Langsung ke konten utama

3000 Perak

Di suatu petang yang sangat syahdu di Jakarta. Aku sedang bercengkrama dengan Mas Mas Gojek menembus macetnya jalan di depan Mall Kota Kasablanca.

Mas Gojeknya ramah abis, atau entah sedang bosan dengan laju lalu lintas yang lamban, terus doi nanya. "Wah, Abang ke tukang pijet pasti sedang kecapekan ya?". FYI, terakhir kali aku dipanggil 'abang' saat beli 'Durian Ucok'.

"Maksudnya?" Tanyaku mencoba memperjelas keadaan.

"Lhaah itu, di aplikasi Abangnya mau turun di Salon dan Spa, gitu. Pasti mau pijet!" Ujarnya dengan terkekeh geli.

Oh. Aku baru paham. Tempat dimana aku turun memang sebuah salon dan spa, dan itu aku memilih tempatnya sangat acak. Mau salon kek, mau panti pijet kek, mau rumah mantan kek, selama dekat lokasi tujuan dan tarifnya murah sudah pasti aku jabanin.

"Kagaak, Bang. Aku gak mau pijet. Aku mau ke Stasiun Tebet" kataku perlahan.

"Hah?" Sang driver heran.

"Salon dan Spa itu lokasinya di seberang jalan Stasiun Tebet. Kalau aku ngetik  tempat tujuan 'Stasiun Tebet', nanti kena tarif 8000 rupiah, Bang!" Ujarku sambil menutup hidung dari polusi udara jalan raya.

"Nah, kalau aku ganti 'tempat tujuan' dari 'Stasiun Tebet' menjadi 'salon apalah itu', tarif yang muncul 5000 rupiah! Lumayan ngirit beberapa ribu perak, dengan jarak tempuh yang hampir sama" kataku sambil tertawa bangga.

Sang Abang Gojek ikut terkekeh dengan nada yang agak aneh. Mungkin ia merasa dicurangi. Karena di dunia ini ada kaum-kaum yang menyamakan arti kata 'hemat'  dengan kata 'pelit'.

Namun daripada 'pelit' aku lebih suka menyebutnya dengan kata 'jeli'. Bayangin aja, selisih 3000 perak dikalikan dengan 100 perjalanan. Udah ada uang 300.000, Bung!

Itulah mengapa aku mencoba untuk jeli dalam mengatur pengeluaran. Masa depan itu tidak bisa diprediksi, hal-hal semacam itu sering aku lakukan agar kelak selisih uang tersebut jadi simpanan di masa depan.

Mulai dari yang kecil. Mulai dari yang sederhana. Semacam mengakali tempat tujuan turun saat naik ojek daring. Menyimpan uang receh di satu tempat. Mengatur waktu pembelian sepatu baru agar tepat dengan hari besar saat ada promo.

Karena aku percaya, sebuah hal yang besar, pasti berawal dari sesuatu yang kecil dan sederhana.

Namun sesuatu suara lirih bergema di ujung hati nurani. "Alah, bilang aja dompet lagi bokek! pake sok berfilsafat segala, lu Tong! Wkwkwkkw".

Mujix
Lelaki yang pernah memutuskan naik Busway setelah melihat tarif ojek daring yang naik gila-gilaan saat jam pulang kerja.
Stasiun Tebet, 4 November 2018

Postingan populer dari blog ini

Si Eja is Back!!

Tuyul kecil yang bernama Eja. suka menggelinding kemana-mana. kebiasaan terupdate dari si Tuyul ini adalah suka nyiumin knalpot sepeda motornya kakakku. iya, dia SUKA NYIUMIN KNALPOT.  makanya kalo motor abis di pake biasanya si Eja di buang dulu entah kemana. Abis nangis, soalnya dia suka gak terima kalo tiba-tiba di jauhin dari knalpot motor yang abis di pake. kasihan kan kalo ngemut knalpot panas, mending doi ngemut kerupuk atau ngemut dada ibunya saja (netek maksudnya -___-a). oh iya, kerupuk ini biasanya cuman di emut doang, jarang dimakan, kalo sedang gak mood si kerupuk cuman diremuk-remuk pake tangan. adegan 'meremuk kerupuk' itu ngingetin sama monsternya Ultraman saat menghancurkan gedung-gedung pencakar langit kota Tokyo. sama-sama Brutal!!! adegan ini setidaknya menjelaskan bahwa Si Eja suka di kelitikin perutnya pake kepala bapakku yang botak. mungkin si Eja merasa geli-geli anget gimana gitu kali yaaa. adegan paling lucu yang bisa bik...

Laporan harian:)

Setelah berteori ria tentang makna MANUSIA dengan mas roso di postingan kemarin, sekarang saatnya melaporkan banyak hal yang terjadi dua mingguan kemarin. Hari ini adalah hari ke 25 di bulan mei, masih saja panas, terkantuk-kantuk dan tentu saja bermalas-malasan. Hidupku tak banyak berubah kurasa, berkutat dengan rutinitas yang akhir-akhir ini kurasa cukup menyenangkan. Aku sedikit banyak telah belajar tentang pengendalian mood dan semangat. Ada beberapa poin penting yang pelu dicatat dibulan mei ini, yang pasti aku dari awal bulan telah di sibukkan oleh profesi idealisku yaitu sebagai komikus amatir. Yeah.. kurasa kalian mengerti apa yang aku maksudkan, yup.. aku mulai mengerjakan lemon tea dengan semangat. Sebuah komik labil tentang cinta yang tertangguhkan selama hampir 1 tahun (dan hampir saja ide itu membatu menjadi fosil dan bermutasi menjadi virus mematikan bernama “galau”:D). Banyak kejadian yang membuatku memantapkan niatku untuk mengkelarkan projek ini, sengenggak-enggaknya...

November Rain!

Sudah beberapa hari ini, studio tempatku mengerjakan komik sangat berantakan. Berantakan pake banget. Sama berantakannya kayak muka gue.  Sebenarnya yang berantakan cuman meja gambarnya sih, sebenarnya itu juga BUKAN meja gambar yang kayak di studio-studio komik gituh. Lebih tragis lagi, aslinya meja tempatku mengerjakan komik adalah meja makan. Setahun sekali saat lebaran, meja itu biasanya dikeluarkan buat tempat toples Rempeyek, Rengginang, Jenang, dan tentu saja makanan-makanan alien lainnya.  Akhir lebaran tahun ini, meja makan itu dengan resmi bertransmigrasi dari ruang tamu menuju studio komik yang keren banget ini. Begitu. Bulan November 2014 seminggu lagi bakal abis, Dompetku juga mulai menipis, harga BBM yang kemarin naik makin membuatku meringis.  Terus aku kudu piye?  Aku juga tidak tahu, namun yang pasti, aku harus mengerjakan beberapa halaman komik yang belum kelar. Hal itulah yang membuat studio tempatku mengerjakan komik menjadi sangat berantakan...