Langsung ke konten utama

padepokan dan empat penjuru

Met pagi, kali ini aku sedang asik menikmati hidup di suatu tempat yang bernama “PADEPOKAN”, sebuah kontrakan terpencil di sudut kota solo. Aku sangat menyukai tempat ini, walau semuanya tampak sederhana setidaknya sangat menyenangkan bertemu banyak orang disana. Tempat itu sebenarnya studio kecil untuk mengerjakan komik dan desain, pemilik tempat itu adalah pak ijok, pak agus, dan kak arumania. Oke akan kuceritakan sedikit tentang pak ijok dan pak agus, untuk kak arum sorry yaa you udah terlalu sering aku bantai dan siksa dengan berbagai dogma di blogku. Pak ijok adalah sesosok om-om yang friendly dan maskulin. Aku bisa mangatakan maskulin dikarenakan badannya besar dan brewoknya cukup yahud. Kalau kutaksir saat ini dia berumur sekitar 30an, yang aku kagumi dari pak ijok (selain brewoknya) adalah penataan jadwal dan menejemen akan apapun. Aku banyak belajar dari dia^^.

Makhluk kedua penunggu padepokan yang jarang nongol adalah pak agus. Dia juga om-om, ah sial kurasa disini adalah perkumpulan om-om maniak kerja. Aku tidak begitu banyak tahu tentang dia, kecuali manusia coffee nerd dan mempunyai skill yang keren dalam menggambar. Ketika pertama kali bertemu pak agus, aku menduga dia adalah manusia murung dengan sikap acuh tak acuh pada siapapun. Namun, ternyata perkiraanku salah. Dia orangnya seru walau tak sekacau arumania. Pesan moralnya adalah jangan menilai seseorang melalui tampilan luarnya don’t judge book from the cover. Jareno ngono…^^.


Banyak manusia setengah normal dan error berkumpul di padepokan ini. Bangunan sederhana 2 tingkat dengan teras bebas atap kurasa menjadi kelebihan tersediri dari tempat itu. Mahkluk-makhluk sebangsa setengah mamalia setengah protozoa semisal mujix, anang silicon, hendro ‘chemod’, dan geng kacau yang memaksa untuk disebut band seperti the mudub, sering mampir untuk sekedar curhat dan tidur bersama (ups kalian jangan mikir yang aneh-aneh yaa).

Solo, 26 Juli 2011

Pagi ini aku masih direpotkan dengan event komisi #4. Yup kuralat tidak merepotkan ding, menyenangkan malah kurasa. Tinggal satu hari untuk kita mempersiapkan sebuah event makah kacau berjudul “pameran kompilasi komisi 4 penjuru”. Aku mengatakan kacau karena untuk acara sebesar ini hingga 2 hari menjelang hajatan hanya ada 4 manusia labil yang mengurus. Saat ini buku kompilasi telah mencetak, rencana ada 100 buah buku dengan budget hampir 800 ribu. Perijinan insyaalah udah fix dan press rilis telah aku percayakan kepada teman-teman GKS. Oh iya aku akan menceritakan mengenai teknis pameran kali ini. Rencananya kita akan merespon sebuah gang di tempatnya arumania untuk di jadikan tempat memamerkan karya. Berbagai medium seperti pagar, tembok, dan tempat menjemur pakaian akan menjadi sudut yang asik untuk sekedar meramaikan display. Setiap komik akan kami lapisi plastic dan untuk beberapa akan digantung di jemuran, dan yang lain akan kami tempel dengan brutal di banyak tempat.



Pak RT dan ketua karang taruna bernama sandy telah mengijinkan untuk bergayeng-gayengan disana. Oh iya, rencananya akan ada pesta mie ayam disana, setelah membooking mie ayam pak bejo kurasa akan ada kekacauan besar di selasa sore besok. Yeah semoga saja kekecewaanku akan system birokrasi yang mengganjal ketika stasiun dapat terobati. setelah kenyataan pahit mengenai perijinan stasiun yang sangat “Indonesia banget” minggu kemarin, aku memutuskan untuk mengambil alternative kedua. Opsi kedua mengenai lokasi untuk pameran komik empat penjuru kali ini adalah gang kampung. Tema besar kali ini memang keberagaman manusia, stasiun dan kampung juga bisa menjadi simbol untuk menggambarkan kultur manusia di era sekarang. Di postingan kemarin kita berbicara stasiun sebagai tempat publik dan berbicara mengenai kemungkinan berbicara tentang media komunikasi alternative kepada masyarakat urban.

ini dia peta lokasinya:



Rencana untuk menciptakan ruang berkesenian itu ternyata kandas dengan sangat sukses dikarenakan sistem birokrasi yang cukup ‘sakit’. Aku tidak tahu siapa yang benar dan salah, namun show must go on. Acara hajatan ini tidak akan berhenti hanya gara-gara tersandung masalah financial yang tidak fear. Opsi kedua masalah lokasi untuk berpameran komik andaikata di stasiun gagal adalah gang perkampungan.
Pengertian kampung menurut komisi #4 adalah tempat dimana para manusia dari berbagai penjuru membentuk suatu sistem yang beraneka ragam melalui proses adaptasi. Kita tidak dapat memungkiri keberadaan kampung di kota besar sangatlah penting. Alasan-alasan kita untuk memakai kampung sebagai tempat berpameran juga tidak jauh berbeda dengan alasan di stasiun. Beberapa pernyataan seperti ‘mendekatkan media’ dan ‘mencari tempat seni yang baru’ masih membayangi motif kami kali ini. Sama persis? Ah, kurasa tidak, ada beberapa poin asik yang seru untuk dicermati mengenai kampung dan komik komisi #4. Oke, saatnya mendiskripsikan keasikkan kampung cinderejo, gilingan, di kota Surakarta.


Hal yang pertama kali aku pikirkan andaikata terdengar kata “kampung” adalah keberagaman subyek yang sangat akrab. Pernyataan itu sangatlah beralasan, jalinan kedekatan tersebut akan sangat berbeda sekali dengan keberagaman di stasiun. Tempat transit sarana public seperti stasiun mungkin hanya bisa sekedar numpang lewat dan kemudian segera bergerak kembali. Jika kalian mengharapkan suasana hommy, enjoy, dan sangat teduh dari tempat pemberhentian kereta tersebut maka kalian salah besar. Di stasiun kita hanya berhenti, menunggu sejenak, dan kemudian pergi. Aku percaya setiap kejadian pasti ada keinginan tuhan yang tersirat didalamnya.

Aku juga sedikit belajar dari konser hampir gagal the mudub sabtu kemarin. Konser labil dan gokil yang rencananya akan diakan di pendopo telah gagal dengan sukses di karenakan banyak hal. Entahlah, kurasa ada banyak keinginan dan motif yang harus kita pahami dari banyak manusia. Pak “B”, kakak pertama, si Telo, feri yes you, sanasuke, popok, dan lain-lain pasti mempunyai keputusan yang tepat untu mereka. Dan terakhir aku akan mencoba lebih arif dalam memandang masalah dan apapun yang ada:)


Mujix
sedang menenangkan diri
untuk pembukaan pameran komisi
4 penjuru
Solo, 26 Juli 2011

Postingan populer dari blog ini

Si Eja is Back!!

Tuyul kecil yang bernama Eja. suka menggelinding kemana-mana. kebiasaan terupdate dari si Tuyul ini adalah suka nyiumin knalpot sepeda motornya kakakku. iya, dia SUKA NYIUMIN KNALPOT.  makanya kalo motor abis di pake biasanya si Eja di buang dulu entah kemana. Abis nangis, soalnya dia suka gak terima kalo tiba-tiba di jauhin dari knalpot motor yang abis di pake. kasihan kan kalo ngemut knalpot panas, mending doi ngemut kerupuk atau ngemut dada ibunya saja (netek maksudnya -___-a). oh iya, kerupuk ini biasanya cuman di emut doang, jarang dimakan, kalo sedang gak mood si kerupuk cuman diremuk-remuk pake tangan. adegan 'meremuk kerupuk' itu ngingetin sama monsternya Ultraman saat menghancurkan gedung-gedung pencakar langit kota Tokyo. sama-sama Brutal!!! adegan ini setidaknya menjelaskan bahwa Si Eja suka di kelitikin perutnya pake kepala bapakku yang botak. mungkin si Eja merasa geli-geli anget gimana gitu kali yaaa. adegan paling lucu yang bisa bik...

Laporan harian:)

Setelah berteori ria tentang makna MANUSIA dengan mas roso di postingan kemarin, sekarang saatnya melaporkan banyak hal yang terjadi dua mingguan kemarin. Hari ini adalah hari ke 25 di bulan mei, masih saja panas, terkantuk-kantuk dan tentu saja bermalas-malasan. Hidupku tak banyak berubah kurasa, berkutat dengan rutinitas yang akhir-akhir ini kurasa cukup menyenangkan. Aku sedikit banyak telah belajar tentang pengendalian mood dan semangat. Ada beberapa poin penting yang pelu dicatat dibulan mei ini, yang pasti aku dari awal bulan telah di sibukkan oleh profesi idealisku yaitu sebagai komikus amatir. Yeah.. kurasa kalian mengerti apa yang aku maksudkan, yup.. aku mulai mengerjakan lemon tea dengan semangat. Sebuah komik labil tentang cinta yang tertangguhkan selama hampir 1 tahun (dan hampir saja ide itu membatu menjadi fosil dan bermutasi menjadi virus mematikan bernama “galau”:D). Banyak kejadian yang membuatku memantapkan niatku untuk mengkelarkan projek ini, sengenggak-enggaknya...

November Rain!

Sudah beberapa hari ini, studio tempatku mengerjakan komik sangat berantakan. Berantakan pake banget. Sama berantakannya kayak muka gue.  Sebenarnya yang berantakan cuman meja gambarnya sih, sebenarnya itu juga BUKAN meja gambar yang kayak di studio-studio komik gituh. Lebih tragis lagi, aslinya meja tempatku mengerjakan komik adalah meja makan. Setahun sekali saat lebaran, meja itu biasanya dikeluarkan buat tempat toples Rempeyek, Rengginang, Jenang, dan tentu saja makanan-makanan alien lainnya.  Akhir lebaran tahun ini, meja makan itu dengan resmi bertransmigrasi dari ruang tamu menuju studio komik yang keren banget ini. Begitu. Bulan November 2014 seminggu lagi bakal abis, Dompetku juga mulai menipis, harga BBM yang kemarin naik makin membuatku meringis.  Terus aku kudu piye?  Aku juga tidak tahu, namun yang pasti, aku harus mengerjakan beberapa halaman komik yang belum kelar. Hal itulah yang membuat studio tempatku mengerjakan komik menjadi sangat berantakan...