Sahur Pagi Ini
Banyak hal yang berubah saat aku sahur pagi
ini. Bulan Ramadhan memasuki hari ke lima, alhamdulilah puasaku lancar dan
selalu goal sampai bedug maghrib. Kalau boleh jujur, aku tidak terlalu bisa
mengingat bagaimana sahur Ramadhan tahun kemarin. Di otakku hanya ada beberapa
keping ingatan tentang suasana sahur di warung samping Alfamart Kerten dan
suasana makan sahur ditemani acara televisi saat berada di rumah. Sisanya memori
otakku tidak dapat menjangkaunya lagi. Untuk itulah aku mencoba untuk rajin up date nulis blog lagi. Harapanku
sederhana, aku ingin suatu saat bisa menceritakan banyak hal kepada banyak
orang bagaimana kehidupanku saat sahur Ramadhan
tanpa terkedala permasalahan bernama ‘memori otak yang tidak dapat
terjangkau’.
Banyak hal yang berubah saat aku sahur pagi
ini. Aku sudah lulus dari kampus seni terkemuka tersebut. Sudah menjadi
sarjana, dan ijazahku hingga hari ini masih tersimpan rapi di dalam lemari. Aku
tidak memiliki firasat apapun terhadap surat sakti tersebut. Belum ada
keinginan untuk melamar kerja di perusahaan manapun. Beberapa tawaran yang
datang hanya kutolak dengan halus. Terkadang aku berpikir, semoga saja apa yang
aku lakukan ini merupakan pilihan yang baik untuk semua hal. Yah, aku sudah
lulus dan menjadi sarjana seni. Salah satu wishlist-ku
sudah tercentang.
Banyak hal yang berubah saat aku sahur pagi
ini. Hingga hari ke lima, suasana sahurku berjalan dengan lancar tanpa ada
gangguan dari benda yang bernama televisi. Beberapa tahun sebelumnya, setiap
sahur aku selalu menyalakan televisi. Hal tersebut aku kamuflasekan untuk
menutupi rasa malasku saat memasukkan makanan. Aku enggak tahu model program
acara televisi tahun sekarang. Kalau beberapa tahun lalu aku ingat ada program
acara yang isinya orang sekampung joget-joget dipandu Caesar Yuk Keep Smile. Bujubuset, kalau di sepanjang waktu
sahur mereka joget, kapan waktu makannya? Dasar acara tidak bermutu. Acara
tidak bermutu itupun terus aku tonton mengkamuflasekan rasa malasku saat
memasukkan makanan.
Banyak hal yang berubah saat aku sahur pagi
ini. Cita-citaku sebagai komikus sudah tercapai. Buktinya ada 15 buku komik
versi cetak hasil persembahan dari penerbit. Komikku kali ini berjudul
‘Proposal Untuk Presiden’, berjumlah 160 halaman, harganya Rp.35.000, dan
insyaallah bakal nongol di toko buku awal bulan Juli. Cita-citaku sebagai
komikus sudah tercapai, sekarang saatnya menaikkan level cita-cita menjadi
‘komikus berkecukupan’. Benar, semua orang bisa menjadi komikus, namun untuk
menjadi ‘komikus berkecukupan’ selevel Benny & Mice, Sweta Kartika, Faza Meonk, dan para dewa
komik lainnya, dibutuhkan kerja keras dan semangat mempertahankan antusiasme
yang tinggi. Tidak ada alasan lagi untuk bermalas-malasan dan tidak belajar.
Segera beraksi.
Banyak hal yang berubah saat aku sahur pagi
ini. Aku sudah memiliki komputer sendiri. Hasil kerja kerasku. Buah dari
antusiasme yang tinggi dan kedisiplinanku dalam membagi waktu. Komputer ini aku
dapat dari hasil pembayaran komik ‘Proposal Untuk Presiden’. Uang jutaan itu
hanya lenyap saja dalam hitungan detik, ingatan dramatis saat aku menarik uang di ATM dan memberikannya pada Pak Jenggot penjual komputer itu masih sangat segar
dikepalaku. Duh Pak Jenggot, aku benar-benar ingin menarik Jenggotmu. Aku telah
berkomitmen untuk tidak meminta komputer kepada orang tua. Kasihan. Apalagi
masa-masa itu adalah masa-masa yang sulit buat keluarga kami. Bisa kalian
bayangkan perjuangan seorang mahasiswa seni untuk
bisa menyelesaikan studinya tanpa memiliki komputer? Bisa kalian bayangkan
perjuangan seorang komikus berbakat bisa menyelesaikan karya fenomenalnya yang
berjudul ‘Proposal Untuk Presiden’ tanpa memiliki komputer?
Banyak hal yang berubah saat aku sahur pagi
ini. Aku kehilangan beberapa alasan penting di kehidupan yang maha megah ini.
Semenjak memutuskan move on pada
tahun 2012, aku selalu menciptakan alasan-alasan penting yang memaksaku untuk
tetap hidup dan bertahan. Alasan-alasan penting itu berupa target-target
pencapaian. Aku mati-matian memenuhi target bernama ‘menjadi sarjana seni’,
semua passion, waktu, komitmen dan hidupku aku hibahkan sepenuhnya demi ijazah
kelulusan itu. Setelah menjadi sarjana seni, Aku mati-matian memenuhi target
bernama ‘Komik Proposal Untuk Presiden’. Setelah ‘Komik Proposal Untuk
Presiden’ selesai, aku kehilangan alasan-alasan penting tersebut. Kalau
dipikir-pikir lagi ‘alasan-alasan penting’ itu sebenarnya tidak terlalu
penting. Kurasa sistem cara kerjanya mirip program acara tidak bermutu yang
terus aku tonton untuk mengkamuflasekan rasa malasku saat memasukkan makanan
di waktu sahur.
Banyak hal yang berubah saat aku sahur pagi
ini. Saat sahur adalah saat-saat romatis dimana manusia mempertanyakan semua
pencapaiannya dengan lebih rendah hati. Aku harus rajin up date nulis blog lagi, dengan menulis blog kurasa aku akan
menemukan beberapa ‘alasan-alasan penting’ yang hingga hari ini masih menjadi
misteri. Ijazah kelulusan kurasa juga semacam souvenir perjalanan wisata, hanya
souvenir, yang paling membuat berkesan souvenir wisata adalah
perjalanannya. souvenir wisata mungkin
juga hanya sekedar kamuflase untuk pikiran bahwa kita telah melakukan perjalanan
tersebut. Kamuflase kurasa juga tidak masalah, andaikata kamuflase itu bisa
menginspirasiku untuk tidak bermalas-malasan dan rajin belajar agar bisa segera
beraksi menjadi ‘komikus berkecukupan’.
Banyak hal yang berubah saat aku sahur pagi
ini.
Mujix
postingan ini aku bikin
setelah selesai sahur lhooooh
ganteng ya gueh
Simo, 23 Juni 2015
<< Beranda