Langsung ke konten utama

Debu di ruang kerja.

Musim kemarau sudah berjalan beberapa bulan. Hal yang paling menyebalkan dari musim kemarau adalah panasnya. Entah sudah beberapa kali aku mengeluh tentang ‘betapa panasnya’ hari ini. Satu-satunya tempat dimana panasnya musim kemarau tidak terlalu hadir adalah berada di ruang kerja.

Aku cukup bersyukur memiliki ruang kerja yang memiliki jendela dan menghadap langsung ke kebun. Dua jendela dengan korden berwarna hijau itu menjadi penyelamatku akhir-akhir ini. Namun semua itu belum selesai. Keluhanku tentang panas memang sedikit berkurang, hanya saja muncul permasalahan baru yang enggak kalah merepotkannya. Permasalahan tersebut bernama debu.

Sudah menjadi hukum alam ketika kemudahan datang maka akan ada kesulitan lain yang menyertainya.  Butiran-butiran debu itu datang bersama angin yang menelusup jendela. Perlahan namun pasti ruang kerjaku menjadi kotor. Aku berpendapat, ruang kerja yang kotor merupakan lingkungan buruk untuk membuat karya.

Entah sejak kapan aku memiliki etos kerja yang tak lazim seperti itu. Sudah beberapa tahun ini aku selalu mengawali suatu pekerjaan dengan mengadakan bersih-bersih terlebih dahulu. Ruang kerjaku memang berantakan, namun tidak akan kubiarkan ruang kerjaku kotor.

Pagi ini ruang kerjaku sangat kotor. Debu-debu itu mulai menumpuk di meja gambar, buku-buku, keyboard dan di berbagai tempat lainnya. Baiklah. Saatnya bersih-bersih. Dahulu aku suka membawa kemonceng untuk membersihkan debu. Aku gebuk sana,  aku gebuk sini. Aku sentuh hatinya agar dia tidak lari lagi. Ternyata membersihkan debu dengan kemonceng tidak efektif. Debunya hanya berpindah tempat dan sekedar melompat-lompat saja. 

Aku harus memikirkan cara lain yang lebih baik. Berbekal ide dari kebiasaan membersihkan kaca jendela dengan kain serbet, aku akhirnya melakukan dengan cara yang serupa. Mulai beberapa bulan ini aku membersihkan debu dengan kain serbet.

Perlengkapannya sederhana. Air bersih, serbet, dua ember dan setumpuk semangat untuk membuat ruang kerja menjadi lebih bersih. Serbet aku celupkan ke ember air. Aku peras airnya, kemudian langsung aku lapkan ke meja gambar. Nah, para debu itu nempel tuh ke kain serbet, langsung saja peras dan dibersihkan di air yang lain. dua ember yang berbeda fungsi. 

Aku melakukan aktifitas itu berulang kali di tempat-tempat yang berbeda. Sistemnya hampir sama dengan mengepel lantai. Hanya saja kali ini menggunakan kain yang lebih kecil dengan porsi air yang lebih sedikit.

Aku membersihkan ruangan itu dari pagi hingga agak siang. Semua tempat hampir sudah aku bersihkan. Meja gambar, monitor computer, lemari buku, bahkan lantai tempat dimana kakiku ini sering melangkah. Sore ini ruangan kerjaku sudah lebih bersih. 

Aku juga mulai merapikan buku-buku yang numpuk di berbagai sudut.  Ruang kerja yang bersih sudah datang, saatnya dibikin berantakan lagi dengan karya-karya yang fenomenal.

Mujix
apa yang akan kamu lakukan
jika hari ini adalah
hari terakhir didalam hidupmu?

Simo, 5 Oktober 2015 

Postingan populer dari blog ini

Si Eja is Back!!

Tuyul kecil yang bernama Eja. suka menggelinding kemana-mana. kebiasaan terupdate dari si Tuyul ini adalah suka nyiumin knalpot sepeda motornya kakakku. iya, dia SUKA NYIUMIN KNALPOT.  makanya kalo motor abis di pake biasanya si Eja di buang dulu entah kemana. Abis nangis, soalnya dia suka gak terima kalo tiba-tiba di jauhin dari knalpot motor yang abis di pake. kasihan kan kalo ngemut knalpot panas, mending doi ngemut kerupuk atau ngemut dada ibunya saja (netek maksudnya -___-a). oh iya, kerupuk ini biasanya cuman di emut doang, jarang dimakan, kalo sedang gak mood si kerupuk cuman diremuk-remuk pake tangan. adegan 'meremuk kerupuk' itu ngingetin sama monsternya Ultraman saat menghancurkan gedung-gedung pencakar langit kota Tokyo. sama-sama Brutal!!! adegan ini setidaknya menjelaskan bahwa Si Eja suka di kelitikin perutnya pake kepala bapakku yang botak. mungkin si Eja merasa geli-geli anget gimana gitu kali yaaa. adegan paling lucu yang bisa bik...

Laporan harian:)

Setelah berteori ria tentang makna MANUSIA dengan mas roso di postingan kemarin, sekarang saatnya melaporkan banyak hal yang terjadi dua mingguan kemarin. Hari ini adalah hari ke 25 di bulan mei, masih saja panas, terkantuk-kantuk dan tentu saja bermalas-malasan. Hidupku tak banyak berubah kurasa, berkutat dengan rutinitas yang akhir-akhir ini kurasa cukup menyenangkan. Aku sedikit banyak telah belajar tentang pengendalian mood dan semangat. Ada beberapa poin penting yang pelu dicatat dibulan mei ini, yang pasti aku dari awal bulan telah di sibukkan oleh profesi idealisku yaitu sebagai komikus amatir. Yeah.. kurasa kalian mengerti apa yang aku maksudkan, yup.. aku mulai mengerjakan lemon tea dengan semangat. Sebuah komik labil tentang cinta yang tertangguhkan selama hampir 1 tahun (dan hampir saja ide itu membatu menjadi fosil dan bermutasi menjadi virus mematikan bernama “galau”:D). Banyak kejadian yang membuatku memantapkan niatku untuk mengkelarkan projek ini, sengenggak-enggaknya...

November Rain!

Sudah beberapa hari ini, studio tempatku mengerjakan komik sangat berantakan. Berantakan pake banget. Sama berantakannya kayak muka gue.  Sebenarnya yang berantakan cuman meja gambarnya sih, sebenarnya itu juga BUKAN meja gambar yang kayak di studio-studio komik gituh. Lebih tragis lagi, aslinya meja tempatku mengerjakan komik adalah meja makan. Setahun sekali saat lebaran, meja itu biasanya dikeluarkan buat tempat toples Rempeyek, Rengginang, Jenang, dan tentu saja makanan-makanan alien lainnya.  Akhir lebaran tahun ini, meja makan itu dengan resmi bertransmigrasi dari ruang tamu menuju studio komik yang keren banget ini. Begitu. Bulan November 2014 seminggu lagi bakal abis, Dompetku juga mulai menipis, harga BBM yang kemarin naik makin membuatku meringis.  Terus aku kudu piye?  Aku juga tidak tahu, namun yang pasti, aku harus mengerjakan beberapa halaman komik yang belum kelar. Hal itulah yang membuat studio tempatku mengerjakan komik menjadi sangat berantakan...