megamendungkelabu

Selasa, 01 Desember 2020

Pak Adib

Di tahun 2006, aku berkesempatan tinggal satu kantor di tempat Pak Adib. Kala itu aku baru lulus SMK, karena masih cupu dan tidak terlalu 'kuat' untuk berdiskusi kreatif,  aku lebih suka mlipir ke ruang kerjanya. 

Beliau memiliki buku yang banyak. Di ruang kerjanya ada satu atau dua almari yang isinya buku-buku tebal nan mahal. Di tempat itu aku berkenalan dengan banyak buku pengembangan diri. Karya-karya tokoh semacam Rhenald Khasali, Purdi Chandra, dan lain sebagainya aku sikat saja. 

Bahasanya terlalu rumit. Namun tetap aku paksakan. Kalau dipikir-pikir kurasa kala itu adalah masa di mana aku mulai 'memaksakan' membaca buku non komik. Pak Adib sepertinya sadar kalau aku sering menyelinap ke ruang kerjanya ia saat pulang, lalu beliaupun sering membawa buku baru saat ke kantor. 

Suatu hari ia bilang kalau di rumahnya masih banyak buku yang dikoleksi beralmari-almari. Aku takjub. Buku berat, premium, dan jumlahnya banyak? Keren sekali. 

Di sepanjang ingatanku,  beliau orangnya ramah,  dan selalu bersemangat. Terakhir kali bertemu beberapa tahun yang lalu. Tiap kali berjumpa, beliau selalu bercanda soal nama alay yang pernah aku pakai di Facebook. 

"Mas Mujiyono Sing Ra Cetho,  kapan kita bikin komik bareng!? "

Eh belum keturutan dalam sebuah projek komik bareng, beliau sudah 'pergi' duluan. Rest in creative,  Pak Adib. Thank you for the book and your kindness. 

Mujix
Damai di hati,  damai di Bumi. 
Simo, 1 Desember 2020