megamendungkelabu

Rabu, 07 April 2021

Tes Kesetiaan Majikan

Di rumahku ada empat kucing. Sebut saja namanya Si Cemplon,  Si Ganteng,  Tuan Putri dan satu lagi Si Mbang Telon. Keempat-empatnya sangat lincah dan cakep-cakep, kayak yang punya.  Semuanya hobi mengeong sambil mengekorku ke manapun aku pergi. 

Beberapa jam sebelumnya aku menonton film,  Crayon Shinchan the movie. Nah di situ ada Shiro, anjing pintar yang sangat patuh banget sama Shinchan. Trus aku kepikiran dong, empat kucingku yang 'hobi tidur siang dan ngentutin gue saat dipangku itu' sebenarnya bisa mikir gak sih!? Kalo bisa mikir,  apakah sepandai Shiro? 

Selama ini aku mempercayai jika para 'majikanku' itu bereaksi hanya terhadap makanan. Yeah mereka berkeliaran di sekitarku biar 'gak laper' doang. Biar kalo gatel ada yang garukin. Biar kalo butuh kasih sayang,  ada yang ngelus-ngelusin.  

Nah terus aku kepikiran buat melakukan eksperimen kecil terhadap mereka. And let's try! 

Aku memanggil para kucing-kucing itu ke teras rumah. Suasana pagi ini sangat cerah,  namun muka-muka nyebelin mereka membuatnya agak sedikit mendung. 

"Ngeoong,  mrrr meoong!!" suara kucing ramai saling bersahutan. Mungkin mereka bilang "Ni budak kribo ngapain pagi-pagi buta manggil kita!?". 

Di tanganku ada dry food. Tanpa banyak cingcong langsung aku tumpahkan isinya ke hadapan mereka. Bagai kesurupan para kucing menyantap makanan tersebut. 

Aku segera berlari ke jalan depan rumah. Jaraknya dari mereka makan mungkin sekitar 8 meter. Dari tempat ini aku memanggil mereka. Yap, aku memanggil mereka saat para kucing sedang menyantap dry food. 

"CKKK!! CKKKK!!!!!!" aku menirukan suara cicak dengan cukup keras sambil melambaikan tangan. Mereka mendengar dan menoleh. Nah apa yang terjadi,  pemirsa!? 

Mereka semua menoleh ke arahku. Semua kucing tersebut detik ini berada di sebuah dilema besar. Kok tau?  Kelihatan dari responnya. Muka mereka kek bilang 'Woi,  budak kita ngapain tuh manggil guwe!? Kita kan sedang makan,  goblog!'.

Aku terus memanggil mereka. Wajah dan gerak-geriknya menyiratkan sebuah kebingungan, semacam 'apakah aku harus pergi ke tempat bocah kribo itu!?' atau 'apakah aku harus makan dryfood enak ini!?'.

Dan voila. Walau dengan enggan ketiga kucingku itu berlari meninggalkan dryfood dan menuju ke arahku. Ketiga kucing itu ialah Si Tuan Putri, Si Ganteng,  dan Si Mbang Telon. Aku menyambutnya dengan gembira. Mereka majikan yang berkomitmen dan tahu adab. 

Satu kucing yang tidak merespon panggilanku adalah Si Cemplon. Ia terus aja ngemil dan gak peduli dengan semua polah tingkahku pagi. His face like says 'Bodo amat,  bro!  Pokoknya makan dulu lah,  anjing!'.

Ketiga kucing yang datang aku elus dan peluk. Aku mengajaknya ke tempat semula, tempat Si Cemplon yang sedang makan dengan bahagianya. Mereka bertiga langsung aku beri dryfood sebagai imbalan kesetiaan.

Aku mengarahkan pandanganku ke arah Si Cemplon. Ia balik menatapku. Aku berkata dengan ketus 'DI UJIAN KESETIAAN MAJIKAN INI ANDA TIDAK LOLOS!'. Setelah berkata seperti itu aku kembali nongkrong di jalan. 

Di pinggir jalan tersebut aku meyeruput teh panas sambil berjemur, biasanya sambil baca buku atau main hape. Aku berada di tempat itu biasanya sekitar 1 jam. Terkadang ibuku suka nyuruh sekalian nunggu warung agar sayur yang dijual tak dipatok ayam. Tak jarang sesekali berpapasan dengan warga yang berlalu-lalang.

"Libur,  Yon!?" 
"mlebet kerjo siang,  Mas?"
"Golek vitamin D,  lek?"

Kurasa aktivitas rutin di setiap pagi adalah momen-momen krusialku untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan manusia lain. Jadi ya,  walau kelihatannya  kayak 'gak produktif', sebenarnya aku sedang melatih jiwaku untuk selalu bertanggang rasa dan teposliro. 

Saat aku sedang menikmati sinar matahari pagi tiba-tiba kurasakan gumpalan bulu di kakiku. Aku menoleh. Si Cemplon datang!  Ia yang tadi tak lulus ujian kesetiaan kali ini datang nguyel-uyel kakiku. 

Aku menengok ke teras. Dryfood-nya masih ada. Teman-temannya masih makan dengan lahap. Apakah panggilanku yang ia acuhkan tadi baru direspon sekarang? Yah apapun itu aku sedikit senang. Segera saja aku mengelus kepalannya dan berkata. 

"Telat,  kamu! Mplon! Tapi gak papa!  Sini-sini aku peluk!" Aku merapatkan Si Cemplon ke arah tubuhku. Pagi itu akhirnya kami berjemur sama-sama sambil menikmati hidup yang kadang berlalu tanpa aku sadari. 

Mujix
Tribute untuk Si Cemplon yang minggu lalu mati karena makan tikus kena racun. Thank you. 
Simo, 11 Mei 2021