Langsung ke konten utama

Nenek Penyapu di Perempatan Jalan

Cerita ini terjadi saat masih kuliah. Karena tidak punya komputer aku kadang mengerjakan tugas di warnet. Nah saat itu aku terlalu sibuk dengan prosesku mengerjakan soal dan riset cari referensi. Hingga tak terasa waktu menunjukkan jam 12 malam. Karena sudah mengantuk aku memutuskan pulang. 

Warnet dan jarak kostku cukup dekat. Rental internet itu berada di depan pintu parkiran ISI kampus Kentingan. Sedangkan kostku di belakang Bank BNI Sekarpace. Jadi jika ditempuh berjalan kaki aku bisa sampai di kost dalam waktu  beberapa puluh menit. 

Malam itu seperti malam-malam biasanya. Aku sudah sering pulang larut, dan tentu saja saat itu aku tidak ada firasat apapun.
Jalanan sepi senyap. Beberapa wedangan terlihat masih buka walau sepi. Aku berjalan pelan sambil memandang langit dengan berbagai pikiran yang berkecamuk. 

Jarakku dengan kost semakin dekat, tinggal melewati dua perempatan kecil lalu belok ke arah timur. Yah setelah tugas yang penat ini aku ingin segera tidur.

Beberapa puluh meter di depanku mataku menatap sesosok makhluk di perempatan. Ya,  itu adalah perempatan terakhir yang harus aku lalui untuk sampai ke kost. 

Aku berpikir positif dan mencoba tidak berpikir macam-macam. Langkahku semakin dekat menuju sosok itu. Jantungku mulai berdebar tak wajar. 

Sosok itu terlihat seperti nenek-nenek. Beliau sedang menyapu di perempatan. Aku semakin dekat dengan nenek-nenek itu. Langkah demi langkah nafas semakin berat. 

Dalam satu lompatan aku melalui nenek yang sedang menyapu itu dengan berkeringat dingin. 

Apakah aku takut?  Tidak. Namun ada yang aneh. Aku adalah orang yang cukup ramah. Jika berpapasan dengan orang yang lebih tua di dalam keadaan yang berbeda,  orang tersebut pasti aku sapa. Minimal senyum lah sebagai bentuk permisi. 

Namun malam itu sangat lain. Ada rasa enggan dan canggung. Kalian tahu kenapa? 

Ya,  aku berpikir liar jika ada sesuatu yang janggal. Nenek-nenek macam apa yang menyapu di tengah jalan saat dini hari. Jadi untuk malam itu aku mencoba untuk cuek dan tidak menyapanya sama sekali. 

Saat aku melewati sosok itu suasana sangat mencekam. Hanya terdengar langkah kakiku dan bunyi dari sapu yang beradu dengan jalan. 

"Sreeeek... "
"Sreeeeekkk... "
"Sreeeek... "

Aku menelan ludah dengan mata tetap fokus ke depan. Saat melewati nenek itu aku hanya diam sambil dada berdegup kencang. Aku tidak berani untuk menoleh dan menatap wajah nenek tersebut. Ia terlihat membungkuk. Wajahnya gelap karena tak tersinari lampu merkuri jalan. 

"Sreeeek... "
"Sreeeeekkk... "
"Sreeeek... "

Suara sapu yang terdengar di belakangku mulai tak terdengar. Aku sudah berbelok ke arah timur dan hampir sampai di depan gerbang kost. 

Di depan gerbang kost, aku tiba-tiba berhenti berjalan. Leherku seperti ada yang menyuruh untuk menoleh ke belakang. Dan sialnya aku menuruti suruhan itu. 

Aku menoleh dengan pelan. Mataku menatap perempatan jalan tersebut dengan pandangan tak percaya. 

Sosok nenek yang menyapu jalan itu sudah raib. Seketika tubuhku bergetar dengan hebat.  Merinding sampai ke ubun-ubun. 

'Bajingan!!!?? Kui mau opo!!!? " pikirku sambil misuh-misuh dalam hati. Aku menghela napas panjang sambil menenangkan diri. Kurasa untuk beberapa bulan ke depan,  aku harus mengurangi berkelana di tengah malam bolong sendirian. 

Mujix
Pengalaman mistis saat masih jadi mahasiswa di ISI Solo. 
Simo, 30 Desember 2020

Postingan populer dari blog ini

Si Eja is Back!!

Tuyul kecil yang bernama Eja. suka menggelinding kemana-mana. kebiasaan terupdate dari si Tuyul ini adalah suka nyiumin knalpot sepeda motornya kakakku. iya, dia SUKA NYIUMIN KNALPOT.  makanya kalo motor abis di pake biasanya si Eja di buang dulu entah kemana. Abis nangis, soalnya dia suka gak terima kalo tiba-tiba di jauhin dari knalpot motor yang abis di pake. kasihan kan kalo ngemut knalpot panas, mending doi ngemut kerupuk atau ngemut dada ibunya saja (netek maksudnya -___-a). oh iya, kerupuk ini biasanya cuman di emut doang, jarang dimakan, kalo sedang gak mood si kerupuk cuman diremuk-remuk pake tangan. adegan 'meremuk kerupuk' itu ngingetin sama monsternya Ultraman saat menghancurkan gedung-gedung pencakar langit kota Tokyo. sama-sama Brutal!!! adegan ini setidaknya menjelaskan bahwa Si Eja suka di kelitikin perutnya pake kepala bapakku yang botak. mungkin si Eja merasa geli-geli anget gimana gitu kali yaaa. adegan paling lucu yang bisa bik...

Laporan harian:)

Setelah berteori ria tentang makna MANUSIA dengan mas roso di postingan kemarin, sekarang saatnya melaporkan banyak hal yang terjadi dua mingguan kemarin. Hari ini adalah hari ke 25 di bulan mei, masih saja panas, terkantuk-kantuk dan tentu saja bermalas-malasan. Hidupku tak banyak berubah kurasa, berkutat dengan rutinitas yang akhir-akhir ini kurasa cukup menyenangkan. Aku sedikit banyak telah belajar tentang pengendalian mood dan semangat. Ada beberapa poin penting yang pelu dicatat dibulan mei ini, yang pasti aku dari awal bulan telah di sibukkan oleh profesi idealisku yaitu sebagai komikus amatir. Yeah.. kurasa kalian mengerti apa yang aku maksudkan, yup.. aku mulai mengerjakan lemon tea dengan semangat. Sebuah komik labil tentang cinta yang tertangguhkan selama hampir 1 tahun (dan hampir saja ide itu membatu menjadi fosil dan bermutasi menjadi virus mematikan bernama “galau”:D). Banyak kejadian yang membuatku memantapkan niatku untuk mengkelarkan projek ini, sengenggak-enggaknya...

November Rain!

Sudah beberapa hari ini, studio tempatku mengerjakan komik sangat berantakan. Berantakan pake banget. Sama berantakannya kayak muka gue.  Sebenarnya yang berantakan cuman meja gambarnya sih, sebenarnya itu juga BUKAN meja gambar yang kayak di studio-studio komik gituh. Lebih tragis lagi, aslinya meja tempatku mengerjakan komik adalah meja makan. Setahun sekali saat lebaran, meja itu biasanya dikeluarkan buat tempat toples Rempeyek, Rengginang, Jenang, dan tentu saja makanan-makanan alien lainnya.  Akhir lebaran tahun ini, meja makan itu dengan resmi bertransmigrasi dari ruang tamu menuju studio komik yang keren banget ini. Begitu. Bulan November 2014 seminggu lagi bakal abis, Dompetku juga mulai menipis, harga BBM yang kemarin naik makin membuatku meringis.  Terus aku kudu piye?  Aku juga tidak tahu, namun yang pasti, aku harus mengerjakan beberapa halaman komik yang belum kelar. Hal itulah yang membuat studio tempatku mengerjakan komik menjadi sangat berantakan...