megamendungkelabu

Senin, 08 Juli 2019

Buku Favorit

Buku favoritku disobek keponakan, Senja (1,5 thn). Rasanya nyesek! Kecewa! Pesan moralnya adalah jangan meletakkan benda (favoritmu) di sembarang tempat! Epadahal gak sembarang amat juga sih. Di lantai karpet di kamar gambar gitu.

Cuman kali itu aku sedang mlipir ke dapur buat bikin kopi. Nah pas aku mengaduk kopi sambil bernyanyi tralala trilili, sang tuyul cilik yang sangat fasih mengucapkan kata 'bebek' itu masuk ke kamar.

Beliau membawa buku itu ke ruang tamu. Di-smack down-lah benda itu sampai berkeping-keping.

Hatiku langsung, mak prempeeeeng. Padahal satu jam lalu kondisinya masih mulus dan kinyis-kinyis. Trus ngeliat keadaan buku sampulnya sobek-sobek itu sangat membuatku 'nggrantes'.

Rasanya seperti patah hati secara tiba-tiba. Sebuah keadaan di mana aku tidak bisa membuat 'orang lain yang aku cinta' untuk mencintaiku. Langsung muter lagu Cidro-nya Lord Didi Kempot.

Trus, seperti biasa, seperti manusia umumnya yang sedang kesal, aku berkeluh kesah dong sambil ngedumel  sambil mikir 'why, God!? Why!?'

Trus God-nya yang sedang nongkrong di wedangan sambil mabar  'mobel lejen' bilang: 'Why, not!?'

Kenapa harus buku komik Slam Dunk Favoritku, sih!!!?? Kenapa!!??

Kenapa bukan buku 'Kapan Kamu Nikah?' yang ampe detik ini gak pernah bisa aku  sentuh selembarpun!!??

Kenapa!!??

Nah lalu, perasaanku tiba-tiba memburuk, dong. Udah kayak Squidward yang digangguin Spongebob.

Aku mau ngapain ini!? Semangat langsung ambyar. Balik lagi ke trek susahnya dah kayak nyuruh orang yang sedang 'post power syndrom' untuk mengubah dunia.

Aku melihatnya dengan tatapan nanar dan berkaca-kaca. Aku mengambil nafas panjang. Kemudian tanganku bergerak untuk merobeknya perlahan.

"Sreeeeekkkk!!!" Melodi suram itu terdengar.

Merobeknya lagi pelan-pelan.
Sembari mendengar bunyi kertas yang aku sobek, jantungku berdegup kencang.

Ya sudah, SEKALIAN saja kurusak cover buku tersebut, sampul yang sudah berpisah dengan buku.

"Sreeeeekkkk!!!"
Nadanya sangat menyayat sanubari.

Aku terus menyobek sampul halamam buku tersebut sambil mengamati perasaan burukku yang bergejolak di dalam dada.

Aku amati dalam-dalam.
Seperti memahami helaan demi helaan nafas saat bermeditasi.

Wuih. Sensasinya horror, sodara-sodara!!

Gak percaya!? Coba hancurkan action figure favoritmu sekarang juga! Eh jangan ding, mending kasih ke aku saja.

"Sreeeeeekkk!!!"
Suaranya menusuk jantung.

Sisi bijakku bilang:

'sabar, kamu harus belajar ikhlas, semua hal di dunia ini fana. Relakanlah. Jadilah manusia yang DEWASA.'

Etapi, Sisi bajinganku juga tereak kenceng bets:

"DEWASA JANC****K-MU GEDHIIII!!!"

Sisi baikku:

"Kamu harus ikhlas, sabar, agar..."

Sisi bajinganku motong obrolan dengan kerad:

"NDANG JALUK IJOL KARO MISUHHH!!!! OJO LALI BANTING BUKU!!!"

Langsung deh pertandingan nyolot di ruang imajiner itu udah kayak debat politik di tipi.

Aku tidak menuruti keduanya.
Yang aku lakukan adalah terus menghancurkannya sampai kecil-kecil. Ampe habis. Terus aku kumpulin dan kubuang deh ke tempat sampah.

Setelah itu aku membuat postingan ini sambil menertawakan entah apa.

Mungkin menertawai aku yang masih sangat 'lekat' dengan benda. Namanya juga manusia. Mungkin lho ya. Tapi yo embuh.

Kedua sampul tersebut sudah remuk seperti remah-remah. Aku marah.
Aku kecewa. Ya, aku benar-benar meresapi emosi itu di dalam sanubari.

Apakah bisa aku ledakkan?
Oh tentu saja bisa, Ferguso! Gampang! Pemicunya udah ada! Tinggal mak dhueeeerrr!!

Namun rasanya lucu, jika mengumbar 'emosi yang tidak baik' itu di depan anak kecil.

Gak minat owe meledakkan amarah gara-gara hal semacam itu. Ntar aja dilampiasin dengan jogging muterin lapangan ampe ngos-ngosan dan pegel-pegel.

Apalagi jika mengingat buku itu aku beli di Gladak. Sebuah surga loak di mana kamu bisa menemukan banyak buku bagus dengan harga murah!

Kalau tidak salah ingat, harga buku itu hanya 5 ribu. Kalau sedang beruntung, jika beli borongan agak banyak, kadang bisa kena 3 ribu.

Karena saat ini aku sedang nabung mas kawin buat kamu, jadi ya udah deh cari komik second it's oke bin gak papa.

Doain jika nanti sudah kaya seperti Hotman Ibukota Prancis, aku akan memborong semua jilid lengkapnya!

Dari peristiwa ini belajar banyak hal. Pertama, aku harus lebih disiplin, jika sudah dipakai letakkan di tempat semula.

Kedua, jangan terlalu menyisipkan 'aku' di banyak tempat, secukupnya dan sewajarnya saja. Susah dong!? Makanya belajar!

Ketiga, jadilah orang kaya! Baik secara materi maupun hati nurani. Kalo punya duit banyak mah tinggal beli on len. Kalo punya keikhlasan banyak, ya tinggal senyum penuh kerelaan lalu menjalani hidup seperti biasanya.

Etapi karena aku gak kaya-kaya amat, ya udah aku candain peristiwa nyebelin tersebut melalui catatan kayak gini.

Biar apa? Biar kagak lupa kalo aku belum nyelesein buku  'Kapan Kamu Nikah?' yang ampe detik ini belum aku baca ampe kelar. Heran, bisikan maut apa yang saat membawa buku itu ke kasir ya!?

Well sial, ternyata aku benar-benar sudah menjadi lelaki paruh baya. Sok dewasa. Berusaha bijak. Pasang topeng 'gak papa, I am fine' padahal sad bois club bets. Hahahaha.

Dan utas ini mending aku akhiri aja dengan sebuah UMPATAN KASAR NAMA BINATANG di dalam hati, sebagai penanda bahwa aku sudah baik-baik saja dan kembali beraktivitas seperti biasa.

NB: setelah menulis ini perasaanku jadi membaik. Emosi yang meluap-luap tadi entah hilang ke mana. Alhamdulillah.

NB lagi: jadi kalau suatu saat kalian sedang mengalami emosi yang tak tertahankan, segeralah menjauh untuk memberi jeda. It's works, trust me.

Mujix
Sedang bingung ngatur jadwal
Simo, 8 Juli 2019