megamendungkelabu

Rabu, 19 Oktober 2022

Pak Zuhri

Lik Zuhri adalah kerabat jauhku. Rumah beliau berada di jauh ujung pucuk desa, di sebuah daerah yang bernama Majan. Aku tak memiliki banyak interaksi dengannya. Mungkin memang karena beliau itu sepantaran bapakku, yang tentu saja secara lingkup aktivitas tak terlalu intens bertemu. Namun walau begitu, beberapa kali aku bertemu beliau untuk mengurus KTP. Ya, beberapa kali urusan KTP di keluargaku 'dibantu' oleh beliau. 

Beberapa minggu ini Pak Zuhri menderita sakit. Aku belum sempat menjenguk. Dan kalo dipikir-pikir aku memang juga tak tahu banyak kalau Pak Zuhri sedang keadaan tidak sehat. Kata bapakku ada sesuatu yang salah dengan perutnya. Bapakku beberapa kali ke rumahnya untuk memijat dan menjenguk. Aku yang sedang sibuk hanya bisa menitipkan uang santunan yang tak seberapa. Sedih. 

Kemarin di grup watsap keluarga besar,  Omku mengunggah keadaan Pak Zuhri. Tampak badannya kurus,  dengan wajah sangat pucat dengan berbagai selang infus di sekitarnya. Aku terkejut dengan perubahan drastis beliau. Seingatku Pak Zuhri cukup gemuk dulunya. 


Mamakku bilang beliau dirawat di Rumah Sakit PKU Solo. Aku memutuskan untuk menjenguknya besok saat ke Solo. Kebetulan aku ada beberapa agenda yang harus terlaksana di sana. 

Hari berganti. Aku sudah di Solo, masih disibukkan dengan beberapa kegiatan. Ketika jam memasuki waktu makan siang,  aku membaca pesan singkat di gru watssap. Lalu mak deg! 

Tertulis kabar Pak Zuhri yang telah meninggal dunia. Aku terkesima. Bahkan aku belum sempat pergi ke rumah sakit tersebut. Pikiranku terhenti mendadak. Helaan nafas panjang bercampur aduk dengan perasaanku yang ampang. Aku teringat Mas Agus,  Mbak Tessa,  Mas Yoni dan orang-orang yang aku kenal namun sudah meninggal. 

Rasanya aneh. Hidup itu aneh. Entahlah, namun aku malah teringat orang tuaku. Mereka masih hidup. Teman-temanku yang lucu-lucu dan bersemangat di luar sana. 

Namun seperti aturan di dalam hidup yang sudah tercantum, setiap manusia itu sebenarnya memang hidup hanya untuk mati. Nah maka dari itu, semoga aku dan kalian semua yang baca tulisan ini bisa menjalani hidup dengan lebih bijak dan penuh kesadaran. 

Mujix
Rest in peace Pak Zuhri
Al fatihah. 
Kentingan,  19 Oktober 2022