Langsung ke konten utama

Kepiting

Kepiting. Aku penasaran sama rasanya. Dulu pernah beli tapi ukuran kecil dan dicampur sambal. Tiap pulang ke rumah jika lewat jalur Nogosari maka akan bertemu restoran seafood. Mau beli suka lupa,  saat tak lupa gak ada uangnya. Malam ini tidak lupa dan ada uangnya lalu gas beli deh. 

Restoran sepi. Menunya banyak, ada kepiting,  cumi bahkan lobster. Harganya mahal. Karena mahal aku beli kepiting yang standar. Pesanan sudah jadi. Makanan dibungkus dan langsung aku gas pulang. Sampai rumah maghrib. Mamak dan bapak aku kabari kalau aku beli kepiting. Mamakku shock karena harganya tak murah. 

Kepiting dipindah mamakku ke mangkok. Aku ke kamar merapikan badan dan istirahat. Mamak berteriak soal bingung gimana caranya makan kepiting. Katanya cuma berisi 'tulang' dan kuah. Aku juga berteriak bahwa aku tak tahu cara makannya. Ini adalah pengalaman pertamaku beli kepiting. 

Tak mau pusing terlalu lama,  aku menyusul mamak di dapur. Ambil nasi dan menuju lauk kepiting. Mamakku masih bingung, begitu juga bapakku. Aku menengok sang kepiting. Kubolak-balik pakai sendok. Kemudian aku ikutan bingung. Ini makannya gimana anjir. 

Pokoknya aku ambil dulu lah. Beberapa bagian aku taro di piring makan. Setelah menganalisis beberapa menit akhirnya sampailah di sebuah kesimpulan. Benda yang harus di makan dari kepiting adalah dagingnya. Dan daging tersebut ternyata berada di dalam tulang-tulangnya. Okey,  aku sudah tahu. Tapi masih bingung. Buset, Ini makannya gimana anjir.

Gak mungkin menggigit cangkang. Keras bnget.  Aku butuh tang. Sialnya di rumah tang kotor semua. Aku makin bingung. Bapakku lalu datang dengan ide cemerlang. Beliau bilang kalau cangkangnya dipukul-pukul aja pakai sendok. Aku masih sedikit bingung. Namun bagai makhluk primata aku mulai memukul kepiting itu pakai sendok. Kami berdua memukul-mukul kepiting di piring bagai manusia prasejarah. "Tak tok tak tok tak tok!" begitu bunyinya. 

Pukulanku beberapa kali meleset. Beberapa kali kena piring. Tak lama kemudian aku semakin ahli. Dan voila,  cangkang-cangkang itu mulai pecah. Uhihihi. 

Dagingnya mulai kelihatan. Lalu aku korek pakai garpu. Astagfirullah susah banget. Beberapa gumpal daging mulai ada di sendok. Aku makan sedikit demi sedikit. Rasanya enak. Kayak daging udang tapi lebih kalem. Tapi isinya sedikit. Kepiting segede telapak tangan itu hanya memiliki porsi daging ala kadarnya. 

Mamakku ngetawain semua hal random ini. Katanya uang segitu lebih baik dibuat beli ayam mentah. Aku bilang pada beliau kalau aku membeli pengalaman. Aku membeli obat rasa penasaran akan makanan bernama kepiting. Sekarang aku bisa tidur dengan tenang. "Tak tok tak tok tak tok" bunyi terbawa sampai ke alam mimpi. 

Mujix
Kayaknya cukup sekali
ini saja beli kepiting. 
Sambi, 9 Maret 2023

Postingan populer dari blog ini

Si Eja is Back!!

Tuyul kecil yang bernama Eja. suka menggelinding kemana-mana. kebiasaan terupdate dari si Tuyul ini adalah suka nyiumin knalpot sepeda motornya kakakku. iya, dia SUKA NYIUMIN KNALPOT.  makanya kalo motor abis di pake biasanya si Eja di buang dulu entah kemana. Abis nangis, soalnya dia suka gak terima kalo tiba-tiba di jauhin dari knalpot motor yang abis di pake. kasihan kan kalo ngemut knalpot panas, mending doi ngemut kerupuk atau ngemut dada ibunya saja (netek maksudnya -___-a). oh iya, kerupuk ini biasanya cuman di emut doang, jarang dimakan, kalo sedang gak mood si kerupuk cuman diremuk-remuk pake tangan. adegan 'meremuk kerupuk' itu ngingetin sama monsternya Ultraman saat menghancurkan gedung-gedung pencakar langit kota Tokyo. sama-sama Brutal!!! adegan ini setidaknya menjelaskan bahwa Si Eja suka di kelitikin perutnya pake kepala bapakku yang botak. mungkin si Eja merasa geli-geli anget gimana gitu kali yaaa. adegan paling lucu yang bisa bik...

Laporan harian:)

Setelah berteori ria tentang makna MANUSIA dengan mas roso di postingan kemarin, sekarang saatnya melaporkan banyak hal yang terjadi dua mingguan kemarin. Hari ini adalah hari ke 25 di bulan mei, masih saja panas, terkantuk-kantuk dan tentu saja bermalas-malasan. Hidupku tak banyak berubah kurasa, berkutat dengan rutinitas yang akhir-akhir ini kurasa cukup menyenangkan. Aku sedikit banyak telah belajar tentang pengendalian mood dan semangat. Ada beberapa poin penting yang pelu dicatat dibulan mei ini, yang pasti aku dari awal bulan telah di sibukkan oleh profesi idealisku yaitu sebagai komikus amatir. Yeah.. kurasa kalian mengerti apa yang aku maksudkan, yup.. aku mulai mengerjakan lemon tea dengan semangat. Sebuah komik labil tentang cinta yang tertangguhkan selama hampir 1 tahun (dan hampir saja ide itu membatu menjadi fosil dan bermutasi menjadi virus mematikan bernama “galau”:D). Banyak kejadian yang membuatku memantapkan niatku untuk mengkelarkan projek ini, sengenggak-enggaknya...

November Rain!

Sudah beberapa hari ini, studio tempatku mengerjakan komik sangat berantakan. Berantakan pake banget. Sama berantakannya kayak muka gue.  Sebenarnya yang berantakan cuman meja gambarnya sih, sebenarnya itu juga BUKAN meja gambar yang kayak di studio-studio komik gituh. Lebih tragis lagi, aslinya meja tempatku mengerjakan komik adalah meja makan. Setahun sekali saat lebaran, meja itu biasanya dikeluarkan buat tempat toples Rempeyek, Rengginang, Jenang, dan tentu saja makanan-makanan alien lainnya.  Akhir lebaran tahun ini, meja makan itu dengan resmi bertransmigrasi dari ruang tamu menuju studio komik yang keren banget ini. Begitu. Bulan November 2014 seminggu lagi bakal abis, Dompetku juga mulai menipis, harga BBM yang kemarin naik makin membuatku meringis.  Terus aku kudu piye?  Aku juga tidak tahu, namun yang pasti, aku harus mengerjakan beberapa halaman komik yang belum kelar. Hal itulah yang membuat studio tempatku mengerjakan komik menjadi sangat berantakan...