Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Si Anu

Tahun ini benar-benar tahun yang sibuk. Aku menghabiskan hidupku di meja kerja untuk membuat komik. Dan kisah ini sebenarnya terjadi di beberapa pekan yang lalu, Jadi aku sedang menggambar siang itu. Ibuku berteriak dari luar. Beliau berkata kalau Si Anu benar-benar iri kepadaku. Menurut Si Anu, hidupku sangat sempurna. Si anu bilang, kalau aku memiliki pekerjaan sesuai passion dan bisa dikerjakan di rumah (atau di manapun) itu sangat menakjubkan, apalagi dengan waktu bebas nan tak terbatas untuk melakukan apapun yang aku sukai. Nggambar, karya hasil jadi dikirim via internet, kalo udah beres, langsung deh ditransfer via Bank. Menurutnya, rutinitas itu benar-benar berbanding terbalik dengan dirinya yang pegawai di rental komputer kecil di daerah kampus. Ya, dia memang berprofesi seperti pegawai yang kita kenal pada umumnya. Berangkat pukul 8 dan pulang pukul 4. Jika sedang ramai Si Anu bakal bertahan sampai malam untuk mengejar setoran. Aku sudah tahu siapa Si Anu yang dibicarakan ...

Nikotopia dan Osamu Tezuka

"Wah, kamu komikus? Tau Osamu Tezuka dong!?" Tanya seorang pemuda berkacamata dengan antusias saat bertemu denganku. *** "Euh. Osamu siapa!?" Aku menjawab terbata-bata dengan berpikir keras mencari siapa sebenarnya 'Osamu Tezuka'. Kebingungan? Tentu saja. Saat itu adalah masa kuliah di mana aku sibuk berbangga diri dan malas belajar gara-gara dilabeli 'komikus' oleh teman-teman sekampus. Pokoknya semacam mahasiswa songong sok seniman yang sering nongol di pameran lukisan gitulah. Saat itu aku seketika mati kutu, bengong dan hanya bisa mendengarkan celoteh pemuda yang kuanggap 'orang awam' tersebut. Tiba-tiba saja pemuda itu bercerita penuh semangat mengenai komik favoritnya Candy-Candy, Sepatu kaca dan segudang sejarah komik Jepang, serta alasan mengapa 'Osamu Tezuka' bisa mendapat gelar 'dewa manga'. Pemuda itu 'menamparku' dengan sangat santun. Suka tidak suka, akhirnya harus diakui kalau pengetahuanku tentang ...

Budak Ide

Aku adalah budak ide. Suka atau tidak suka, di kepalaku terlalu banyak hal yang ingin aku gambar. Sejak pertama kali aku membuat komik, entah sudah berapa kali aku terpuruk di lubang-lubang dalam. Dulu pernah komik buatanku disangka milik orang lain dan dicibir teman karena katanya gambarku terlalu bagus untuk ukuran anak SMP. Galau!? Ya iyalah. Kalian tahukan bagaimana kejiwaan seorang bocah SMP yang masih labil. Ditolak penerbit rasanya juga getir. Beberapa orang bahkan enggan menggambar lagi saat mengetahui kenyataan bahwa komiknya benar-benar diabaikan saja oleh penerbit. Dua komik ini sangat membanggakan. Di tahun 2001, aku menggambar komik untuk pertama kalinya. Dan di tahun 2015, komik yang aku gambar tersebar di toko buku untuk pertama kalinya. ♡ Jadi jika saat ini kalian berada di situasi yang belum sesuai dengan yang diharapkan, bertahanlah. Bisa jadi masa membangun diri dan berproses kalian belum usai. Lalu, apakah saat ini masa membangun diri dan berprosesku suda...

Lupa

Aku sudah lupa rasanya berbahagia. Entah kenapa hal-hal yang sangat akrab denganku saat ini hanya suasana bosan, keadaan lelah, situasi gamang dan terkadang atmosfer kemalasan. Mungkin aku sedang mengalamai situasi diorientasi hidup lagi. Untuk kesekian kalinya. Jika berkaca dari kejadian yang sudah-sudah, solusi dari permasalah seperti ini sebenarnya sangat sederhana. Aku harus mengambil liburan! Benar-benar liburan dan keluar sejenak dari rutinitas. Enaknya ngapain ya? Mujix Lelaki yang perutnya mual gara-gara susu kotak rasa coklat dari warung sebelah. Bogor, 14 November 2017
Dompetku hilang di dalam rumah. Aku bingung. Isinya uang receh dan surat-surat. Dompet bagiku adalah separuh nyawa. Semua tempat aku cari, semua tempat aku bongkar. Namun tak kunjung ketemu. Apakah aku panik? Tidak, karena aku panikpun sang dompet juga tidak mungkin bakal nongol. Apakah aku pusing? Lumayan, soalnya mencari KTP dan ATM di tanah perantauan itu sangat menyebalkan. Aku sudah mengitari semua bagian di seisi kontrakan sampai khatam. Enggak ketemu!!! Meh! Langsung aku merebahkan diri di kasur. Males nyarinya. Toh dicari juga gak bakal ketemu. Aku memutuskan untuk diam. Mencoba hening dan menganalisa kemana gerangan sang dompet. Apabila ditilik dari pergerakanku, hanya ada tiga tempat yang memungkinkan menjadi persembunyiannya. Kamar Tidur dan Meja gambar.  Kamar tidur adik yang berantakan itu membuatku malas untuk mencarinya. Terlalu banyak barang teronggok. Aku hanya mencari sekedarnya. Dan tentu saja nihil. Opsi kedua adalah Meja Gambar. Tempat ini sangat sederhana...

Presiden dan Pendidikan di Daerah Tertinggal

Saat itu sedang ada sosialisasi program pemerintah di kantor Kabupaten Boyolali. Aku yang iseng nylonong masuk ke kantor untuk riset mengenai arti maskot kabupaten dikejutkan oleh suara cempreng bapak-bapak paruh baya. Suara cempeng nan khas itu ternyata suara Pak Jokowi. Beliau sedang mengadakan blusukan ke kantor kabupaten dalam rangka memantau kinerja pejabat pemerintah. "Sini-sini..." Panggil Pak Jokowi sambil melambaikan tangannya padaku. Mak dheg! Aku kaget! Dengan muka pucat dan agak sedikit panik aku bergegas menuju tempat beliau berdiri. Beberapa Paspanpres menghampiriku, satu orang memeriksa isi tas dipinggungku sambil berbicara melalui earphonne-nya. Benar-benar pengamanan kelas satu untuk orang nomer satu di Indonesia. Pemeriksaan singkat itu telah usai. Langkah demi langkah kulalui untuk menjawab panggilan pak Presiden. Dengan wajah sumringah beliau menjabat tanganku dengan erat seraya berkata banyak hal. "Saya tahu kamu lhooo! Karyamu bagus penuh deng...

Ponsel Pintar

Sejak aku memakai ponsel pintar, intensitas membaca buku berkurang. Asupan nutrisi pemikiranku hanya diisi berita politik, kegaduhan di sana-sini, dan artikel-artikel viral lainnya. Salah satu manfaat yang aku setujui saat membaca di ponsel pintar mungkin adalah kemampuan membacaku yang semakin cepat, walau terpotong-potong. Polanya sederhana, baca judul artikel, baca kalimat pertama, lalu acuhkan dan scrolling sampai kalimat terakhir di paragraf terakhir. Hal ini mengingatkanku dengan ujian Bahasa Indonesia saat bersekolah dulu tentang inti suatu paragraf. Sisanya, membaca artikel melalui gawai menurutku sangat melelahkan. Salah satu cara dalam mengembalikan 'kewarasan'-ku dalam berliterasi adalah membaca buku fisik. Membaca buku berwujud fisik sangat menyenangkan. Aku dapat berdialog secara 'imajiner' dengan para karakter yang berada di buku maupun dengan pengarangnya tanpa serangan gangguan. Gangguan apa? Ya semacam pemberitahuan dari berbagai aplikasi yang aku p...

Komik Hari Santri 2017

Sumpah. Aku hanya 'numpang' tenar saja saat potret ini diambil. Lha wong, plakat ajib ini katanya hanya ada dua, yaitu penyelenggara acara dan pemilik museum rekor. Jadi ceritanya kemarin aku dan teman-teman komikus mencoba membuat komik sepanjang 300 meter bertemakan (kayaknya sih) peran santri dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Guru

"I don't inspire other by being perfect, I inspire them by how I deal with my imperfection." . . . Dulu waktu bersekolah di SMK, pria  rambut kribo berjaket ala Songoku itu berharap ada seorang guru yang datang dan mengajarinya ilmu berkomik. Namun apa daya, tiga tahun berlalu begitu saja. Guru berkomik yang ia dambakan tidak pernah datang menghampirinya. Aku tidak mengajari seseorang untuk menjadi sempurna, Aku selalu menceritakan mengenai bagaimana aku bernegosiasi dengan segala ketidaksempurnaanku dalam berkarya. Ya, karena setiap manusia sejatinya guru untuk dirinya sendiri. . . Foto diambil saat mengisi Workshop Komik di SMK N 9 Surakarta. Mujix Sedang membuat sketsa cover buat komik detektif yang kedua. Simo, 11 Oktober 2017

Latar Belakang Komik

Halaman 60 dari  Komik Proposal Untuk Presiden (sumber: Dokumen pribadi) Dulu aku malas menggambar latar belakang. Paling suka menggambar karakter yang lagi pose keren. Ngapain harus susah-susah menggambar pohon!? Ngapain berpusing ria menggambar sepeda atau kendaraan bermotor di jalan?  Ngapain bergalau ria menggambar rumah-rumah!? Ngapain!! Makanya komik-komikku dulu sangat 'hening' dan sepi. Lha wong isinya tokoh-tokoh yang semuannya PRIA dengan wajah close up dengan muka-muka sok cool. Bukan apa-apa, soalnya menggambar wanita dengan proporsi yang benar itu sulit! Karena menggambar 'buah dada' itu susahnya bukan main. Salah menempatkan 'buah dada' saat menggambar, wanita itu bisa saja dikira tokoh makhluk Wewe Gombel oleh pembaca. Namun setelah membaca buku Making Comic milik Scot McCloud,  aku tergila-gila mengeksplorasi komik dengan latar belakang. Beliau intinya bilang, perlakukan latar belakangmu  sebagaimana kamu memperlakukan k...

Aksi Bela Uang Jajan!

Saatnya mengingat masa lalu! Foto ini diambil pada saat aku duduk di kelas 2 SMP, kalau tidak salah, sepertinya aku yang unyu ini dipotret pada pertengahan tahun 2002. Motivasi pengambilan gambar ini sangat sederhana, aku hanya ingin sekedar  ‘pamer’  jas hujan baru pemberian orang tua. Pamer? Iya Pamer!  Motivasinya hampir sama dengan ‘Mbak-mbak sosmed yang mengunggah  foto makanan enak yang belum dimakan’ dan ‘mas-mas ambisius yang membagikan  situs abal-abal tentang seberapa benar kaum mereka di mata Tuhan’. Sama.  Tidak ada yang berbeda sama sekali. Jika mereka memiliki ‘makanan enak’ dan ‘situs abal-abal’, aku di masa itu memiliki jas hujan baru berwarna biru pemberian orang tuaku. Uang saku saat aku bersekolah di SMP adalah  Rp.1000! Benar, uang kertas kucel bergambar Kapiten Pattimura itu adalah segalanya. Pembagiannya sangat jelas sekali, 400 perak buat naik angkot, sisanya 600 perak buat jajan! Nominal ‘gopek’ lebih satu ‘ce...

Negara 1/2 Gila

Siang ini aku dikejutkan oleh kedatangan seorang mas-mas kece dari biro pengantar barang. Ternyata buku yang aku pesan seminggu yang lalu sudah tiba dengan gemilang. Aku sangat bersemangat membuka paket tersebut. Pengemasannya yang baik dan sangat rapi agak membuatku kesulitan saat membongkarnya. Berbekal pisau dapur langsung saja aku sobek kertas pembungkus tersebut lalu jreng... Jreng... Jreng... Tampaklah buku berwarna oranye yang menjadi cinderamata kerja kerasku sejak SMP dahulu. Ya, kalian benar, ini adalah kisah buku komik pertamaku. Buku ini adalah bukuku pertama yang diedarkan di Toko buku. Sebuah kompilasi komik yang berjudul "Negara 1/2 Gila" ini diramu dengan ganteng oleh Mas Dody YW, Arum Setiadi, dan komikus yang menulis postingan ini. Aku ingat proses pengerjaan buku ini cukup dramatis karena dikerjakan bersamaan dengan kerja profesi di Kota Bogor pada bulan Ramadhan tahun 2014. Jadi bisa dibayangkan betapa serunya mengatur waktu untuk kerja profesi, bikin ...

Ayam Betina

“Yooon!!! belehen pitik ikii karo Pakdhe No! (Yoooon!!! Sembelih ayam ini dengan Pakdhe No!)” Nenekku berteriak di sebuah sore buta. Beliau membawa ayam betina berwarna putih   untuk disembelih. Terus? Terus beliau menyuruhku menyembelih ayam tersebut di rumah pakdhe. Mendadak aku galau tujuh turunan. Aku paling benci untuk urusan bunuh membunuh.  Dengan nadanya yang tinggi sang nenek berhasil membuatku beranjak sambil membawa ayam malang tersebut. Besok di kampungku ada acara yang bernama ‘sadranan’. Acara ini berupa ritual doa bersama di kuburan sekaligus ungkapan rasa syukur para penghuni kampung dalam rangka menyambut bulan Ramadhan. “Mbah! Aku ora tego ki mbeleh pitik iki!? (Mbah! Aku tidak tega menyembelih ayam ini!?)” Aku merengek dan beralasan agar aku bisa lepas dari peristiwa ‘pembunuhan sepihak’ tersebut. Sang Nenek malah pasang wajah keras sambil mencemooh ucapanku. “Ora tego piye! Mbung kari mbeleh ngono wae kok!! (Tidak tega bagaimana! Cum...

Kuda, Kusir, dan Jalan Raya.

Sore ini aku melihat kuda. Ada dua kuda, tepatnya. Dan dua kuda itu tengah ketakutan di tengah jalan raya. Kuda itu adalah bagian dari sebuah delman yang mencoba menyebrang dari Pasar Kartosuro. Aku entah mengapa tiba-tiba tertarik memperhatikan gelagat dua kuda tersebut.  Suara ringkikan dan pergerakan penuh ragu-ragu terpancar dari kedua kuda tersebut sore itu. Aku melihatnya seperti itu. Aku kasihan. Kenapa harus selalu seperti itu? Harusnya kuda berada di habitat aslinya. Menjalani kehidupan per-kuda-annya dengan bahagia. Bukan terjebak di jalan raya dengan semua ketidaktahuannya.  Dua kuda itu benar-benar ketakutan. Untuk itulah dunia ini menciptakan profesi bernama ‘kusir’. Seperti dilagu-lagu anak itu, Pak Kusir duduk di muka. ‘Muka’ di lagu tersebut bukan berarti ‘wajah’ lho ya, muka di lagu tersebut maksudnya ‘depan’, ‘di depan’ sebagai orang nomer satu yang mengendalikan roda paling pen ting dari benda bernama delman, yaitu kuda. Dua kuda yang  hingga d...

Akbar dan Agam

Oh. Sibuk tuh rasanya kayak gini ya. Gak sempat nge-blog, gak sempat up date komik Si Amed, gak sempat bikin karya buat Instagram.  Gak sempet mikirin kamu. 'Kamu' siapa?  Sebenarnya bisa nyuri waktu sih, cuman sayangnya aku bego soal mengembalikan atsmosphere.  Apapun itu. Ini adalah 'kesibukan' yang aku cita-citakan sejak dulu.  Bukankah heroik sekali, menahan berbagai keinginan demi sebuah impian? Satu hal yang kupelajari dari berbagai kesibukan kali ini adalah, Berikan yang terbaik!  Apapun yang sedang kau lakukan saat ini. Mujix Targetku adalah menyelesaikan komik ini dalam satu bulan. Dan ini sudah memasuki minggu ke dua. Progres 10%. Keluh Simo, 27 Maret 2017

Sukses itu Takdir atau Bakat?

“Ji! Sukses itu takdir atau bakat?” Pesan WA yang sangat random itu tiba-tiba muncul di hapeku. Aku melirik sejenak, ‘ ealah, ngopo maneh bocah iki’ batinku. Siang ini adalah siang dimana aku sedang penuh kegalauan karena terjebak di kontrakan. Padahal aku sudah mengemasi semua barang di tas rangsel, sudah mandi, sudah berpakaian rapi jali, sudah bisa membedakan antara mana skala prioritas atau mana yang hanya keinginan sesaat. Begitulah, keadaan yang sangat canggung ini bisa juga dibilang ‘terjebak’.  Karena harusnya saat ini aku harus pulang ke rumah di Simo. Harusnya. Namun gara-gara ‘hujan bodoh yang tak mau tahu kapan ia mau turun’ akhirnya siang itu aku hanya termenung bingung untuk melakukan apa. Di saat sedang random seperti itulah chat yang sangat filosofis itu muncul. WA itu berasal dari seorang Feri We, sobat itemku yang hingga saat ini galau terus menerus dan berkelanjutan. Galaunya udah kayak sariawan di bibir yang enggak sembuh-sembuh gara-gara lupa memberi nu...

Cara Review Film dengan Sederhana

Aku sedang suka sekali me-review film. Apapun, yang pasti film tersebut sudah kelar aku tonton. Emangnya ada film yang enggak kelar aku tonton? Ada dan sangat banyak. Contoh film yang belum selesai (dan entah akan aku selesaikan atau enggak) adalah film 'Girls on The Train' dan 'Conjuring 2'. Ah. Mungkin genre- nya yang tidak cocok dengan asupan seleraku kali ya. Berikut adalah teknisku dalam review, karena harus aku sampaikan lewat Twitter. Secara umum terbagi menjadi 5 Tweet. 1. Rate! di tweet ini aku hanya sekedar melapor kalau film tersebut sudah selesai aku tonton. Kemudian aku kasih nilai 1 sampai 10. Film dengan nilai tertinggi di dalam reviewku adalah 'Fantastic Beast and Where to find Them'. Bagiku film ini sangat bagus. Aku menikmatinya dari awal sampai akhir. Berikut contoh tweet ku saat memberi rating. Aapapun yang aku tulis acuhkan saja, pendapat pribadi soalnya.  2. Bagusnya ! Nah untuk tweet kedua, biasanya aku bakal menuliskan hal-h...

Tersesat

Sudah satu minggu lebih. Dan keadaanku belum begitu banyak berubah. Beberapa kali aku harus menghela napas sambil mengacak-acak rambutku yang makin panjang. ‘Berat sekali’, begitu pikirku. Situasi yang harus aku ubah saat ini sangat berat sekali untuk dikalahkan. Keadaan ruang kerjaku pagi ini cukup kotor dan berantakan. Debu dan tumpukan tanah sisa rumah rayap masih berserakan dimana-mana. Jika mengubah situasi yang berat memang sulit, mungkin lebih baik aku membersihkan ruang kerja yang kotor ini agar lebih nyaman dipandang dan ditinggali, atau setidaknya untuk dipakai buat bekerja. Begitulah. Aku segera bergegas  mencari sapu dan pengki. Sapu bisa aku temukan dengan mudah di samping kulkas, biasanya tergantung bersama payung berwarna putih. Payung legendaris dimana pernah menjadi tempat tinggal binatang Lipan yang segede Gaban. Ah, jadi ingat situasi horror saat aku membunuh Lipan tersebut dengan sepatu sebelah ber-merk Converse. Nah untuk pengki, aku agaknya sedi...

Premis Cinta

Malam ini aku teringat banyak di masa lalu. Ya. Aku memiliki banyak masa lalu. Umur 28 tahun adalah usia yang telah melalui banyak cerita hidup. Suasana detik ini sangat hening. Suara serangga sayup-sayup diluar sana berpadu dengan bunyi gemeletuk keyboard yang bercumbu dengan tanganku. Sepuluh menit sebelumnya aku masih di tempat tidur. Pikiranku melesat jauh ke jaman SMP. Entah kenapa tiba-tiba saja aku teringat dengan Mita. Gadis manis yang dulu jatuh cinta padaku. Aku masih ingat wajahnya, namun aku lupa dengan nama lengkapnya. Itu lucu. Tidak terlalu penting bagaimana kisah cinta itu berjalan dan berakhir. Toh setahun kemudian aku sudah jatuh cinta lagi dengan gadis manis yang lain. Namanya Astini, namun aku selalu memanggilnya 'Pikachu'. Entah jatuh cinta, atau hanya terkagum-kagum dengan kepintarannya, aku tidak juga tidak tahu. Namun adegan dimana dia berteriak dari jalan untuk mengejek sikap pengecutku, masih terukir jelas. "Mujix kie piy...

Review Dragon Ball Super. Arc Black Goku

Siapa pembaca blog ini yang mengikuti anime Dragon Ball Super? Karya besar guru idolaku ini -Akira Toriyama- perlahan mulai memasuki babak baru, yaitu babak turnamen antar semesta yang diprakarsai Zeno Sama. Buat yang belum tahu, Zen-chan atau Zeno Sama adalah dewa tertinggi dan terkuat di semesta Dragon Ball Super, padahal bentuknya bulet mungil dan cute gituh. Banyak penggemar Dragon Ball yang kurang puas dengan serial ini. Emang sih beberapa hal semacam animasi dengan gambar yang payah, sering nongol di tiap episode. Meme mengenai topik ini banyak nongol di berbagai situs. Banyak penggemar yang kesal dan meluapkan kekecewaan tersebut di banyak kesempatan. Belum lagi beberapa episode tambahan di luar babak utama, yang menurut mereka mempunyai cerita yang remeh. Yah. Namanya juga filler Kang. Tapi menurutku pribadi, babak utama di Dragon Ball Super memang tidak se-greget Dragon Ball Z. Misalnya arc Black Goku. Sebenarnya aku sudah cukup bosan bertemu dengan banyak karakter yang ...