megamendungkelabu

Kamis, 31 Juli 2014

Hello Ghost!

Haeei gaes!! Apa kabra? Jadi ginih nih, bagi aku, iya akuuuh, Idul fitri ini adalah idul fitri yang dramatis. Aku berpikir seperti itu setelah melihat tetanggaku. Iya, tetanggaku. Aku punya tetangga. Aku bukan jin botol yang terperangkap di tengah gurun Sahara. 

Tetanggaku itu, sebut saja namanya ‘Bunga’, menangis meraung-raung sambil memeluk bapak saat halal bi halal. Beneran, menangis meraung-raung layaknya kontestan pogram televisi ‘Masih Dunia Lain’ yang kerasukan roh astral macan tutul. Beberapa jam sebelumnya, tetanggaku yang bernama ‘kumbang’ juga melakukan hal yang sama. Di dapur saat dia sungkem dengan nenek, tangisan memecah heningnya pagi damai di hari nan fitri.

Ada apa sih idul fitri ini? Kok serba menangis gituh? Hari idul fitri ini yang harusnya menjadi momen untuk berbagi kebahagiaan antar sesama anggota keluarga. Harusnya seperti itu, namun untuk beberapa orang, perayaan hari raya Idul Fitri adalah momen krusial penguras emosi dikarenakan berbagai kejadian di masa lalu. Sebagian dari mereka adalah superhero yang tegar dalam menghadapi apapun yang terjadi, sebagian dari mereka yang lain adalah orang-orang biasa yang memasang topeng ‘baik-baik saja’ dibalik semua masalahnya, dan sisanya adalah sosok-sosok pemilik jiwa yang rapuh dan bisa patah karena hal-hal yang kecil namun memorable.

Beberapa hal memang memorable, namun beberapa hal lain sangat tragis. Pokoknya sesuatu hal yang bersifat tragis dan memorable sangat mudah untuk membuat seseorang menangis.
Begitulah.

Aku juga pernah seperti mereka. Aku juga pernah menangis. Aku manusia biasa yang hatinya bisa tersentuh karena hal-hal sentimentil. Aku bukan Sun Gokong yang tidak pernah menangis bahkan saat dia diusir gurunya gara-gara ulah siluman tengkorak.

Iya, siluman tengkorak!! Cieeeh, adegan itu memorable bangeeet. Kalian inget enggak sih ketika Sun Gokong ber-Kagebushin No Jutsu menjadi banyak dan bersimpuh untuk meminta maaf kepada Biksu Tong (buat yang mengira nama komplitnya Biksu Tong adalah ‘Tong kosong nyaring bunyinya’, nyemplung ke laut ajaaaaa!!). Adegan itu epic banget. Sangking epic-nya Bang Arumania pernah nangis bawang bombay gara-gara nonton serial kera sakti. Nangis bawang bombay, terus joget-jogetan dibalik pohon sambil nyanyi ‘Chori-chorii, chupkee-chupkeee’. Eniwei, kenapa aku bisa tahu? Soalnya dia pernah curhat soal adegan siluman tengkorak. Dia curhatnya joget-jogetan dibalik pohon sambil nyanyi ‘Chori-chorii, chupkee-chupkeee’.

Anu, kenapa malah jadi bahas Sun Gokong sama Biksu Tong, sih? Fokus!! Fokus!! Balik ke tema semula!!! Ciaaaat!!!

Ehem!Idul fitri ini adalah idul fitri yang dramatis. Enggak dramatis gimana, aku mau wisuda Men! Itu adalah adalah  (kata ‘adalah’ sengaja dibuat dobel agar terlihat dramatis) adegan ‘super duper absolutly awesome keren banget’ sepanjang masa perkuliahan abadiku selama di ISI Solo.  Haaah.... (menghela nafas panjang sambil menatap langit senja) ISI Solo Men! Ingatanku melesat di masa saat aku lulus SMSR, tau singkatannya? Si Mujix Sangat Romantis, eaaaa,  Kalimat akronim kayak gitu Kalo di twitter biasanya aku ketik pake Hashtag ‘Ehh’ dan ‘apa sih’.  

Banyak hal yang bersifat tragis dan memorable terjadi dari masa itu sampai sekarang. Aku adalah orang yang merasa memiliki ‘keteguhan hati’ yang dahsyat apabila dibandingkan orang-orang lain, maaf, aku memang sesombong itu. Banyak hal yang bersifat sentimentil dan menyentuh hati namun tidak banyak yang bisa membuatku bersedih bahkan menangis.

‘Tidak banyak’, namun ada.

Hal-hal yang ‘tidak banyak’ namun ada itu terkadang berupa hal-hal konyol dan sepele. Hal-hal yang ‘tidak banyak’  namun ada itu bisa berupa menonton film drama Korea, lelucon ‘gak jelas’ saat bercanda dengan teman, hingga ‘telfon’ ortu dari Bogor.

Hal-hal yang ‘tidak banyak’ namun ada nomer satu adalah film drama Korea. Sore hari yang damai dikontrakan Punggawan itu berjudul ‘sesosok komikus amatir ganteng berambut kribo menangis gara-gara menonton film drama Korea’.

Aku klarifikasi sebentar, aku enggak suka film drama  Korea, saat itu kebetulan aku ketularan ‘demam Korea’-nya Bang Arumania. Entah ada angin apa saat itu tiba-tiba di hardisk komputernya Bang Arumania menjamur puluhan film drama Korea. Catat men!! PULUHAN DRAMA KOREA!! Kalian bisa bayangin kan, horornya muka Bang Arumania yang kadang sering dikira kuli bangunan itu mengkoleksi PULUHAN DRAMA KOREA!!! Men! Don’t judge book from the cover, yang artinya ‘ kalo elo mabuk plis dong jangan ngileer’. Dari puluhan film drama korea itu akhirnya aku iseng-iseng menonton ‘Hello Ghost’. Dan iseng-isengku itu akan berakhir dengan bencana kiamat sughro

Btw cerita soal ‘dikira kuli bangunan’ itu juga dicurhatkan saat dia joget-jogetan dibalik pohon sambil nyanyi ‘Chori-chorii, chupkee-chupkeee’. Ah..
.
Kata om Wikipedia, Film Hello Ghost pertama kali ditayangkan di Korea Selatan pada tahun 2010 dan menjadi box office dengan lebih dari 3 juta penonton. Garis besar kisah dari film ini sebenarnya bego banget. Seorang pemuda galau nekat mencoba kali bunuh diri dengan terjun ke sungai namun gagal dan akhirnya memiliki kemampuan untuk melihat arwah. Bukan hanya satu arwah, sekeluarga arwah.  Pemuda yang bernama Sang-man (yang diperankan oleh Cha Tae-hyun) ini bukan hanya bisa melihat, namun juga berkomunikasi dan bahkan dihantui oleh sekeluarga arwah di sekelilingnya. Semacam kemampuan para mediatornya program televisi ‘Masih Dunia Lain’, gituh, bedanya Sang-Man enggak berkepala botak. Mungkin khawatir kalau dikira Pak Ogah. 

Hidupnya makin kacau balau. Alur dari film ini mulai bergerak dinamis saat para arwah tersebut membuat perjanjian. Mereka akan meninggalkan tubuh Sang-man (dengan segala terrornya, tentu saja) asal semua permintaan arwah penasaran itu terpenuhi. Perjuangan Sang-Man dalam memenuhi permintaan absurd itulah yang menjadi poin menarik dari film Hello Ghost.

Begitulah, Andaikata diumpamakan, film bagus itu seperti gebetan yang sedang diincer, sama-sama memiliki plot yang bagus untuk disimak. Enchiyeeeeh...

Hal yang paling kampret dari film ini adalah masalah dalam pembagian porsi dari alur cerita. Pada satu jam awal terdapat banyak adegan yang membuatku tertawa nguakak ampe guling-guling di kasurnya tetangga. Sang-Man sering terjebak dalam situasi heboh khas komedi film korea. Konflik-konflik yang dibangun para karakter arwah ternyata memiliki benang merah dengan masa lalu Sang-Man. Benang merah itu ditampilkan secara dramatis di penghujung film ini. Benang merah yang hanya berdurasi sekitar 7 menit ini lah yang membuatku tersentuh, mewek, kemudian menangis.

Kalo seorang cowok menangis gara-gara masalah cinta itu sangat dramatis, namun kalo seorang cowok menangis gara-gara film Korea.... ah sudahlah. kiamat sughro itu udah tau punya aib nangis gara-gara film Korea tapi masih nekat diposting di blog. Eluh, kacauu Jix.

Intinya hingga hari ini, Film ‘Hello Ghost’ adalah film korea paling bagus yang pernah aku tonton.  
Hal-hal yang ‘tidak banyak’ namun ada nomer dua adalah lelucon ‘gak jelas’ saat bercanda dengan teman. Memiliki teman-teman yang ajaib itu menyenangkan. Aku enggak harus nyewa VCD ‘Mr.Bean’ ataupun film Kartun ‘Tom and Jerry’ hanya untuk bisa tertawa terbahak-bahak ampe nangis. Kalo suntuk, kumpulin aja temen-temen dengan bermodalkan es teh dan gorengan. Membahas sesuatu tema yang up to date dan biarkan obrolan itu mengalir secara tak terkendali. Percayalah mereka akan mengeluarkan banyak lelucon yang garing sampe yang bikin girang.

Konsep spontan semacam sesuatu ‘ yang mengalir secara tak terkendali’ sama seperti pertimbangan Steve Jobs saat mendesain Studio Pixar yang baru. Dia menyusun beberapa lorong dari berbagai divisi studio untuk bisa bertemu di satu tempat semacam aula. Bertemunya berbagai orang dari berbagai divisi di satu tempat akan membuat kreativitas muncul dari pertemuan spontan dan diskusi acak. Keren ya. Eniwei cerita ini aku dapat dari buku biografinya Steve Jobs karya Walter Isaacson. Aku merangkum hal-hal keren dari buku itu di sini.Tweet tentang Steve Jobs by Walter Isaacson

Ini postingannya banyak banget sih. Huft.

Sekarang kita ngobrolin ‘lelucon ‘gak jelas’. Semenjak salah satu temanku yang ajaib ikutan stand up comedy di Solo dan UMS, yaitu (lagi-lagi) Bang Arumania, aku jadi sensitif banget apabila membahas mengenai ‘lelucon’. Di dunia stand up comedy bahasa kerennya ‘lelucon’ adalah ‘jokes’. Aku dan Bang Arumania mendadak menjadi sepasang komentator open mic dan komik humor paling ambisius seantero Surakarta. Gimana enggak, kita ngobrolin tentang komik humor yang bagus, lelucon yang paling satir sampe yang paling porno, set up dan puch line yang pecah, bahkan kita ngobrolin bagaimana dua disiplin ilmu itu bisa saling bersinergi.

Salah satu lelucon yang bikin aku ketawa ngakak sampai nangis adalah ketika Bang Arumania bernyanyi dan nge-jokes tentang Steve Jobs. Yuk kita bayangin aksinya:

Bang Arumania biasanya berpose bak gitaris handal. Dia berakting seolah-olah pegang gitar dan menatap tajam penonton. Kemudian dia akan berteriak ‘Jreng-jreng!! Jreng’, anggap saja suara ‘Jreng-jreng!! Jreng’ itu suara gitar. Dia membungkukkan badan kemudian bernyanyi dengan lirik seperti ini: 

“Kudapat JOB!!! ‘Jreng-jreng!! Jreng’, JOB-nya BL*W JOB, ‘Jreng-jreng!! Jreng’, dari STEVE JOB, ‘Jreng-jreng!! Jreng’ dia bilang GOOD JOB!!”

Kemudian hening. 
Pertama kali mendengar jokes itu aku hanya bisa bengong.
Beneran enggak tahu lucunya di mana. 
Sepertinya ada kata yang agak porno juga.

Namun setelah beberapa kali memikirkan maksud dan pose itu, aku kemudian tertawa terbahak-bahak ampe nangis. Waktu ketawa itu pun aku masih enggak tahu lucunya dimana. Pokoknya absurd abis. Nanti kalo kalian udah tahu bagian lucunya tolong aku di SMS ya? Dasar komika gila.

Beberapa paragraf yang membahas “Hal-hal yang ‘tidak banyak’ namun ada nomer dua” beneran enggak penting. Aku minta maaf. Aku akan segera mempaparkan Hal-hal yang ‘tidak banyak’ namun ada nomer tiga, yaitu ‘telfon’ ortu dari Bogor.

Semenjak SD aku sudah ditinggal merantau oleh ortu. Beliau berdua yang awesome itu membanting tulang ke Kota Hujan, yaitu Bogor. Bertahun-tahun kota Bogor menjadi saksi bisu kegigihan sepasang suami istri dalam mencari nafkah untuk keluarganya. Berpeluh menantang malam, bersinergi dengan semesta untuk merubah dunia. 

Dan hanya pulang ke tanah asal sekali dalam satu tahun, yaitu saat lebaran. Kurasa kisah ini keren sekali. Sebuah prolog yang sangat manis ini sudah aku gambar beberapa panel dalam komik Lemon Tea. Semoga segera selesai komiknya.

Terus ginih, dari jaman SD sampai SMP aku enggak pernah bisa berkomunikasi dengan mereka, kecuali saat mereka pulang, tentu saja. Jaman segitu mah enggak ada Handphone, mungkin udah ada, cuman aku enggak punya Handphone. Mungkin akan sangat mengerikan sekali kalo seorang anak SD jama segitu udah punya Handphone, itu anak SD atau ALIEN!? Kok revolusioner gituh?!!

Mungkin juga saat itu aku enggak paham apa itu ‘Handphone’. Kasihan. Nenekku memberi solusi alternatif. Beliau bilang aku bisa berkomunikasi dengan ortu di Bogor melalui gentong. Beneran, melalui GENTONG, kalian enggak salah baca sodara-sodara. AKU BISA BERKOMUNIKASI DENGAN GENTONG!!! tempat air yang berasal dari tembikar dan tanah liat itu. Entah nenekku yang terlalu pinter, atau akunya yang terlalu bego. Akhirnya aku ‘menelepon’ ortuku melalui gentong. Jika mengingat masa-masa itu aku menjadi trenyuh sendiri. Sedih, kasihan, keren dan memorable bercampur menjadi satu. Ketika berteriak melalui gentong apakah aku menangis? Iya, aku menangis. Bisa dibayangin enggak sih perasaan anak SD yang enggak pernah ketemu ortunya selama satu tahun? Gituh.

Jadi kesimpulannya hidup yang dramatis itu gak melulu harus terjadi pada hari raya Idul fitri. Pada hari yang biasa-biasa saja bagi orang lain mungkin saja hari yang dramatis bagi orang yang lain lagi. Mungkin bagiku saat ini, kisah dari ‘Bunga’ dan ‘Kumbang’ adalah kisah yang biasa-biasa saja. Namun bagi mereka, kisah mereka sangat dramatis, saat itu, ditempat itu, dengan siapapun itu. 

Bunga mengalami kesedihan yang mendalam karena suaminya meninggal karena penyakit stroke gara-gara memikirkan banyak hutang, saat ini Bunga harus menanggung biaya dua orang anak dengan beberapa hutang yang belum terlunasi. 

Kumbang memiliki kisah yang lain lagi, dia merasa kesepian karena terlahir dari keluarga broken home. Ayahnya bercerai minggat entah kemana. Sang ibu menikah lagi dan pindah ke desa lain mengikuti suami barunya. Kumbang merasa tidak memiliki ‘rumah’ dimanapun. Bukankah kisah mereka ‘biasa-biasa’ saja?

Postingan ini aku tutup dengan quotes keren film Hello Ghost, you'll never walk alone! Percayalah akan selalu ada orang lain di sampingmu saat masa-masa dramatis itu datang. Orang lain itu bisa saja bapakku dalam kisah Bunga, Nenekku di kisahnya Kumbang, ataupun bahkan hanya sebuah Gentong. Senyum.  

Mujix
masa-masa ini aku sering
berpikir mengenai hal-hal
yang fundamental dan sangat mendasar.
semoga segera tercerahkan!
Simo, 31 Juli 2014