megamendungkelabu

Sabtu, 26 Maret 2022

Hujan di Salatiga

Hujan turun dengan deras. Untuk kali ini aku setidaknya berada di tempat yang teduh. Aku berencana pergi berkunjung ke rumahnya Argha. Yang jaraknya sekitar hampir 35 Km dari rumahku di Simo. 

Aku tidak begitu suka hujan saat bepergian. Basah,  dingin, dan lembab.  Namun siapalah aku, jangankan hujan,  bad mood pun tak bisa aku prediksi. Dan hari ini, sudah kedua kalinya aku bertemu hujan. Hujan pertama aku temui di Susukan, saat aku salah mengambil belokan tadi. 

Salah mengambil belokan adalah sebuah kesalahan yang biasa saat ke tempat baru. Yang jadi masalah adalah rasa percaya diri berlebihan dan mengabaikan untuk memeriksa ulang rutenya. Jadi aku tadi harus berkendara lebih jauh karena tersesat. Hal tersebut membuatku sampai lebih lama di tempat tujuan. 

Aku masih belum bertemu Argha. Karena sudah memasuki jam makan siang, aku memilih untuk pergi mencari warung. Rasa capek (perjalanan 3 jam),  perut lapar dan energi terkuras adalah  beberapa hal yang harus aku hindari saat bertemu orang. Ya gak enak aja sih. Untuk itulah aku memilih menepi terlebih dahulu untuk mengambil jeda. 

Jeda ini sudah berlalu selama hampir satu jam sejak aku mampir ke temlat ini. Sebuah warung baso yang katanya bercitarasa asli Wonogiri. Bakso satu porsi sudah berpindah ke perut. Energi kehidupanku perlahan-lahan bangkit lagi. Rasa lelahku tak sepekat sebelumnya. Bahkan aku memesan satu teh hangat lagi agar bisa berlama lama lagi di tempat ini. Lha pie,  udane rung rampung je. 

Memandang hujan yang turun di kejauhan membuatku termenung syahdu. What is the meaning of my life? Hidup aku sebenarnya buat apaan sih? Apakah benar Tuhan 'bermain dadu' saat menciptakan alam semesta? 

Ngomongin soal Tuhan, anime Platinum End yang kisahnya berkutat soal "pemilihan Tuhan' akhirnya tamat tadi pagi. Endingnya membagongkan sekali. Anime tersebut sepertinya antitesis dari manga Bakuman. Temanya, tokohnya,  flownya, dan endingnya. Sepertinya sang kreator  bereksperimen untuk mencoba hal yang baru. 

Seperti aku sekarang. Sepanjang siang di wiken yang berharga yang aku habiskan di warung baso hanya untuk bertemu kawan lama. Salatiga adalah kota asing yang belum pernah aku datangi. Hanya bermodalkan Google Map kota ini ku datangi dengan agak bersusah payah. Apakah endingnya juga akan membagongkan? Entahlah. Rasanya seperti mencoba makanan yang baru. Enak atau tidak, baru akan ketahuan saat memakannya. Satu hal yang pasti, aku mendapatkan pengalaman. Baik atau buruk, siapa yang tahu!? 

Mujix
Sebentar lagi lebaran. Aku belum menikah. Tak punya pacar pula. Mana laptop juga rusak. Wkwkwk gayeng. 
Salatiga,  26 Maret 2022