megamendungkelabu

Minggu, 01 Mei 2016

Bayangan di Etalase

Pagi ini aku mengalami kejadian sial. Niatku untuk tebar pesona di CFD buat nyari pacar (tenanan po ra ki) harus gagal terlaksana. Kalian tahu apa yang terjadi? Ban sepeda motornya Mas Jack bocor parah.

Iya saudara-saudara, akhirnya aku mengalami peristiwa fenomenal yang berjudul 'kebanan neng ndalan tur ora ono tambal ban' untuk pertama kalinya!!

Kukira adegan 'seorang pengendara dengan muka pucat mendorong motornya untuk mencari tukang tambal ban' itu hanya sekedar mitos dan isapan jempol belaka. Ternyata peristiwa itu nyata!!!

Kejadian kampret itu sepertinya dimulai dari kontrakan. Semacam ada yang tidak beres dengan sepeda motor yang kukendarai. Ah, aku tak begitu perduli. Palingan cuman efek kelelahan gara-gara tidak tidur semalam suntuk.

Sekedar mengingatkan saja, aku tidak bisa tidur gara-gara memikirkan banyak hal besar dan awesome yang ingin aku lakukan di sepanjang usia ini membawa raga.

Bukan gara-gara memikirkan mbak mantan. Bukan. Sekali lagi bukan.

Mendorong sepeda motor dari Stasiun Purwosari menuju ke Kontrakannya Bang Arum rasanya seperti insiden mencangkul di acara kerja bakti beberapa bulan silam.

Cuapeeek!!! Kehabisan napas!!! Mau mati rasanya!!! Apalagi sejak kemarin siang belum ada makanan bernutrisi yang men-charge tubuh rapuhku ini. Hiks.

Beberapa kali aku harus mengumpulkan nyawa yang tercecer satu persatu dari rambutku yang kribo ini.

Kampreeet!!! Mana ada tukang tambal ban membuka gerainya saat jam 05.30 WIB. Aku hanya bisa bersungut-sungut menelan sumpah serapah itu dengan menenangkan diri sendiri.

Di sepanjang jalan saat menuntun motor itu, pikiranku mendadak menjadi sibuk lagi. Memusingkan banyak hal yang sebenarnya itu bukan urusanku.

Memikirkan kenapa aku harus mengalami hal ini lah!?

Memikirkan Tuhan dan para malaikatnya sedang terbahak-bahak melihatku bermuka pucatlah!?

Memikirkan bagaimana membuat Bangsa Indonesia ini menjadi negeri 'gemah ripah loh jinawi' lah !?

Pokoknya terus berpikir biar badan bisa ditipu kalau semua hal di unsur manusiaku sedang kelelahan.

Praktik tipu menipu diri sendiri itu akhirnya mengantarkanku tiba di kontrakan dengan selamat.

Alhamdulillah, insiden 'hampir pingsan' seperti yang terjadi saat kerja bakti itu, akhirnya tidak terulang lagi. Setelah memakirkan motor itu di garasi, aku segera ke warung makan terdekat.

Skala prioritasku saat ini hanya satu, yaitu sarapan yang digabung sama makan malam jatah hari kemarin. Di warung dekat sebuah minimarket itu aku memesan nasi sop dengan porsi nasi kecil. Kulahap dengan niat tulus, agar raga ini segera sehat untuk beraktivitas lagi.

Piring bekasku sudah diambil oleh penjaga warung dan menyisakan secuil ingatan tentang 'seberapa aku kesalnya dengan peristiwa mendorong sepeda motor pagi ini'.

Beneran, saat itu aku benar-benar merasa seperti camilan sisa di semesta yang luas ini.

Aku menyenderkan punggung di jendela warung ini dengan tatapan kosong.

Apakah sudah benar kehidupan yang aku jalani selama ini?

Sebelum sempat aku menjawab pertanyaan rumit tersebut, tiba-tiba saja terlihat bayangan sesosok pemuda kribo dengan wajah yang sedikit kabur di etalase tempat makanan.

'Belum. Hidupku belum selesai. Ada banyak hal yang sangat besar di depan sana sedang menunggu kalau aku tidak menyerah di tempat ini'

Ujar pikiranku tiba-tiba. Suka atau tidak suka, benar atau salah, akan kuselesaikan peranku di dunia yang fana ini hingga akhir acara.

Aku harus segera beranjak dari warung ini. Selain untuk menemukan tujuan hidup, aku harus segera menemukan kamar mandi karena mendadak perut ini bergejolak dahsyat karena kebelet buang air besar. Sebesar apa? Sebesar cintaku yang tak tersampaikan padamu.

Mujix
Ban bocor, dompet bocor, perasaan bocor. Yang tidak bocor hanya satu.
Impianku untuk jadi orang sukses agar bisa membahagiakan orang-orang di sekitarku.
Purwosari, 1 Mei 2016