Toples Gula
Kebiasaanku yang tidak pernah
lekang oleh jaman adalah memulai hari dengan segelas teh. Segelas teh panas,
sedikit cemilan, beberapa harapan yang belum terlaksana, semuanya membaur
menjadi satu di sebuah pagi yang cerah. Toples gula berwarna hijau itu selalu
ada di meja di depan kompor, hampir tidak pernah berpindah tempat. Benda
tersebut adalah benda yang selalu aku temui setiap pagi. Setelah bangun tidur,
sholat shubuh terus langsung deh bikin teh panas.
Nenekku setiap pagi selalu
menyediakan teh tawar di sebuah gelas besar. Gelas besar itu bagaikan asupan
semangat yang boleh diminum siapapun. Beneran, siapapun, makanya enggak sampai
sore gituh isi gelas besar itu biasanya sudah kosong. Aku adalah salah satu
pelaku paling militan yang sering menghabiskan isi gelas tersebut.
Aku akan menceritakan bagaimana
prosesku dalam membuat teh panas yang aduhai. Sehabis sholat shubuh biasanya
aku selalu mencari-cari mug kesayangan. Mug kesayanganku kali ini adalah mug
gelas bening hadiah dari susu merk Prenagen.
Setelah aku Googling, Prenagen
adalah merk susu untuk para ibu hamil. Tagline-nya sih, ahlinya nutrisi dan
menyusui. Di wallpapernya juga ada tulisan ‘Hamil yang menyenangkan di
trisemester pertama. Karena kondisi badan wanita hamil sangat rentan dan mudah
letih, perencanaan yang matang sangat penting.’
Kenapa aku malah jadi bahas tentang
kehamilan sih!? Alam bawah sadar itu sangat mengerikan gaes. Akhir-akhir ini
alam bawah sadar dan alam semesta selalu bekerja sama untuk menggiring
persepsiku untuk segera menikah.
Nah, setelah mug kesayangan udah
ketemu, biasanya aku segera berguling-guling menuju dapur, meloncat dan berdiri
di depan kompor dengan ganteng. di meja di depan kompor ada tiga termos
penyedia air panas. Biasanya sih setiap pagi sudah terisi. Kadang penuh, kadang
kosong dan kadang setengah-setengah. Seperti perasaan cinta yang dimiliki manusia.
Kenapa gaya menulisnya mendadak bikin geli gitu sih? Fokus jix, fokus!
Selain termos, di meja itu juga ada
toples gula berwarna hijau. Yang berwarna hijau itu toplesnya, bukan gulanya,
catet. Nah, setelah mug kesayangan udah
ketemu, terus aku harus masukin deh gula dari toples hijau itu. Toples ini bisa
dibuka dengan cara diputar tutupnya kearah kanan. Dibuka, ambil gula kemudian
tutup. Dibuka, ambil gula kemudian
tutup. Dibuka, ambil gula kemudian
tutup. Seduh air panas aduk kemudian campur teh. Diminum dikit, eh kurang
manis. Dibuka, ambil gula kemudian tutup. Seperti itu terus setiap pagi.
Sebuah
rutinitas sederhana yang tidak penting.
Tidak penting.
itulah yang aku pikirkan setiap
kali memikirkan Toples gula berwarna hijau tersebut. Ah sebenarnya baru kali
ini sih aku mikirin toples gula tersebut. Karena tidak penting, tidak mungkin
aku menulis tentang toples gula itu ke dalam blog ini.
Apa benar tidak penting? kalau tidak penting seharusnya peradaban
manusia tidak menciptakan penemuan yang bernama ‘toples gula’. Pasti ada
misteri penting yang menyelimuti terciptanya benda bernama ‘toples gula
berwarna hijau’ ini.
Dan misteri itu terjawab pagi
ini.
Pagi ini aku kembali dengan
rutinitasku membuat teh panas. Berdiri mematung memandang kosong dengan pikiran entah kemana. Itulah hebatnya
kebiasaan, disaat pikiranmu sedang kosongpun tubuh terus bergerak melaksanakan
rutinitas yang diperintahkan oleh pikiran. Aku mengambil Mug tanpa berpikir,
tanganku bergerak meraih toples gula berdasarkan insting. aku melakukan semua
hal tersebut dengan refleks. Andai saja ada Raisa Andriana lewat buat minta
ijin minjem kamar mandi-pun mungkin aku enggak bakalan sadar.
Kesadaran balik lagi ketika aku
agak kesulitan membuka toples gula tersebut. Lhoh tumben susah!? Biasanya diputer
ke kanan, terus kebuka deh. Namun pagi ini toples gula tersebut tidak mau terbuka.
“Arrrgggh!” aku berteriak dengan
penuh emosi sambil membuka toples. Tutup tersebut tidak bergeming sedikitpun.
Aku mencoba sekali lagi. Kali ini
aku menyempatkan diri untuk berubah menjadi Seiya Super. Seluruh energi tenaga
dalam aku pusatkan ke tangan.
“Arrgghhhh!!” tidak terbuka sama sekali.
Brengsek.
Rutinitasku yang awesome ini dikacaukan oleh sebuah toples
gula yang tidak mau terbuka. Aku terdiam sesaat. Tanganku menimang-nimang dan
mencoba bersinergi dengan otak sambil mencari
apa yang tidak beres di tutup toples tersebut. Mataku menatap sebuah keanehan kecil.
Hari ini aku dihadapkan sebuah kenyataan yang sangat pahit, Tanganku yang kurus
dan lemah gemulai ini ternyata kalah telak melawan sebuah tutup toples gula.
Tutup
tersebut macet sambil menindih lintasannya. Aku sudah memahami apa yang
terjadi. Diputar beberapa kalipun sepertinya percuma. Percuma, sepercuma kamu menanti
mantan terindah yang saat ini pergi entah kemana. Eaa.
Beberapa detik kemudian masalah
itu kurasa terpecahkan. Lintasan tersebut harus dikembalikan di tempatnya. Cara
mengembalikan tutup toples macet itu sangat sederhana. Aku meletakkan kedua
tangan di atas toples. Ya benar, kali ini aku tidak akan memutarnya. Aku akan
menekan dengan paksa untuk membenarkan lintasan tersebut.
Seluruh tenaga dari tubuh dipindahkan
ke tangan. Iya, tangan yang kurus dan lemah gemulai itu tuh. Dengan satu
sentakan ku tekan tutup tersebut dengan sangat bernafsu.
“Arrrgggh!” aku berteriak lagi
agar postingan ini terdengar lebih dramatis.
“Kraak!!!” Suara keras itu
terdengar dari tutup toples.
Rencanaku berhasil. Yeeey!
lintasan tersebut sudah kembali
di jalurnya. Dibuka, diputer ke kanan, ambil gula kemudian tutup. Guampang Coy!
Seduh air panas aduk kemudian campur teh. Hey, teh hangatku pagi ini sudah
terseduh lagi. Kesulitanku saat membuka tutup toples itu seperti mimpi. Iyeeeeey
peluk diri sendiri dulu.
Akhirnya misteri penting yang
menyelimuti terciptanya benda bernama ‘toples gula berwarna hijau’ ini terkuak.
Peradaban manusia ternyata menciptakan penemuan yang bernama ‘toples gula
berwarna hijau’ untuk mengajariku beberapa hal penting.
Hal penting pertama adalah Jangan
terjebak rutinitas, karena rutinitas menumpulkan otak dan perasaan. Sudah tak
terhitung banyaknya nyawa manusia yang hilang gara-gara dia lengah.
Hal penting kedua adalah
berpikirlah di luar nalar saat ada permasalahan yang enggak kelar-kelar. Kalau memang
tidak bisa jalan lurus, coba pilih jalan memutar. Saat jalan memutar bertemu
tembok cobalah untuk memanjatnya.
Hal penting ketiga adalah tidak
selamanya hal yang buruk itu tidak baik. Bukankah menggencet tutup toples itu
sikap yang buruk!? Namun apabila tidak menggencet, tutup tersebut tidak akan
terbuka. Apabila suatu hari kamu menemui beberapa hal yang buruk dan tidak
sesuai skenario, anggap saja Tuhan itu sedang mencoba ‘menggencet’ agar kamu
balik lagi ke lintasan yang benar.
Tuh kan. Toples gula berwarna
hijau itu tiba-tiba menjadi sangat penting dan layak masuk menjadi postingan di
blog-ku yang cethar membahana ini.
Ehem. Minum
the panas yuk.
Srupuuut.
Mujix
katanya mau potong rambut?
kok enggak jadi sih!?
Simo, 1 Oktober 2015
<< Beranda