja ide itu membatu menjadi fosil dan bermutasi menjadi virus mematikan bernama “galau”:D). Banyak kejadian yang membuatku memantapkan niatku untuk mengkelarkan projek ini, sengenggak-enggaknya...

November Rain!

Sudah beberapa hari ini, studio tempatku mengerjakan komik sangat berantakan. Berantakan pake banget. Sama berantakannya kayak muka gue.  Sebenarnya yang berantakan cuman meja gambarnya sih, sebenarnya itu juga BUKAN meja gambar yang kayak di studio-studio komik gituh. Lebih tragis lagi, aslinya meja tempatku mengerjakan komik adalah meja makan. Setahun sekali saat lebaran, meja itu biasanya dikeluarkan buat tempat toples Rempeyek, Rengginang, Jenang, dan tentu saja makanan-makanan alien lainnya.  Akhir lebaran tahun ini, meja makan itu dengan resmi bertransmigrasi dari ruang tamu menuju studio komik yang keren banget ini. Begitu. Bulan November 2014 seminggu lagi bakal abis, Dompetku juga mulai menipis, harga BBM yang kemarin naik makin membuatku meringis.  Terus aku kudu piye?  Aku juga tidak tahu, namun yang pasti, aku harus mengerjakan beberapa halaman komik yang belum kelar. Hal itulah yang membuat studio tempatku mengerjakan komik menjadi sangat berantakan...