megamendungkelabu

Minggu, 08 Januari 2023

Nikah Muda dan Mati Tua

"Sebuah kejadian dengan beberapa variabel yang berbeda, akan menentukan bagaimana seseorang akan memilih opininya." 

Begitu pikirku saat membandingkan dua hal peristiwa yang terjadi di beberapa hari belakangan ini. Baiklah, aku mulai cerita dari yang nomer satu ya.

Kemarin di desaku dihebohkan dengan meninggalnya seorang warga. Tak ada angin tak ada hujan, secara tiba-tiba ia dipastikan menyandang status 'almarhum'.  Hal itu diketahui kala sang mertua mencoba membangunkannya dengan niat untuk minta diantarkan ke suatu tempat. Kejadian tersebut tentu mengagetkan warga, karena dinilai sangat mendadak. Aktivitas terakhir almarhum katanya minum kopi dan main hape sebelum tidur. Ya, setelah itu dia tidur lalu tak bangun lagi. 

Almarhum menurut respon kerabat tidak memiliki riwayat penyakit yang aneh-aneh.  Sebelumnya masih dalam keadaan sehat.  Hal yang memprihatinkan ialah almarhum merupakan suami yang baru memiliki anak satu. Benar, pernikahannya dengan sang istri terjadi berada di usia yang masih muda. Nah terus,  dari berbagai celetukan para warga desa ada satu kalimat yang paling menggelitik nurani. Yaitu... 

" Duh, mesakne ya, padahal ijek enom tapi wis ninggal. "

Terus apa masalahnya? Sebentar. Kita berpindah ke cerita kedua ya. 

Beberapa hari sebelum kejadian tersebut, di suatu pagi yang seperti biasanya,  Mamakku sudah muter-muter bagai kipas angin di dapur. Beliau membuat gudangan, tumpeng,  jenang merah dan mempersiapkan beberapa camilan untuk digunakan sebagai 'bancakan'. 

Bancakan adalah ritual di keluargaku untuk memperingati hari serta weton kelahiran tiap anggota keluarga. Tradisi ini sudah terjadi turun temurun sejak dahulu. Prosesi dari upacara ini biasanya diawali dengan menyiapkan hidangan ala kampung.  Dilanjutkan mengundang tetangga sekitar. 

Kami semua bersama-sama mendoakan orang yang memiliki hajat yang kemudian diakhiri dengan makan bersama. Ya, mirip semacam kek pesta ulang tahun tapi versi kearifan lokal yang diperingati tiap hampir bulan, Aesthetic bangetslah. 

Nah, di bagian prosesi doa ada satu lagi yang menggelitik nurani. Karena hari ini bancakanku salah satu doanya ialah semoga bertemu jodoh. Doa tersebut diucapkan tiap kali aku yang mendapatkan giliran bancakan. Tiap kali makan bersama seusai berdoa, ada aja tetangga yang menceletuk random. Dan kali ini aku mendapatkan sindiran...

"Piye to Yon, padahal masih tuo tapi kok koe rung rabi to!? Hahaha".

Dan begitulah akhir dari cerita kedua. Bagaimana menarik bukan? Ada sebuah benang merah yang menghubungkan dua cerita tersebut. Yakni usia. 

Sebuah kejadian dengan beberapa variabel yang berbeda, akan menentukan bagaimana seseorang akan memilih opininya.

Di usia yang sama, seseorang bisa dilabeli 'muda' jika sudah meninggal. Di usia yang sama,  seseorang bisa dilabeli 'tua' jika belum menikah.

Nikah muda dan mati tua,  atau sebaliknya, menurutku bukan hal yang bisa ditentukan dengan sekedar melempar dadu. Ada banyak hal yang terlibat di situ. 

Menikah melibatkan takdir dua orang yang bersinergi dengan aturan dan tradisi masyarakat. Harus ada jodohnya dulu, ada uangnya dulu,  ada restunya dulu, dan lain sebagainya. 

Aku yo pengen nikah muda,  tua kaya raya,  tua masuk surga. Tapi yen gusti Alloh ora  utowo rung acc yo meh kepiye to, Lur. 

Peristiwa tetanggaku tersebut menjadi pengingat bahwa mati bisa datang kapan saja.Tak perlu pemicu, tak perlu penyebab. Dan bum.

Ritual bancakan di keluargaku menjadi pengingat bahwa hidup bisa bergerak ke manapun tanpa perduli dengan SOP para netizen. 

Rezeki, jodoh, dan kematian adalah hal-hal yang berada di luar nalar logika manusia. Tak bisa dipaksakan tapi bisa diusahakan. Let's do the best, and God will take the rest. Al Fatihah buat tetanggaku, Rest In Peace, Kang. 

***

Dan mungkin saja jodoh juga datang kapan saja.Tak perlu pemicu, tak perlu penyebab. Dan bum. Ada ukhti-ukhti gaul yang tiba-tiba nge-DM "Mas, sampeyan jomblo tah?  Gelem nikah karo aku ndak!?"
Wkakwkkawa

Mujix
Stress dan pusing gegara hal yang gak jelas itu menyebalkan. 
Simo, 12 Januari 2022