Langsung ke konten utama

Waktu Yang Sempurna

Saat itu pagi jam setengah delapan, sudah banyak pembeli berlalu lalang di warung kami. Aku sudah bangun dan tengah menyeduh teh hangat di dapur depan pintu. Sekedar kalian tahu, Teh hangat itu aku bawa dari 'Jawa', kalau kata orang Bogor. Dua merk teh tubruk aku campurkan menjadi satu agar mendapat citarasa kampung halaman yang kadang merasa butuh untuk dirindukan.

Mataku memandang ke sekeliling. Mamak tengah melayani pembeli yang butuh daun bawang, sawi, bayam, cabe atau apapun. Sesekali terdengar tawa renyah dari mereka. Bapakku tak tampak, jam segini ia biasanya lari-larian di taman belakang kampung. Aku juga terkadang lari-larian, atau bahasa gaulnya 'jogging', namun itu akan terjadi jika waktu sudah beranjak ke sore hari.

Teh hangat sudah terseduh, uap hangat dari gelas tersebut menyentuh tanganku yang kedinginan karena habis mandi. Mandi di pagi hari itu bagus untuk kamu yang 'ngantukan'. Mandi di pagi hari bagus untuk kamu yang ingin menikmati sedapnya teh hangat.

Aku beranjak ke meja yang terletak di tengah warung. Dari tempat ini aku bisa memandang luas sampai ke segala sudut. Di sampingku atau tepatnya di etalase lemari kaca depan warung, tersedia banyak makanan. Langsung saja aku comot beberapa martabak dan buras. Martabak yang buat adalah Encik, ibu-ibu paruh baya etnis Tionghoa yang pandai memasak berbagai makanan. Nah kalau buras, yang bikin bapakku. Bapakku menangani buras dan gorengan.

Selain martabak dan buras, di etalase itu ada kue hijau atau talem, buatan Teh Lenny. Camilan ini paling laris di warungku. Semacam lapis berwarna hijau namun diisi santan. Rasanya manis. Ada pula bakpao isi kentang milik Bu RW. Etalase itu seperti Indonesia. Bermacam-macam isinya namun berada di tempat yang sama.

Sesekali aku melongok ke luar, terkadang aku tiba-tiba ngidam sarapan bubur ayam. Dan tengilnya, lokasi tempat berjualan bubur ayam itu terhalangi oleh spesies brengsek bernama manusia yang punya mobil tapi gak mau bikin garasi. Aku berjanji jika suatu saat bisa beli mobil, aku akan membuat garasi terlebih dahulu. Apabila pandangan terhalang, aku biasanya berjalan beberapa langkah untuk memastikan ada tidaknya ceret tempat wadah teh. Jika ada, berarti penjual bubur itu tengah berniaga. Jika tidak, ya sepertinya aku akan sarapan buras 3 potong.

Aku selalu mengawali hari dengan aktivitas yang sempurna seperti ini. Minum teh hangat sambil makan camilan, dan mungkin apabila sudah hari jumat atau sabtu bakal ditemani komik baru di situs manga on line. Waktu yang sempurna adalah saat ini, dimana semua hal di sekitarmu bisa menyatu di sebuah dimensi bernama kebahagiaan dan rasa syukur.

Mujix
Sedang berada di tempat yang sama. Namun di masa yang berbeda. Situasi terkini warung tersebut sangat berantakan, karena kami memutuskan untuk pindah/ pulang ke Rumah. Apakah masih waktu yang sempurna? Tentu saja.
Bogor, 12 Maret 2019



Postingan populer dari blog ini

Si Eja is Back!!

Tuyul kecil yang bernama Eja. suka menggelinding kemana-mana. kebiasaan terupdate dari si Tuyul ini adalah suka nyiumin knalpot sepeda motornya kakakku. iya, dia SUKA NYIUMIN KNALPOT.  makanya kalo motor abis di pake biasanya si Eja di buang dulu entah kemana. Abis nangis, soalnya dia suka gak terima kalo tiba-tiba di jauhin dari knalpot motor yang abis di pake. kasihan kan kalo ngemut knalpot panas, mending doi ngemut kerupuk atau ngemut dada ibunya saja (netek maksudnya -___-a). oh iya, kerupuk ini biasanya cuman di emut doang, jarang dimakan, kalo sedang gak mood si kerupuk cuman diremuk-remuk pake tangan. adegan 'meremuk kerupuk' itu ngingetin sama monsternya Ultraman saat menghancurkan gedung-gedung pencakar langit kota Tokyo. sama-sama Brutal!!! adegan ini setidaknya menjelaskan bahwa Si Eja suka di kelitikin perutnya pake kepala bapakku yang botak. mungkin si Eja merasa geli-geli anget gimana gitu kali yaaa. adegan paling lucu yang bisa bik...

Laporan harian:)

Setelah berteori ria tentang makna MANUSIA dengan mas roso di postingan kemarin, sekarang saatnya melaporkan banyak hal yang terjadi dua mingguan kemarin. Hari ini adalah hari ke 25 di bulan mei, masih saja panas, terkantuk-kantuk dan tentu saja bermalas-malasan. Hidupku tak banyak berubah kurasa, berkutat dengan rutinitas yang akhir-akhir ini kurasa cukup menyenangkan. Aku sedikit banyak telah belajar tentang pengendalian mood dan semangat. Ada beberapa poin penting yang pelu dicatat dibulan mei ini, yang pasti aku dari awal bulan telah di sibukkan oleh profesi idealisku yaitu sebagai komikus amatir. Yeah.. kurasa kalian mengerti apa yang aku maksudkan, yup.. aku mulai mengerjakan lemon tea dengan semangat. Sebuah komik labil tentang cinta yang tertangguhkan selama hampir 1 tahun (dan hampir saja ide itu membatu menjadi fosil dan bermutasi menjadi virus mematikan bernama “galau”:D). Banyak kejadian yang membuatku memantapkan niatku untuk mengkelarkan projek ini, sengenggak-enggaknya...

November Rain!

Sudah beberapa hari ini, studio tempatku mengerjakan komik sangat berantakan. Berantakan pake banget. Sama berantakannya kayak muka gue.  Sebenarnya yang berantakan cuman meja gambarnya sih, sebenarnya itu juga BUKAN meja gambar yang kayak di studio-studio komik gituh. Lebih tragis lagi, aslinya meja tempatku mengerjakan komik adalah meja makan. Setahun sekali saat lebaran, meja itu biasanya dikeluarkan buat tempat toples Rempeyek, Rengginang, Jenang, dan tentu saja makanan-makanan alien lainnya.  Akhir lebaran tahun ini, meja makan itu dengan resmi bertransmigrasi dari ruang tamu menuju studio komik yang keren banget ini. Begitu. Bulan November 2014 seminggu lagi bakal abis, Dompetku juga mulai menipis, harga BBM yang kemarin naik makin membuatku meringis.  Terus aku kudu piye?  Aku juga tidak tahu, namun yang pasti, aku harus mengerjakan beberapa halaman komik yang belum kelar. Hal itulah yang membuat studio tempatku mengerjakan komik menjadi sangat berantakan...