megamendungkelabu

Sabtu, 17 Oktober 2020

Badai Ketidakmampuan di Bulan Oktober

Nafasku naik turun pelan. Mataku memandang kosong ke arah tanpa fokus yang jelas. Pertengahan bulan Oktober ini 'badai ketidakmampuan' itu menerjang lagi. Dan seperti biasa, ia menjerembabkan jiwa ragaku ke sebuah genangan tanpa air kebahagiaan.

Suara ayam berkokok di kejauhan. Terkadang bersimfoni dengan teriakan anak kecil yang sedang bermain. Sore ini tidak terlalu panas seperti kemarin,  namun rasa lemas dan lelah seakan berlipat ganda menimpa kepalaku. 

Kata buku yang pernah aku baca, hidup yang paling berarti adalah saat ini. Karena di detik ini katanya aku mempunyai sebuah 'kehendak bebas'. 

Ingin terus terpuruk atau memperbaiki diri hanya soal pilihan kaki untuk berjalan ke arah mana. Ke kasur untuk tidur atau ke dapur untuk mencuci piring bekas sayur,  itu beberapa pilihan yang bisa aku atur. 

Namun aku tidak bisa mengatur hatimu untuk mencintaiku. Namun aku tidak bisa mengatur agar hujan segera datang di detik ini agar udara menjadi agak dingin. 

Kehendak bebas yang terlihat megah itu ternyata memiliki aturan yang terbatas dan realistis. Aku tahu itu sejak lama. Karena aku tahu itu sejak lama,  sepertinya untuk detik ini aku akan memilih ke kasur untuk tidur.

Aku akan memperbaiki diri ketika mataku sudah tidak memandang kosong ke arah tanpa fokus yang jelas lagi. Atau setidaknya setelah 'badai ketidakmampuan' itu tidak menerjang lagi. Dan seperti biasa aku tahu itu. Sejak lama.

Mujix
Menurutmu apa yang harus aku lakukan untuk membuat diri menjadi pribadi yang bahagia? 
Simo,  17 Oktober 2020