Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

2019

Tahun ini adalah tahun yang berat. Yah, setiap tahun memang berat, tapi tak sedahsyat tahun ini. Awal tahun baru ini aku masih di Bogor. Penyakit burn out ultahku parah sangat. Semua kelelahanku di sepanjang hidup bermuara di tahun 2019. Di tahun ini pula Simbahku berpulang, meninggal sekitar 5 bulan yang lalu. Bersamaan dengan hal tersebut, Mamak dan Bapak pindahan dari Bogor menuju kampung. Ini adalah hajatan yang sangat besar. Energiku terkuras di sini. Semua pekerjaan dan obsesiku hampir tak membuahkan hasil. Atau membuahkan hasil namun tidak sesuai dengan rencana semua. Faktor internal yang rapuh dan dihantam faktor eksternal yang membabi buta, membuatku makin yakin untuk mendaulat tahun 2019 sebagai tahun terberat di dalam hidup. Karirku sebenarnya cukup bagus dan membanggakan. Pendapatan lumayan besar. Sayangnya keadaan keluargaku sedang buruk. Hampir 90% keuanganku habis untuk menambal kebutuhan orang banyak. Terjadi berkali-kali. Terjadi dalam nominal yang besar dan membuat...

Mbah Prapto

Tidak pernah ada sosok Mbah Kakung di dalam kehidupanku. Jadi jika dulu kalian bertanya padaku "Piye rasane nduwe Mbah Kakung?" Paling yo tak jawab "Wah, Ra reti aku, coy! ". "Tapi nek koe tekok pie rasane nduwe wajah tampan berambut kribo, aku iso Njelasne!" Namun tidak dengan sekarang. Karena beberapa peristiwa, aku memiliki 'sosok' yang telah kuanggap sebagai 'Mbah Kakung' sejak beberapa tahun yang lalu. Sosok itu bernama Mbah Suprapto Suryodharmo. *** Di suatu siang yang panas di tahun 2015, hapeku tiba-tiba berbunyi. Saat itu aku yang sedang berada di wedangan Pendopo Sriwedari sedang rapat kecil acara komik bersama Feri dan beberapa teman Komisi Solo. Sudah 10 menit aku menunggu balasan pesan singkat dari Mbah Prapto, seorang kakek-kakek berprofesi sebagai empu tari, performer dan seniman internasional yang sangat di segani di kota Solo. Beberapa saat kemudian hapeku bergetar. "Halo, Mas Mujieks! Ada apakah?" Suara b...

Makhluk Tak Kasat Mata

"BAJINDUL!!! OPO KUI??!!" Aku berteriak panik di dalam hati. Tubuhku gemetar hebat. Bulu roma di sekujur badan berdiri dengan lebat. Nafasku mulai tak beraturan. Tak jauh di depanku berdiri sesosok makhluk ganjil nan asing yang energi keberadaannya memecah keheningan malam di sebuah pertigaan jalan di Kota Bogor. "OPO KUI, CUUKKKK!!!" Aku terus berteriak di dalam hati. Jantungku berdebar sangat keras. Untuk pertama kalinya aku merasakan ketakutan yang sangat pekat. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Baiklah, Ini adalah salah satu cerita pertemuanku yang kesekian kalinya dengan makhluk-makhluk di luar nalar. Dan ini adalah pengalaman yang akan mengubah sudut pandang spiritualku selama ini. Bismillah, Semoga aku bisa menyampaikannya dengan lancar. *** Beberapa puluh menit sebelumnya. Di suatu malam yang penat di kota Bogor. Aku berada di meja gambar, sedang membedah agenda mingguan. Beberapa kegiatan terlaksana dengan baik, beberapa lainnya gatot, alias gagal to...
'Hujan datang tak beraturan Airnya jatuh membentur jalan Mereka berlomba tak mau kalah Untuk segera bertemu dengan tanah' Puisi tersebut aku tulis di tempat ini. Sebuah masjid cukup mewah di Gentan Sukoharjo. Berbicara sedikit tentang hari ini, hidupku masih blingsatan. Tapi setidaknya agak lebih baik 3000 milyar persen dari beberapa bulan yang lalu.

Ruang Kosong berwarna abu-abu

Mata lelah dan hati kosong Pikiran penat lalu tubuh tak berdaya Leher agak kaku bagai pohon randu Kaki bersenandung menuju ranjang Tangan menari mengikuti intuisi Mimpi berkobar walau pelan Malam masih diam Tak ada angin yang bergegas Aku ingin segera tidur Melupakan ramainya hujan di pikiran Pikiran yang tidak berbahagia Pikiran yang tidak bisa bersuka cita Sedih itu bagai nafas Aku ambil satu-satu Aku buang satu-satu Namun aku lebih sering mengambil Daripada membuangnya Menjejalinya sampai penuh Hingga seluruh dunia menjadi kumuh Mujix Hujan di luar Hujan di dalam Sukoharjo, 12 November 2019

Addendum

Dulu Hati ini sudah rusak beberapa kali Pernah menjadi bongkahan batu Pernah menjadi serpihan abu Dulu Hati ini sudah hancur beberapa kali Pernah menjadi butiran debu Pernah menjadi gumpalan lumpur bau Sekarang hati itu sudah tak remuk lagi Separuhnya diperbaiki kamu Separuh lainnya diperbaiki waktu Mujix Lalu saat kamu pergi Aku menghancurkannya lagi dengan rasa sepi. Simo, 9 November 2019

Hujan Belum Datang

Hujan belum datang Tanah sudah kering kerontang Hari mulai beranjak siang Panasnya membuat hati gersang Aku berjalan lurus bagai pedang Menabrak semua penghalang Menuju hari yang terang benderang Sambil menepis rasa bimbang Umur sepertinya tak lama lagi Jiwa sudah bosan hidup di bumi Namun raga belum mau mati Karena masih ingin mewujudkan mimpi Mujix Simo, 1 November 2019

Melompati Soal Sulit

Seseorang perempuan yang dulu pernah hadir dalam hidupku akan menikah. Statemen tersebut aku ketahui dari instastory yang ia unggah. Saat aku melihat pemberitahuan tersebut, perasaanku tiba-tiba bergemuruh. Semua hal bercampur aduk di dalam dada. Rasanya ingin kubuang ponsel pintar ini. Beberapa kali aku mendengus kesal sambil mempertanyakan banyak hal. Apakah ini patah hati karena ditinggal rabi? Apakah ini rasa benci terhadap lelaki yang perempuan itu akan nikahi? Ataukah ini rasa marah terhadap diri sendiri, yang tak bisa membuatmu betah bersamaku di sini? Ai don now. Ini cukup rumit. Akhirnya aku mengambil jalan pintas. Kubuka lagi profil IG perempuan tersebut. Walau enggan, kupandang foto dimana mereka berdua yang sedang bercengkrama. Bajindul. Fotone romantis banget. Pengen tak jotos mas'e. Puluhan detik berlalu. Aku mencoba menganalisa apa yang ada di perasaaanku. Jari-jariku memegang dagu dengan alis berkerut dan mulut cemberut. Sudah kayak Rocky Gerung yang mau meli...

Puisi

Beberapa puisi tidak bisa dituliskan Beberapa lagu tidak bisa dinyanyikan Untuk itulah tuhan menciptakan kesepian Aku pernah mencintai matahari Sinarnya panas tak pernah mati Namun sekarang ia tak di sini dan pergi Mujix Lagi mau bikin Ayam geprek Dengan cara goreng ayam bakar Simo, 15 September 2019

Pohon Randu

Ada pohon randu Tingginya menjulang ke langit Ada masa lalu tertinggal di situ Ia ingin terjun ke Bumi Lalu meloncatlah ia Menabrak angin Menubruk ranting Lalu hilang entah ke mana Kata orang, ia bersembunyi Kata orang, ia mati Ada pohon randu Ada masa lalu tertinggal di situ Mujix New place and new good atmosphare Gentan,  9 September 2019

Berkelakar dengan malam

Tak bisa tersenyum Energi kebahagiaan telah sirna Padahal hidup masih terus berjalan Dan harus bertemu banyak orang Tak bisa tertawa Mungkin karena hati tak ada cinta Untuk membuat orang lain bahagia Atau sekedar berkata 'aku baik-baik saja' Waktu terus berlalu Tidak ada kamu Hanya ada aku Dan rasa lelahku Ingin kuambil garis cakrawala Aku buat menjadi pedang bermata dua Satu untuk menghentikan waktu Dan satu untuk membunuh rasa bosanku Tak bisa tersenyum Tak bisa tertawa Waktu terus berlalu Ingin kuambil garis cakrawala Mujix It's no good. Simo, 8 September 2019

Dwi Koendoro

Dulu, dulu sekali. Kalau tidak salah mungkin 10 tahun yang lalu, aku yang ingin belajar komik dengan nekatnya men-tag atau menandai Pak Dwi Koendoro. Alasannya sederhana, ingin terhubung dengan 'legenda hidup' dunia komik yang karyanya selalu muncul di harian Kompas, yakni Panji Koming. Kekaguman sepihak dan uforia bertemu medsos baru bernama Facebook, membuatku kalap untuk sering mengunggah gambar lalu menandai para master-master komik seperti beliau. Kalian tahu apa yang luar biasa? Saat itu aku masih memakai nama alay yakni 'Mujiyono Sing Ra Cetho' (dipersilahkan untuk tertawa) dan gambar masih absurd, namun kok yha beliau 'selo-selo'-nya memberi komentar dan memberi sedikit ilmunya kepada 'netizen gagap' yang ingin jadi komikus seperti aku. Saat itu aku langsung tertegun, Pak Dwi Koendoro yang 'sangat besar' itu ternyata memiliki sikap yang sangat 'low profile' dan menyenangkan. Banyak ilmu yang aku pelajari dari beliau, entah itu ...

Berjuang dan Berusaha

Berjuang dan berusaha adalah aktivitas paling melelahkan di dalam hidup. Putus asa sekalian malah lebih enak. Kegamangan dua sisi antara 'hak untuk kalah' dan 'kewajiban untuk menang' sering membuat manusia terjerembab dalam lembah-lembah paling gelap. Mujix Hanya tinggal menyertakan tangan kiri. Hidup untuk melengkapi sebuah peran. Rabu, 31 Juli 2019

Orang lain yang goblok

Berusaha tetap waras di masa-masa sulit itu cukup melelahkan. Kenapa ya, beberapa orang sangat pandai sekali mengingat hal-hal yang buruk mengenai orang lain dan mengoleksinya sebagai senjata di saat orang lain tersebut tidak sesuai dengan keinginannya. Mengingat hal-hal yang baik malah luput dari penyimpanan di memori hati. Lupakan dan hancurkan. Pokoknya demi sebuah keinginan dan ke-aku-an. Aku selalu introspeksi diri. Jika ada sesuatu yang terjadi aku selalu memikirkannya dalam-dalam. Cuman ya gitu, sudah sewaspada itupun masih saja ada orang-orang yang sangat menyebalkan. Orang-orang yang tidak waras dan mengedepankan keegoisannya. Yah, memang benar sekali kutipan-kutipan bijak yang sering aku temui di buku motivasi, manusia memang makhluk yang egois dan mau menangnya sendiri. Termasuk yang nulis postingan ini. Kenapa harus ada orang goblok? Biar orang pintar bisa belajar dari kegoblokannya. Sinau opo, Mbuh. Mujix, Simo, 8 Agustus 2019

Helaan Napas

Helaan nafasku akhir-akhir ini sangat berat. Sangat berbobot. Andaikata orang biasa melihatku, niscaya label 'orang susah yang hobi mengeluh' akan menempel di jidat. Namun jika aku boleh membela diri, helaan nafas yang muncul akhir-akhir ini adalah caraku untuk bermeditasi. Andaikata aku perokok, aku yakin aktivitas semacam 'menghela nafas' bakal termaklumi. Yah ngapain harus menghela nafas jika ada nikotin yang menenangkan pikiran. Mampus kau, jika tak memiliki candu di saat masa-masa susah menjotosmu! Makan tuh, jika tak memiliki kebahagiaan di saat masa-masa sedih menendangmu! Namun, It's ok. Everything it's fine. Aku hanya tinggal menghela nafas dengan sangat berat. lalu menghembuskannya satu persatu. Tidak ada apa-apa dan hanya sebuah hari seperti biasanya. Mujix Sedang merangkai satu bagian demi satu bagian agar terciptakan momentum. Simo, 2 Agustus 2019

Berjuang dan Berusaha

Berjuang dan berusaha adalah aktivitas paling melelahkan di dalam hidup. Putus asa sekalian malah lebih enak. Kegamangan dua sisi antara 'hak untuk kalah' dan 'kewajiban untuk menang' sering membuat manusia terjerembab dalam lembah-lembah paling gelap. Mujix Hanya tinggal menyertakan tangan kiri. Hidup untuk melengkapi sebuah peran. Rabu, 31 Juli 2019

Tembok Pembatas Diri

Aku masih terus berusaha untuk menghancurkan tembok pembatas diri yang terus bermunculan. Namun sayangnya saat ini martil besar andalanku hilang entah ke mana. Yang bisa kulakukan ya hanya memukulnya pakai batu kecil. Hingga tangan lecet. Hingga terluka dan berdarah. Tembok itu tentu saja masih tegar berdiri. Aku mengambil nafas panjang. Duduk diam merenungi nasib sambil mencoba introspeksi diri. Ya sudahlah, aku akan menghancurkan tembok dengan perlahan dan sesuai dengan kemampuanku. Sambil sesekali istirahat dan mencari martil besar andalanku yang saat ini entah di mana. Mujix Sudah nemu linggis di genggaman. Lumayanlah. Let's do this Simo, 29 Juli 2019

29.08.2019

Abis dari Jogja. Capek banget. Capek banget lahir dan batin. Secara lahir ya jelas dong gegara perjalanan jauh Simo ke Jogja bolak-balik dalam satu hari. Dari Simo aku naik motor Karisma lawas menuju Colomadu, rumah Mas Angga Tantama. Nah dari sana aku bersama Angga, Jeki, dan Diaz naik mobil bareng menuju Jogjatorium, lokasi dimana diadakan acara 'Jogja Creator Meet Up'. Secara batin capeknya sangat relatif sih. Mengesampingkan berbagai persoalan pribadi, (yang enggak bisa aku tulis di sini) menurutku acara ini ampas banget. Yes , secara 'konten' sebenarnya aku nyesel jauh-jauh datang ke acara tersebut. Gak ' worth it ' banget lah. Tapi pelajaran dan ilmu yang aku dapat dari aktivitas ini belum terlihat. Atau mungkin di luar sana terjadi peristiwa penting yang terjadi gara-gara acara ini. Entahlah. Takdir itu aneh. Namun menurutku sementara ini, acara tersebut gak terlalu penting. Mujix Akhirnya sampai rumah lagi. Setelah ini istirahat. Lalu mulai berusah...

Mobil Yang Berhenti

Mobil itu berhenti di tengah jalan agak menanjak. Dari mana aku tahu? Ada sebongkah batu mengganjal roda-rodanya.  Entah apa yang membuatnya tak bergerak sedikitpun. Mungkin ban yang bocor. Mungkin kehabisan bensin. Atau mungkin sopirnya sedang tidur di dalam dan malas untuk mengemudikannya. Yang manapun intinya mobil tersebut itu masih berhenti di tengah jalan. Bagi orang yang melaju, melihat orang yang berhenti sangatlah aneh. Begitu juga sebaliknya. Atau mungkin juga tidak. Siapa yang tahu. Apa yang harus dilakukan agar mobil itu bisa berjalan? Jika ban bocor, tentu saja harus ditambal. Atau ganti ban. Biasanya mobil kan punya ban cadangan. Kalo ndak ada ya harus ditambal. Jadi, solusi untuk ban yang bocor tentu saja bukan memberikan bensin. Atau membetulkan posisi spion. Cebong mana paham!? Mujix Sedang capek Simo, 23 Juli 2019

Iklan FB

Jadi kemarin di lini masa FB muncul iklan tokai palsu yang dijual di Buka Palak, walaupun palsu, benda tersebut mirip banget dengan aslinya. Asem! Kan aku jijik dong. Langsung deh aku report postingan itu. Klik ini, klik itu, trus ampe selesai. Dan eng ing eng. Iklan itu beberapa hari ini sudah hilang. Berganti dengan promo aplikasi/ situs streaming film kartun!! Yang setiap postingannya berisi potongan video lucu dari serial kartun Tom & Jerry, atau Bugs Bunny, dan lain-lain. Sebuah perubahan yang drastis! Aku jadi teringat diskusi dengan Mas Oki, seorang dosen Universitas New York yang aku bikin cinderamatanya saat worksop 'Permodelan 3D dengan Teknologi Photogrametry' di komunitas Ansora, minggu lalu. Beliau bilang jika, semua file yang kita masukkan ke internet, datanya benar-benar dipake sama orang sana. Jadi jika kita pake FB atau medsos, itu enggak benar-benar gratis. Kita menjualnya dengan data, baik itu foto, video ataupun tulisan-tulisan yang terunggah. Dan u...

Buku Favorit

Buku favoritku disobek keponakan, Senja (1,5 thn). Rasanya nyesek! Kecewa! Pesan moralnya adalah jangan meletakkan benda (favoritmu) di sembarang tempat! Epadahal gak sembarang amat juga sih. Di lantai karpet di kamar gambar gitu. Cuman kali itu aku sedang mlipir ke dapur buat bikin kopi. Nah pas aku mengaduk kopi sambil bernyanyi tralala trilili, sang tuyul cilik yang sangat fasih mengucapkan kata 'bebek' itu masuk ke kamar. Beliau membawa buku itu ke ruang tamu. Di-smack down-lah benda itu sampai berkeping-keping. Hatiku langsung, mak prempeeeeng. Padahal satu jam lalu kondisinya masih mulus dan kinyis-kinyis. Trus ngeliat keadaan buku sampulnya sobek-sobek itu sangat membuatku 'nggrantes'. Rasanya seperti patah hati secara tiba-tiba. Sebuah keadaan di mana aku tidak bisa membuat 'orang lain yang aku cinta' untuk mencintaiku. Langsung muter lagu Cidro-nya Lord Didi Kempot. Trus, seperti biasa, seperti manusia umumnya yang sedang kesal, aku berkeluh kesah ...

Tidak ada rindu

Terakhir aku rindu padamu, mungkin beberapa tahun yang lalu. Selalu aku kirimi pesan singkat. Tidak pernah kau balas, namun aku yakin sudah kau baca. Berpuluh rindu sudah berlalu, dan masih tak ada balasan darimu. Lalu di suatu hari nan dramatis, sisa rinduku hampir habis. Dengan kekuatan tekad terakhir ku kirimkan pesan singkat yang berbunyi: "Hei, apa kabar? Sibuk apa nih?" Saat mengetik tombol 'send', kuselipkan sebuah tekad tersirat. Sebuah pernyataan jika kau tidak membalas pesanku kali ini, maka tak ada rindu lagi yang akan kusisakan untukmu. Dan tentu saja. Tidak ada balasan. Sejak saat itu aku memutuskan untuk melebur rasa rinduku padamu dengan segala logika di kepalaku. Tidak ada lagi rasa rindu. Terakhir aku rindu padamu, mungkin beberapa tahun yang lalu. Mujix Kepalaku pusing. Sepertinya gara-gara hidupku yang di luar kontrol. Simo, 5 Juli 2019

11.28 AM

Aku pusing. Semua urusanku berantakan entah sejak kapan. Kata Alm. Mbak Tesa, hidup itu harus happy, gak boleh dibuat pusing. Tapi jika berkaca dari peristiwa-peristiwa belakangan ini, anjuran tersebut agak susah dilaksanakan. Sedih, menyalahkan diri sendiri, dan (mungkin) depresi adalah teman baikku sejak kecil. Jadi, masih bisa hidup sampai detik ini, bagiku adalah keajaiban. Sekarang aku berada di titik terendah.Aku merasa semua usahaku udah cukup maksimal.Tapi, Ya sudahlah, hal semacam ini sudah aku anggap sebagai rutinitas. Dan seperti biasanya, suka atau enggak suka, aku harus membereskan ini satu per satu. Entah darimana. Wish me luck Mujix Gusti, Kesel bats ki aku. Tak leren dilut ya. Simo, 28 Juni 2019

11.03 PM

Aku teronggok di kursi malas. Baru saja membunuh semut yang menggigit lenganku. Mataku rasanya berat. Lelah dan mengantuk menjadi satu. Di luar terdengar jangkrik bersuara lirih. Malam. Memang sudah sangat malam. Beberapa saat yang lalu pekerjaan yang sangat memuakkan itu baru saja selesai diwarnai. Untuk pertama kalinya aku mulai mendefinisikan kata 'berusaha'. Selamat malam. Selamat beristirahat. Besok pagi kita jemput lagi mimpi-mimpi yang belum terwujud hari ini. Mujix Tresno, dek kui ono ning dodo. Ora iso disawang nganggo moto. Simo, 26 Juni 2019

The Godfather of Broken Heart

"Yon, koe kan wis SMP. Sunat yo?" Bapak sore itu tiba-tiba mengucapkan pertanyaan yang mengguncang jiwaku. "Eto...." kata-kataku tertahan di tenggorokan. Sunat! Kacuk dipotong! Jari kena pisau dikit aja berdarah, itu malah dipotong! Konon kalau kacuknya agak ALOT, bakal dipotong pakai gunting tanaman! Momok-momok menakutkan itu aku dengar di masa-masa pra sunat! Rasa cemas itu relatif. Di kala para ekonom sedang mengkhawatirkan pasar global yang kian tak terprediksi, aku masih bingung ngurusin kacuk yang mau dipotong. Mana yang lebih gawat dari keduanya? Keduanya sama-sama gawat! Sunat adalah prosesi kedewasaan anak laki-laki yang harus aku hadapi. Takutnya minta ampun. Horror, pokoknya! Jika memang 'benda tersebut' harus dipotong, maka aku harus mendapatkan harga yang pantas! Imbalan yang sepadan! Baiklah, benda apa yang kira-kira layak? Aku yang saat itu berusia 12 tahun lalu berpikir keras bagai filusuf. Anak-anak lain saat sunat minta mainan. An...

Mimpi Tadi Malam

Dalam satu mimpi aku ketemu simbah, dek'e, lan teman-teman komikus senior. Terbangun dengan rasa bahagia ampe pengen nangis. Alam bawah sadarku ternyata benar-benar baik. Terimakasih. FYI: Simbah baru berpulang dua bulan yang lalu, dek'e cinta pertama sing wis lungo lan koyone gak mungkin tak gondeli terus, dan komikus-komikus senior itu sekarang terpisah ke dunianya masing-masing di Jakarta. Well, it's explain many thing. Simbah: beliau kelihatan gemuk. Ia bertanya banyak hal pendapat orang di dunia nyata. Aku bilang ia meninggal dengan sangat baik. Ia tersenyum lebar, tanpa gigi palsu. Aku lalu memeluknya dari belakang  melihat punggungnya sambil bilang 'Mbah, kangen!'. Dek'e: ketemu dek'e gara-gara bis dibajak oknum. Aku harus turun di jalan dan berpapasan dengan dek'e. Lalu dek'e mengajakku ke rumahnya. Sampai di sana aku diledek sama keluarganya ampe salting. 'Ciee, sing nge-date, ciyee!!' Godanya dengan sumringah. Aku happy banget....

07.06.2019

Rasa lelah ini begitu nyata Bisa kubungkus untuk menutupi dunia Hingga ujung semesta nun jauh di sana Tempat di mana cinta berada Mujix Simo, 7 Juni 2019

Nomer WA

Setahun yang lalu aku nongkrong di Gapura Kapal ISI Solo dengan adik-adik tingkat jaman kuliah. Kami tak sengaja bertemu. Tentu saja laki-laki. Byuh. Di tengah-tengah obrolon, tiba-tiba salah satu adik tingkat jaman kuliahku itu disamperin cewek. Sepertinya teman satu angkatan. Mereka bertegur sapa dan berbicara dengan ceria. 'Mbaknya manis' batinku. Selepas mbak manis pergi, aku mengintrograsi juniorku itu dengan pelan dan sangat tersirat. "Wah temanmu ya!?" Ucapku. "Halah, Mas! Rasah basa-basi!" Sanggahnya. Aku terperanjat kaget. "Nih, namanya si anu, ini nomer WA-nya!" Katanya penuh tawa sambil mengeluarkan ponsel pintar. Para juniorku langsung terkekeh. Aku tersipu malu. Dalam hitungan kecepatan cahaya, nomer kontak mbak manis itu sudah berpindah ke HP-ku. Ya, hanya berpindah. Tak pernah aku kontak satu kalipun hingga hari ini. Beberapa orang diberikan kesempatan, beberapa orang yang lain diberikan keberanian. Namun ada juga yang tidak di...

Apa yang ditunggu?

Puasa di bulan Ramandhan tinggal hitungan jari. Lebaran beranjak sebentar lagi. Tak ada lagi kerepotan mengurus tiket untuk mudik. Semua orang di rumah sekarang, kecuali Simbah. Beliau telah berpulang beberapa pekan yang lalu. Jadi, ini adalah cerita hari-hari menjelang Lebaran dengan semua kebingunganku. Beberapa hari ini terbesit satu pertanyaan. Apa yang ditunggu? Sepanjang hari di waktu-waktu ini semuanya berjalan lurus begitu saja. Masa tak mau menunggu. Sudah 40 hari sejak saat itu. Suka atau tidak suka, usia manusia akan berakhir di ujung yang sama. Yaitu meninggal dunia. Namun bukan itu yang ingin diperbincangkan. Lebih ke esensi rasa menunggu yang akhir-akhir ini mulai kehilangan arti. Usia tak muda lagi. Banyak hal yang belum berubah. Masih di tempat yang sepertinya sama. Apa yang ditunggu? Jodoh yang tak kunjung bertemu? Kekayaan yang masih semu? Umur yang kian bertambah tanpa punya rasa malu? Atau kematian yang pasti datang cepat atau lambat menghampirimu? Sayup-sayup...

Umur 23

Malam itu aku berdiri di sebuah gerbang berwarna hijau kehitam-hitaman yang tersembunyi di rimbunnya pohon mangga. Dua orang perempuan yang menemaniku saat itu tersenyum penuh arti. Langit biru diselimuti bintang menghampar bagai permadani. Ia menaungi diriku yang agaknya sedang meyakini bahwa gerbang tersebut adalah pintu untuk pulang ke rumah. Kedua tanganku segera mendorong kenop gerbang aneh tersebut. "Krieeeeeetttt" suara gerbang mendecit memekakkan telinga. Ada seberkas cahaya terang terpapar dari isi ruangan dalam gerbang. Mataku sedikit menyipit menahan silaunya. Hidungku mencium aroma wangi nan menentramkan hati. Tak perlu menunggu daun mangga itu jatuh ke bumi untuk kesekian kali, aku bergegas memasuki ruangan mistis tersebut dengan segenap ketidaktahuanku akan apapun. Di depan bagian dalam pintu tersebut ternyata ada sebuah ruangan sempit dengan banyak anak tangga yang tersusun rapi menuju ke bawah. Aku memandangi ruangan itu dengan stakjub. Keren sekali ruanga...

Umur 30

Umur yang melelahkan. Umur yang memuakkan. Setengah tahun ini aku terus mendamprat usia yang berangka 30 ini, sebuah usia yang kujalani dengan sangat angin-anginan. Di usia ini semua titik stress menggumpal. Setiap hari aku berjuang untuk selalu menjaga kewarasan. Aku manghadapi usia 30 ini sambil terus bekerja (yang uangnya hampir semuanya dipakai untuk urusan orang lain. Itu menyesakkan), mencari cinta (yang sialnya orang tersebut berbeda keyakinan), dan mencari jati diri. Hingga suatu hari di titik terbawah, aku merasa muak. Aku merasa lelah. Baterai kebahagiaanku udah hampir habis. Perlu dicharger. Ah sial. Dan saat semua hal tersebut sudah mau meledak, aku akan menenggelamkan diri dalam pekerjaan, atau berpergian ke suatu tempat dengan sangat random, atau tidur dan bangun hingga siang. Namun, it's oke! Aku menerima semua hal tersebut dengan hati dongkol. Yah, walau hati dongkol, aku melalui hari-hariku dengan cukup bersemangat dan sikap bodo amat. Gak punya duit banyak! Bod...

Mbah Rembyung

"Allah, Mbah! Nyebut Gusti Allah, Mbah!!" Ucapku di siang itu sambil menahan batin yang terguncang melihat simbah menahan sakit. "Aduuuh hiyuuung!! Iki opo leeeh!!!" Simbahku mengerang sembari memegang perutnya. Matahari di luar bersinar terik. Ia menerobos kamar simbahku melalui genteng kaca. Suasana sangat mencekam. Aku, Mas Joko, Mamak dan tanteku berjubel di kamar tersebut untuk menenangkan Simbah yang terus berteriak kesakitan. Aku membatin dengan lirih, mungkin sebentar lagi 'hal tersebut' akan terjadi. Aku mendekatkan wajah ke telinga simbahku dan berkata perlahan. "Mbah, nyebut Allah Mbah!! Kan njenengan sholat terus ket ndisik! Mestine iso to!!?" Simbahku mengangguk pelan, hatiku semakin tercekat. Entah kenapa semua orang di kamar ini mengetahui jika simbahku tengah menjalani sebuah ritual suci yang pasti dialami setiap manusia. Ya, ritual suci nan sakral dan dramatis itu bernama kematian. Prosesi yang sering disebut dengan sakratul m...

Prosa Putus Asa

Malam ini berisik Terpelanting ke sana ke mari Maksud diri membenahi hati Malah berceceran di tiap jejak kaki Menuju ke tempatmu Perlahan tapi pasti sambil menahan rindu Yang semakin tak tahu malu Menerobos hingga ke ujung kuku Semua orang berjuang seakan perang Bertarung hingga lepas pedang Membantai hari dengan sangat garang Dari pagi hingga siang, Dari sore hingga petang Malam ini berisik Terpelanting ke sana ke mari Maksud diri membenahi hati Malah berceceran di tiap jejak kaki Mujix Nothing to lose itu dimulai dari niat tulus. Karang, 8 Mei 2019

Kamu

Malam ini kamu datang ke mimpiku. Sekejap saja kurasa. Yang teringat hanya senyum dan keberadaanmu. Selain itu terlupa saja dilindas alam bawah sadar. Aku bersyukur dengan hadirnya kamu malam ini. Entah bagaimana menjelaskannya, namun aku merasa sedikit tersembuhkan dan menjadi pribadi yang lebih baik dari hari kemarin. Hari kemarin dimana kenyataan menghantamku berulang kali. Berulang kali hingga aku melupakan keberadaanmu. Mujix Sedikit penyesalan, banyak kebahagiaan. Tak perlu ditanyakan lagi kan!? Mujix, Simo 9 April 2019

Orang Lain

Melihat orang lain selalu lebih menyenangkan. Sepertinya mereka semua berjalan lurus sesuai alur. Terus melaju, menemukan sesuatu, saat kelelahan tiba-tiba saja ada yang mendorongnya. Semuanya sudah ada yang mengatur. Semuanya. Kecuali dirimu sendiri. Dan lucunya, saat permasalahan ini kamu tanyakan ke orang lain, maka ia akan menjawab bahwa hidupnya juga tak lancar-lancar amat. Dan tiba-tiba saja orang lain tersebut ternyata memiliki problem besar, bahkan lebih besar, daripada yang kamu hadapi. Menurutnya. Orang lain selalu benar. Diri sendiri selalu salah. Saat diri sendiri ini sedang belajar untuk menjadi benar, orang lain menghantammu lagi dengan semua kebenaranmu yang teryata salah di mata mereka. Apakah akan seperti itu terus? Sampai kapan? Mujix Lalu bagaimana? Karang, 11 Mei 2019

Rumah Sakit

Rumah sakit adalah tempat dimana tabung infus tergantung. Ia mengalirkan cairan ke dalam tubuh yang tengah kurang sehat melalui selang berwarna putih. Tetes demi tetes yang jatuh dari tabung menuju selang bagai detik jam nyawa bagi penggunanya, bagiku yang hanya dapat menyaksikan sebagai penjenguk juga seperti itu. Seperti cemas yang mengalir bagai sendu sedan. Rumah sakit adalah tempat dimana Tuhan banyak disenandungkan penghuninya. Simbahku selalu menyebut 'Gusti' saat perutnya meradang dikarenakan sakit kangker usus besarnya. Aku ingat, nama 'Allah' juga terselip diantara tangisan pasien di ruangan sebelah, saat ibu mereka terpaksa meregang nyawa karena tak bertakdir baik dengan rumah sakit ini. Mujix Terimakasih hidup untuk ilmu yang kau ajarkan hari ini, aku siap menghadapi hari esok dengan penuh antusias Simo, 31 Maret 2019

Soal Pencapaian Berkarya

Siang itu aku sedang berbincang dengan seorang teman kuliah, sebut saja Agung dan satu teman baru. Usai perkenalan obrolan meluncur hangat dan melompat ke sana ke mari, lalu tiba-tiba Agung menyinggung soal karyaku yang kemarin dipamerkan di London. Aku hanya menjawab seperlunya. Toh bagiku, pameran diberbagai tempat adalah sebuah keniscayaan saat aku memiliki karya. And then, Belum sempat obrolan tersebut selesai, teman baruku ini sekonyong-konyong bertanya dengan antusias. "Wah, karyane tekan London nggenah entuk duit akeh nuh, Mas!?" Aku tertegun. Pikiranku bergejolak seakan mau muntah karena ingin segera 'menghajarnya' dengan semua penjelasanku soal pencapaian berkarya, pentingnya berproses dan uang bukan segalanya (tapi sangat penting, everybody knows). Sebelum meledak, aku mencoba mengatur napas. Tenang, Jix, tenang. Mindfullnes Budhist ala Ajahn Brahm yang aku pelajari ternyata cukup berguna di saat-saat seperti ini. Beliau bertanya soal uang. Dan aku secar...

Adzan adalah Penanda Waktu

Adzan adalah penanda waktu. Penanda bahwa hidup masih dipelukmu. Mungkin suara adzan terdengar pilu. Namun tak sepilu tangisanmu saat menahan kelu. Teruslah bernafas dalam sendu. Percayalah bahwa semua ini akan berlalu. Mujix Sedang menunggu nenek yang sakit Simo, 30 Maret 2019

Semuanya Berjuang

Semuanya berjuang. Semuanya berusaha semampunya menjalani hari ini. Aku juga, mas-mas penjual es buah yang kulihat dari balik jendela bis itu juga tak mau kalah. Tak ketinggalan simbahku yang saat ini sakit. Beliau berjuang sebisanya untuk sembuh, walau harus menangis dan mengeluh menahan sakit. Kata orang bijak, hasil dari sebuah perjuangan selalu sesuai. Tak lebih, tak kurang. Banyak yang bilang itu hukum karma. Apa yang kamu unduh adalah apa yang dulu kamu tanam. Baik dan buruk. Aku menulis ini untuk menyemangati diri sendiri yang mulai sedikit kelelahan berjuang. Semoga apa yang semua orang perjuangkan memberikan hasil yang terbaik. Terbaik di mataku, terbaik di hidup kamu, terbaik di dunianya, dan terbaik di hadapan semesta. Amin. Mujix Fighting people who lose his control because life sometimes not fair. Simo, 29 Maret 2019.

Simbah Sedang Sakit

Simbah sedang sakit. Sakit yang teramat sangat. Darimana aku tahu? Dari erangan beliau yang bergema setiap saat. Nada dan suara dari simbah selalu membuat hatiku tercekat. Penderitaan, aku sebagai manusia, memandang semua hal yang beliau alami adalah penderitaan. Ujian, penebusan dosa, pemurnian, penghapusan karma buruk, pendapat lainku jika aku seorang penganut agama. Apapun itu. Rasa sakit yang diderita simbahku sangat nyata. Beliau sakit, aku dan keluargaku juga ikut sakit. Yang bisa dilakukan saat ini adalah berdoa dan ikut merawat simbah. Berdoa agar segera sembuh. Amin Mujix Sedang bingung Simo, 28 Maret 2019

Waktu Yang Sempurna

Saat itu pagi jam setengah delapan, sudah banyak pembeli berlalu lalang di warung kami. Aku sudah bangun dan tengah menyeduh teh hangat di dapur depan pintu. Sekedar kalian tahu, Teh hangat itu aku bawa dari 'Jawa', kalau kata orang Bogor. Dua merk teh tubruk aku campurkan menjadi satu agar mendapat citarasa kampung halaman yang kadang merasa butuh untuk dirindukan. Mataku memandang ke sekeliling. Mamak tengah melayani pembeli yang butuh daun bawang, sawi, bayam, cabe atau apapun. Sesekali terdengar tawa renyah dari mereka. Bapakku tak tampak, jam segini ia biasanya lari-larian di taman belakang kampung. Aku juga terkadang lari-larian, atau bahasa gaulnya 'jogging', namun itu akan terjadi jika waktu sudah beranjak ke sore hari. Teh hangat sudah terseduh, uap hangat dari gelas tersebut menyentuh tanganku yang kedinginan karena habis mandi. Mandi di pagi hari itu bagus untuk kamu yang 'ngantukan'. Mandi di pagi hari bagus untuk kamu yang ingin menikmati sedapnya...

Tukang Tahu Asongan

Siang hari ini sangat panas. Debu dan asap mengepul memaksa masuk ke paru-paru setiap manusia. Rasanya sangat memuakkan, para ahli bilang, hal seperti ini yang sering mereka istilahkan sebagai 'radikal bebas' yang katanya bisa merusak kesehatan. Namun bukan hal se-ilmiah itu, yang ia,  sang penjual asongan pikirkan, belum (dan mungkin) gak akan sampai hadir di benaknya. Perasaan muak tersebut muncul karena harus ada uang yang ia cari, namun sialnya, kenyataan tak memberi ruang diri. Semua orang butuh uang, Thomas Alfa Edison pun tahu hal semacam itu. Namun satu hal yang mungkin belum diketahui Thomas Alfa Edison, sang penjual asongan itu sedang sangat lelah baik secara fisik maupun batin untuk mencari uang. Beberapa kali bis besar datang. Semuanya ia biarkan hilang. Rasa pengap kabut asap kendaraan bercengkrama akrab dengan tahu kempong, kacang goreng, arem-arem, dan keripik usus yang baru laku beberapa biji. Melihat benda-benda itu masih bertumpuk di pundak, benar-benar mem...

Berita Gembira

Ingin mengabarkan berita gembira, jadi komik buatanku ini sudah berkelana ke beberapa negara sejak beberapa tahun yang lalu. Dan tahun ini, komik tersebut akan berpameran di London Book Fair. Salah satu rahasia kecil dari komik 'Proposal Untuk Presiden' ialah, karya ini aku buat dengan menggunakan ilmu yang aku dapat dari prodi TV dan Film ISI Solo. Mata kuliah 'Penulisan naskah', 'Penyutradaraan', 'Dramaturgi', 'produksi film fiksi' dan ilmu-ilmu lain yang selama ini aku pelajari saat kuliah ternyata sangat membantu dalam bertutur di media komik. Terimakasih atas pengetahuan yang berlimpah, kampus Prodi TV dan Film ISI Solo. Di karyaku selanjutnya, aku akan menggunakan lokasi dan setting kampus tersayangku ini sebagai penghormatan. Jadi tolong jangan tersinggung ya, jika suatu saat beberapa orang dari grup ini muncul sebagai karakter di komikku yang baru. Salam hangat. Mujix Tuhan, tolong lindungi aku dari perbincangan dan obrolan menjebak...

Dunia yang jauh

Dunia yang jauh Sesuatu yang tak tercapai Seperti uap embun Yang hilang di siang hari Rasa penat saat itu Masih ada hingga kini Tak tahu malu Membuatku mati Mujix Terus bergejolak Simo, 2 Maret 2019

Menata Sayur

Banyak hal terjadi akhir-akhir ini. Serentetan peristiwa sambung menyambung melemparkan aku dari Bogor ke Boyolali, dari Boyolali ke Bogor. Sudah satu bulan aku berada di Bogor  lagi untuk membantu mamak berjualan. Setiap hari aku harus bangun jam 3 pagi untuk membukakan pintu gerbang untuk Mang Ending yang mengantarkan mamak ke Pasar Bogor. Saat Mamak ke pasar, biasanya aku tidur lagi. Lumayanlah waktu 45 menit untuk mengistirahatkan jiwa dan raga. Kok hanya 45 menit? Soalnya durasi waktu tersebut adalah durasi waktu dimana mamak berbelanja di Pasar Bogor. Saat itu setiap jamnya sangat berarti. Gimana enggak, kegiatanku kala itu sangat banyak. Beberapa kegiatan tambahan tersebut ialah memberi makan burung bapak yang jumlahnya sekitar 20an. Mencuci perkakas dan beras. Bantuin nggoreng tempe, tahu, bakwan,  dan pisang. Dan lain-lain. Setelah 45 menit yang berharga tersebut, aku (terpaksa) bangun lagi (karena jendela digedor agar bukain pintu) untuk menata sayuran yang baru ...

Gimana Kalau

Gimana kalau komik 'Proposal Untuk Presiden' aku unggah secara gratis di dunia maya, ekslusif full color dan tayang rutin berkala di www.mujixmujix.com? Kok digratisin sih, Mas Mujix? Well, buku komik ini secara copyright sudah balik lagi ke tanganku. Dan secara materi dan non materi, komik ini sudah memberikanku banyak hal. Membelikanku komputer serta uang buat jajan. Memberikanku pengalaman bahagia saat ngeliat 'komik buatan sendiri' nangkring di toko buku nasional. Makin terkenal gara-gara masuk koran  lokal. Pameran di dalam di luar negeri. Hingga Membuatku punya kolega dan teman baru. Lalu bla... bla... bla... Nah, lalu sekarang aku akan tawarkan kepada kalian. Apakah kalian ingin komik 'Proposal Untuk Presiden' tayang GRATIS!? Sebagai 'kado' buat Pak Presiden kita yang akan terpilih tahun ini!? Sebagai 'hadiah' buat kalian yang telah berhasil menjaga pikiran tetap tenang dan waras di tahun penuh gejolak ini!? Kalian mau? Coba deh li...

Halo, Mbak Thesa!

Beberapa tahun yang lalu dari hari ini. “Je! Em-Je!” Teriak seorang perempuan mungil agak cempreng. Suara penuh kehangatan itu asalnya dari seseorang di depan gedung Toko Buku Gramedia Slamet Riyadi. Waktu belum beranjak terlalu malam, saat itu kurasa habis adzan Isya. “Halo, Mbak Thesa!” Aku berseru dengan antusias. Dalam beberapa langkah aku sudah sampai di depan Mbak Thesa, seorang seniorku di jurusan Prodi TV dan Film kampus ISI Solo. Beberapa orang memang memanggilku ‘MJ’ (dibaca Em-Je. Enggak pake Es-Te. Apalagi 12) inisial dari ‘Mujix’. Insiden panggilan MJ itu terjadi gara-gara saat makrab aku 'sok asik' mengenalkan diri dengan nama tersebut. Kami bertemu dalam rangka COD buku komik ‘Proposal Untuk Presiden’. Mbak Thesa saat itu datang bersama temannya. Aku menyalaminya satu persatu sambil bertanya kabar. Kami memang sudah jarang bertemu sejak lulus kuliah. Kehebohan kami saat ngobrol ternyata memantik rasa penasar...