Sepakbola
Halo, apa kabar buat para stalker maupun buat yang iseng-iseng gak sengaja main ke blog ini. ehem, kabarku sedang gawat, Keadaanku sama kritisnya dengan Tim Yamagata di komik Giant
Killing Volume 20. Komik Jepang bertema Sport
karya penulis Masaya Tsunamoto dan penggambar Tsujitomo ini telah menjadi
pemenang Kodansha Manga Award ke 34, dan
telah memenangkan hatiku sebagai komik jepang bertema sepakbola paling favorit
(setelah Lost Man). Di volume 20 ini, Masaya Tsunamoto dan Tsujitomo mengangkat
cerita pertandingan Tim Yamagata melawan Tim East Tokyo United yang sangat
sengit. Pertarungan
tim sepak bola di Liga Jepang ini
mempertaruhkan stamina
dan pikiran. Permainan adu otot dan
otak bertebaran menghiasi banyak panel di berbagai
halaman. Komik ini memang benar-benar untuk cowok dan maniak bola.
Ah… Cowok memang
identik dengan sepakbola, bukan? Bahkan dulu sempat ada idiom seseorang cowok yang gak suka sepakbola bukanlah anak
cowok, Yang
terkena imbas dari idiom laknat itu adalah aku. Di jaman SD saat teman-teman bermain playstation Winning Eleven, aku malah
sibuk bermain game Dragonball GT. Saat SMP
aku juga hanya ditempatkan sebagai pemain cadangan jika jam olahraga dan
materinya sepakbola. Kalo gak cadangan biasanya ikutan bola kasti sama
anak-anak cewek. Ah, benar-benar masa yang indah. Aku memang gak pernah bisa
suka bola. Kecuali bola matanya Melody
JKT 48. Eaaa. Keadaanku minggu-minggu ini memang sangat sibuk seperti pertandingan
sepakbola di menit-menit terakhir. Beneran. Sibuknya minta ampun. Aku kayak
bola yang ditendang kesana kemari sama alam semesta. Sedetik lalu masih di Solo
nempel celana jeans di koper buat
pameran,
kemudian terpelanting sejauh 25 KM di daerah Simo buat ngelarin presentasi ujian
Kerja Profesi sedetik kemudian mental sampai Jogja buat display koper untuk Festival Komik Fotocopy-nya Daging Tumbuh
Award.
Badanku yang
cuman satu dan kurus kering ini dioper kesana-kemari dan ditendang ke gawang.
Ada yang Gol dan ada juga yang meleset ke pinggir lapangan. Selain urusan Koper
dan Kerja Profesi, masih ada persoalan lay
out kompilasi Komisi #5, atur skripsi bab 2, pergi kondangan, bikin komik
sampel buat Pak Tofik dan Mas Fachmy, serta bonus hal-hal sepele semacam
balikin komik ke Quantum. Huft. Capek banget. Disaat seperti ini nih biasanya
aku kepengen bisa ilmunya Naruto.
Yaaah. Itu tuuh Kagebushin
No Jutsu. Jurus dimana kita bisa meng-copy-paste
tubuh menjadi seribu. Pokoknya agendaku kacau deh, Sama kacaunya dengan
perseteruan adu otak antara Sakura dan Takeshi Tatsumi di komik Giant Killing
Volume 20.
Pertandingan Tim
Yamagata dan Tim East Tokyo United adalah sebuah pertandingan besar yang
melibatkan dua pelatih hebat dengan latar belakang kehidupan yang berbeda.
Pelatih Tim Yamagata bernama Sakura, seorang pelatih yang mendapatkan posisi
tersebut dari kerja sambilan. Perannya diawali dari posisi terendah di suatu
klub, serta dengan bekal tidak memiliki pengalaman sebagai pemain. Pelatih Tim Yamagata
adalah pemikir sejati, walau payah sebagai pemain namun dia memiliki kekuatan
konsentrasi menganalisa pertandingan sepakbola dari berbagai kejuaraan.
Berbekal kejeniusannya dalam mengamati, Sakura bersama timnya berusaha untuk
mengalahkan lawannya yang juga adalah tokoh utama dalam komik ini. Beberapa
minggu ini juga banyak ‘pertandingan besar’ yang harus aku menangkan, atau
setidaknya aku selesaikan.
Peristiwa-peristiwa
itu terjadi satu persatu dan merongrong buku agendaku dengan sangat brutal.
Misalnya peristiwa diundangnya Komisi Solo dalam ajang Festival Komik
Fotocopy-nya Daging Tumbuh Award. Hari-hari menjelang festival berlangsung
sangat mengerikan. Ada saat dimana aku pusing memikirkan bagaimana caranya agar
koper yang menjadi materi pameran itu bisa terdesain dengan keren. Aku tahu iklim berkesenian jogja memang absurd,
gak absurd gimana coba, masa mau pameran komik malah dikirimin koper. Anehnya
Format materi pameran itu membuatku gak bisa tidur
semaleman. Itu kayak orang haus terus dikasih roti tawar.
Keseleg bego!!
Pertandingan lainnya adalah ujian Kerja
Profesi, iya mata kuliah yang naudjubileh minjalik
ituh. Ujian itu terlaksana Setelah mengalami beberapa
adegan semacam revisi laporan beberapa kali, nyariin dosen yang kadang hilang
entah dimana rimbanya, galau cari buku referensi hingga bingung nyari almamater
pinjeman kesana kemari. Semua konflik awesome diatas benar-benar
sudah tertata dengan rapi oleh Sang Pembuat Takdir. Aku nyampe heran sendiri.
Kok bisa ya serapi itu. Kurasa terselesaikannya Peristiwa-peristiwa besar itu
tak lepas dari berkumpulnya orang-orang ‘terpilih’. Terpilih dan memiliki
keterikatan dengan takdir yang kuat sama seperti terpilihnya pelatih Tim East Tokyo United saat hampir bangkrut.
Manajer itu bernama
Takeshi Tatsumi adalah mantan pemain muda berbakat yang ‘diculik’ dari luar
negeri untuk memperbaiki Tim East Tokyo United. Bekas timnya dulu yang mulai
kacau balau dengan prestasi yang terus merosot. Takeshi Tatsumi yang serampangan
dan ogah-ogahan ini akhirnya mau mengelola Tim yang payah tersebut dengan
syarat ‘ikuti aturanku dan jangan protes’. Ternyata syarat dari Takeshi tersebut
sangat aneh dan tidak wajar untuk sebuah tim sepakbola di manapun. syarat
‘ikuti aturanku dan jangan protes’ membuat Tim East Tokyo United kelabakan dan
makin berkonflik. Yah, sepertinya semua orang
berpikiran Tim ini bakal tamat dan turun hingga devisi paling rendah. Yah,
semua orang. Kecuali Takeshi Tatsumi.
Ahem, ternyata
bukan hanya Takeshi saja yang menerapkan aturan syarat ‘ikuti aturanku dan
jangan protes’. Tuhanku akhir-akhir ini juga gitu. Suka ngasih ketentuan yang
benar-benar gak bisa diprotes dan hanya bisa dijalani. Kalian nanya seperti
apa? Misalnya seperti ini nih. Hujan datang tiba-tiba datang Ketika aku sudah prepare semua hal untuk mendisplay
pameran di Jogja. Aku masih di Simo. Terpaksa nganggur sampai agak sore. Tentu
saja Bis Sudah habis. Masih hujan deras, Aku kemudian nekat pergi ke perbatasan
desa hanya untuk mendapatkan tumpangan. Sesegera mungkin agar aku bisa ke Stasiun Balapan Solo
kemudian berpindah kereta dan langsung ke TBY.
Namun hujan
terus saja turun, hingga jam 4 sore, dan tak ada satu bis atau mobilpun yang
sudi memberikan tumpangan. Aku hampir putus asa. Bayanganku untuk bisa
berpameran dalam event Festival Komik Fotocopy-nya Daging Tumbuh Award bakal
gagal total. Namun, aku mencoba untuk tidak terlalu sedih. Hanya sedikit
mengumpat dalam hati. Dan kalian tahu apa yang terjadi? Aturan Tuhan tentang
‘ikuti aturanku dan jangan protes’ itu mengantarkanku bertemu dengan kakak
ponakan yang tiba-tiba berbaik hati mengantarkan ke Simo, kemudian mendapatkan
jadwal bis yang terakhir, kereta kearah jogja yang terakhir, dan
jreng-jreng-jreng takdir mengantarkanku ke sebuah cerita yang lain dan keren.
Sepanjang komik Giant
Killing terbit dari volume 1 sampai 20 hampir tak ditemukan perubahan tema yang
signifikan. Pokoknya hanya bola, pertandingan bola, dan pelatih tim sepak bola.
Sangat melelahkan. Beneran, volume 20 ini juga sangat melalahkan. Kurasa
pertandingan antara Tim Yamagata dan Tim East Tokyo United sudah berjalan 3
volume. Membaca volume yang melelahkan ini seakan-akan menjadi simbol
kehidupanku beberapa minggu ini dalam menghadapi berbagai macam kegiatan yang
‘awesome’ gituh.
Baiklah mari kita mengabsen beberapa kegiatan yang membuatku
berani menganalogikan hidupku dengan kisah komik Giant Killing Volume 20. Hidup
guweh juga gituh. Sepanjang aku hidup dari umur 0 sampai 25 tahun hampir tak
ditemukan perubahan tema yang signifikan. Aku masih menjadi cowok ganteng
berambut keriting. Kayaknya tahun depan perlu rebonding gitu kali ya, biar ada
perubahan tema yang signifikan. Eh omong-omong signifikan itu apa sih? Yah
walaupun keadaanku minggu-minggu ini memang sangat sibuk seperti pertandingan
sepakbola di tahap menit-menit terakhir, tapi aku maklum kok. Walau ditendang
kesana-kemari semuanya terbayarkan pada waktunya. Ada yang gol dan ada
juga yang gagal total.
Salah satu list yang gagal adalah Layout kompilasi komik #5, gara-gara
kabar ujian magang yang mendadak, acara lounching
komik itu terpaksa aku gagalkan. Gak mungkin banget dalam satu hari aku harus
wira-wiri dari Simo ke Jogja kemudian nyangkut bentar ke Solo buat Ujian Kerja
Profesi dan lounching komik. Pengaturan skripsi bab 2 cukup terselesaikan, aku
sudah memberikannya pada pak dosen pembimbing. Enggak tahu bakal dibantai kayak
apa. Mungkin bakal dijadikan rendang ala masakan Padang. Hu’um, yang enyak
ituh. Pfft. Akhir dari acara pergi kondangan juga sangat absurd. Aku segera
ngacir ketika tahu Sanasuke datang di acara itu. Humor banget. Oh iya,
rambutnya Sanasuke sekarang panjang lhoooh. Kok malah jadi ngobrolin Sanasuke
sih?
Lanjut ke topik
selanjutnya. bikin komik sampel buat Pak Tofik berakhir dengan ganteng. Judul
komiknya ‘Bobilicious’ gitu, total ada 4 lembaran. Terserah sampel itu mau
diapain, sempet keliru ngasih judul dengan nama ‘booblicious’ yang apabila
diartikan secara bego adalah ‘buah dada yang enak’ what the frog??!!
Sampel komik
buat Mas Fachmy udah aku pikirin. Tapi belum aku gambar. Itu sama juga bohong
yaaa?! Enggak papa deh, tapi nanti yang jadi tokoh utamanya adalah Popok. Iyah,
yang jadi gebetannya si Mujix dalam komik Lemon Tea itu tuuuh. Iya. Komik yang
gak kelar-kelar dari jaman purba ntuuuuuh.
serta bonus hal-hal sepele semacam balikin komik ke Quantum. Dan
ternyata eh ternyata, list ‘balikin
komik ke Quantum’ gak berakhir dengan sepele. Komik yang aku pinjam kehujanan
dengan sukses. Basah-basah dan hampir hancur. Sempet bingung juga. Setelah dipanasin
di atas Magic Jar dan dijemur di atas
genteng, akhirnya komik itu kering juga. Kering dengan keadaan yang mengenaskan.
Walau terdenda 6.000 Rupiah untungnya pihak rental masih mau menerima komik
tersebut. Yeeeey!!!
Yah, setidaknya
dari peristiwa itu aku belajar untuk tidak menyepelekan sesuatu. Tuh kan, ilmu
dari alam semesta tuh bekerja dengan sangat dinamis dan berkelas. Koper itu
terselesaikan juga berkat bantuan Bang Arum dan Mas Feri. Tengyuuu dude. Kalian yo’i banget. Kegalauan
selama mengdekorasi koper dan pontang-panting nyari kendaraan umum buat nyampe
ke Jogja berakhir dengan kebanggaanku bisa berdiri di acara pembukaan pembukaan
pameran Festival Komik Fotocopy-nya Daging Tumbuh Award. Keren banget. Apalagi
acara itu adalah bagian Biennal yang kata kakakku ‘bergengsi banget’.
Oh iya ujiannya Kerja Profesinya seru banget. aku belajar banyak. Setidaknya aku jadi tahu
jika pengujimu adalah dosen cewek semua maka ujian tersebut akan berlangsung
dengan santai dan penuh humor. Halah.. Aku belajar
banyak tentang materi dan beberapa format presentasi yang keren. Overall semuanya berlangsung dengan
sangat lancar, kecuali balada ruang ujian yang ternyata gak ada fasilitas yang
komplet. Terutama computer. Tengyu juga buat dek Joko Kalila yang udah bantuin guweh dalam ujian
yang awkward itu. Kalo gak ada kamu mungkin
guweh gak akan seganteng ini sekarang. pokoknya ujian Kerja Profesi ini juga
berakhir dengan baik, eh, direvisi dengan sadis itu berakhir dengan baik gak
sih? Aku sih menganggapnya baik.
Karena berbaik sangka tentang sesuatu yang
baik akan berbuah sesuatu yang juga baik. Cieeeh, sesuatu banget yah kutipanku
di akhir paragraph ini.
Nah, sekarang aku cukup pantaskan untuk sekedar
menganalogikan hidupku dengan kisah komik Giant Killing Volume 20. Gak usah
heran, hari-hariku terkadang memang serumit dan sedinamis permainan sepakbola.
Mujix
adzan subuh itu
romantis banget yah
Simo, 22 Desember 2013
<< Beranda