megamendungkelabu

Kamis, 13 Agustus 2020

Pra Kelas Komik Mujix

Aku membuat postingan tagar #KelasKomikMujix bukan buat keren-kerenan (sumpah,  gua udah keren kali gak perlu tagar-tagaran kek gini.), tagar itu aku buat agar semua postingan dengan tajuk tersebut dapat mudah diakses di media sosial. Anggap saja itu kata kunci khusus buat orang-orang yang ingin membaca suatu topik, agar tidak terlalu kesusahan. 

Ya kesusahan.  Salah satu alasan lain penggunaan tagar itu adalah sebagai apresiasi terhadap diriku sendiri yang rela untuk bersusah-susahan giat belajar dalam membuat konten.  Emang seberapa susah sih buat microblogging semacam #KelasKomikMujix? 

Susah banget anjir. Yuk simak sejarah dan proses sih proses pembuatan microblogging #KelasKomikMujix' yang hingga hari ini tayang random di akun IG @mujixmujix!

Enaknya cerita dari mana dulu ya!? Ya udah dari sini aja deh. 

Jadi tuh ya,  Setiap postingan yang aku buat biasanya diawali dengan sebuah ide atau topik kunci.  Perlu kalian tahu,  Microblogging #KelasKomikMujix memang sengaja dirancang untuk orang awam atau komikus pemula yang ingin belajar.  Itulah sebabnya kenapa microblogging ini berawal dari hal-hal sederhana semacam 'Komik Itu Apa Sih'.

Kenapa?  Gak semua tahu apa itu 'komik'. Pendapat paling jamak yang aku temui,  'komik adalah merek obat batuk' atau 'komik adalah pelaku stand up comedy'.  

Ada sedikit cerita konyol,  pernah di suatu hari di tahun 2010, aku kenalan dengan orang baru, dan aku bilang donh,  kalau aku adalah orang yang hobi buat komik,  beliaunya langsung rekuest:

"Wah kamu komik?  Buat aku ketawa dong!?" pintanya dengan serius. 

Aku tertawa garing.  Gebetan bukan pacar bukan kok berani-beraninya minta aku untuk membuatmu tertawa.  Situ sehat,  Bang!? Gw slepet pakai ingus luh. 

Aku agak sedih.  Profesi semacam ini ternyata memang benar-benar belum terlalu dikenal khalayak. Jangan-jangan mertuaku di masa depan juga enggak tahu profesi ini!? Wauuuw, Bahaya dong!?

Well intinya gak semua orang tahu komik. Kurasa peristiwa random itu sangat membekas di hati. Batin sedikit berkata lirih jika suatu saat aku harus ambil bagian dalam mempopulerkan media ini.  

Dan saat itu pula aku mulai berpikir membuat sesuatu media yang bisa dijadikan sarana edukasi komik. 

"Keknya suatu saat bikin sekolah komik, keknya menarik nih!?" begitu pikirku.

Dan mak dhuar, bayangin, perlu waktu 10 tahun untuk membuat ide random kala itu menjadi sebuah kenyataan. Walau kenyataannya bukan sekolah namun malah kelas komik on line random.  Wkwkwk

"Wah lama amat,  kok gak dibikin saat itu juga?"  Celetuk Maudy Ayunda yang sedang jajan es Marimas di samping rumah. 

Gak bisa, Yang. Banyak hal yang membuat beberapa ide belum bisa terealisasikan. Mengesampingkan fakta dulu belum terlalu populer (atau belum ada?) microblogging, alasan yang paling berpengaruh adalah... 

Aku masih goblok. 
Aku masih minder. 
Aku masih belum memiliki karya yang belum bisa dipertanggungjawabkan. 

Ya kali orang yang belum pernah masak bakmi disuruh bikin buku resep bakmi. Ya bakal kacau lah. No pain no gain. 

Alhasil selama 10 tahun sejak ide itu muncul aku terus berproses. 

Aku mengurangi kegoblokan itu dengan belajar. Aku ingat betapa excitednya saat membaca buku serial Understanding dan Making Comic-nya Scott Mc Cloud. Atau betapa bersemangatnya saat curhat karya di kolom komentar FB bersama para master komik. Mempelajari sesuatu yang sesuai passion itu memang menggairahkan.