Langsung ke konten utama

Challenger Spirit

Di pertandingan ETU VS CHIBA ini siapa yang menjadi penantang?
Yang kutanyakan, siapa yang lebih cocok menjadi penantang. Pertanyaanku bukan soal jawara dan penantang.

Maksudku hati, mental penantang.
Tim yang benar-benar kuat terdiri dari orang yang selalu keras terhadap diri sendiri, menghormati lawan, dan seolah kedua belah pihak saling menantang satu yang lain.

Tidak ada hubungannya dengan peringkat atau jumlah gelar yang dimiliki. Yang ada hanya keinginan kuat untuk terus maju.

Itulah challenger spirit yang kumaksud.

Sudah kubilang ‘kan? kita penantang. Penantang harus menghadapi berbagai hal. Lawan, diri sendiri, Lingkungan dan situasi. Kalau permainan dikendalikan lawan, kita diuji untuk merebut kendali permainan.

Menundukan kepala dan protes akan penilaian wasit takkan mengubah apa-apa. Kalau kita benar-benar ingin maju, banyak sekali hal yang harus kita tantang.

Ya begitulah. Dan itu, bukanlah hal yang menyebalkan sekalipun susah. Dibalik tantangan yang kita pilih, pasti kita bisa memperoleh sesuatu.

Orang yang tahu itu takkan berpikir  kalau tantangan adalah sesuatu yang berat.  Berharap pada diri sendiri yang bisa berkembang, dan menghadapi hal yang di hadapannya  dengan penuh harapan. Bagiku mereka terlihat menghadapi tantangan dengan perasaan seperti itu.

Jangan pernah gentar, jadilah penantang yang melebihi CHIBA.

Jangan lupa kalau dalam dunia kompetisi, mereka yang pantas jadi pemenanglah yang akan meraih kemenangan.

-Kutipan dialog  Tatsumi dari manga Giant Killing Vol. 26, Karya Tsujitomo dan Masaya Tsunamoto-

Takeshi Tatsumi
(Sumber: filosofiadosanimes.wordpress.com)

Mujix
beberapa nasihat
terkadang datang 
dari arah yang
tidak kau sangka-sangka.
Simo, 6 Oktober 2015


Postingan populer dari blog ini

Si Eja is Back!!

Tuyul kecil yang bernama Eja. suka menggelinding kemana-mana. kebiasaan terupdate dari si Tuyul ini adalah suka nyiumin knalpot sepeda motornya kakakku. iya, dia SUKA NYIUMIN KNALPOT.  makanya kalo motor abis di pake biasanya si Eja di buang dulu entah kemana. Abis nangis, soalnya dia suka gak terima kalo tiba-tiba di jauhin dari knalpot motor yang abis di pake. kasihan kan kalo ngemut knalpot panas, mending doi ngemut kerupuk atau ngemut dada ibunya saja (netek maksudnya -___-a). oh iya, kerupuk ini biasanya cuman di emut doang, jarang dimakan, kalo sedang gak mood si kerupuk cuman diremuk-remuk pake tangan. adegan 'meremuk kerupuk' itu ngingetin sama monsternya Ultraman saat menghancurkan gedung-gedung pencakar langit kota Tokyo. sama-sama Brutal!!! adegan ini setidaknya menjelaskan bahwa Si Eja suka di kelitikin perutnya pake kepala bapakku yang botak. mungkin si Eja merasa geli-geli anget gimana gitu kali yaaa. adegan paling lucu yang bisa bik...

Laporan harian:)

Setelah berteori ria tentang makna MANUSIA dengan mas roso di postingan kemarin, sekarang saatnya melaporkan banyak hal yang terjadi dua mingguan kemarin. Hari ini adalah hari ke 25 di bulan mei, masih saja panas, terkantuk-kantuk dan tentu saja bermalas-malasan. Hidupku tak banyak berubah kurasa, berkutat dengan rutinitas yang akhir-akhir ini kurasa cukup menyenangkan. Aku sedikit banyak telah belajar tentang pengendalian mood dan semangat. Ada beberapa poin penting yang pelu dicatat dibulan mei ini, yang pasti aku dari awal bulan telah di sibukkan oleh profesi idealisku yaitu sebagai komikus amatir. Yeah.. kurasa kalian mengerti apa yang aku maksudkan, yup.. aku mulai mengerjakan lemon tea dengan semangat. Sebuah komik labil tentang cinta yang tertangguhkan selama hampir 1 tahun (dan hampir saja ide itu membatu menjadi fosil dan bermutasi menjadi virus mematikan bernama “galau”:D). Banyak kejadian yang membuatku memantapkan niatku untuk mengkelarkan projek ini, sengenggak-enggaknya...

November Rain!

Sudah beberapa hari ini, studio tempatku mengerjakan komik sangat berantakan. Berantakan pake banget. Sama berantakannya kayak muka gue.  Sebenarnya yang berantakan cuman meja gambarnya sih, sebenarnya itu juga BUKAN meja gambar yang kayak di studio-studio komik gituh. Lebih tragis lagi, aslinya meja tempatku mengerjakan komik adalah meja makan. Setahun sekali saat lebaran, meja itu biasanya dikeluarkan buat tempat toples Rempeyek, Rengginang, Jenang, dan tentu saja makanan-makanan alien lainnya.  Akhir lebaran tahun ini, meja makan itu dengan resmi bertransmigrasi dari ruang tamu menuju studio komik yang keren banget ini. Begitu. Bulan November 2014 seminggu lagi bakal abis, Dompetku juga mulai menipis, harga BBM yang kemarin naik makin membuatku meringis.  Terus aku kudu piye?  Aku juga tidak tahu, namun yang pasti, aku harus mengerjakan beberapa halaman komik yang belum kelar. Hal itulah yang membuat studio tempatku mengerjakan komik menjadi sangat berantakan...