Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

27.11.2016

Duck face. Sempat menjadi sebuah tren di kalangan muda-mudi beberapa tahun yang lalu . Caranya mudah, kamu cukup berfoto dengan me-monyong-kan bibir agar terlihat seperti paruh bebek. Cara berfoto yang konyol,  pikirku saat pertama kali melihat tren tersebut. Dasar bego! Mau-maunya bergaya seperti 'binatang' demi mempertahankan eksistensi diri. Aku enggak akan berfoto dengan gaya parah seperti itu. Berbagai foto duck face sempat hilir mudik di beranda Facebook-ku. Terkadang nongol di postingan paling atas, iya yang suka mepet 'kolom untuk membuat status' itu. Melihat banyak penampakan 'foto muka bebek' itu akhirnya menjadi rutinitas saat berselancar di jejaring sosial. Kalau yang berfoto cewek yang  wajahnya ' wagu', biasanya aku hanya terkekeh sambil membatin ' ora patut! Nyemplung laut wae!'. Kalau yang berfoto cewek lumayan bohay, paling mendengus sambil membatin ' hmmm, lumayan'. Nah, kalau yang berfoto duck face itu seorang cowok,...

Kang Tibi

Di desaku ada orang gila. Orang-orang memanggilnya Kang Tibi. Nama tersebut sering 'dicatut' oleh ibu-ibu di lingkunganku untuk menakut-nakuti anak-anaknya yang nakal. Aku sebenarnya iba terhadap Kang Tibi, sudah gila dijadikan momok pula. Kasihan juga anak-anak di lingkunganku itu, tanpa tahu Kang Tibi itu 'apa' atau 'siapa',  tiba-tiba ibunya menciptakan sosok seseorang yang harus ia takuti. Ibu dari anak-anak yang berada di lingkunganku itu juga lebih kasihan. Entah karena sudah hilang rasa, hilang logika, atau memang sudah kebelet pengen boker , hingga mereka dengan entengnya mencatut harkat martabat seseorang untuk dijadikan pelampiasan. Tapi sebenarnya ada yang lebih patut dikasihani daripada Kang Tibi, anak-anak itu, atau ibu dari anak-anak di lingkunganku. Memang siapa yang lebih patut dikasihani lagi? Aku. Penulis tulisan ini yang hanya bisa mengeluh mengenai orang gila yang dijadikan momok oleh para ibu untuk anak-anaknya. Jadi, siapa sebenarnya ya...

Anak Kecil

Aku capek. Beneran. Liburan singkat ke Pantai Sadranan Jogja kemarin seakan-akan menjadi titik puncak rasa lelahku. Pantai. Iya pantai. Pantai Sadranan dan teman-temannya adalah pantai terbagus yang pernah aku temui. Pemandangannya komplit. Pantai, laut, bukit, batu karang, hingga langit yang luas semua ada di sana.    Cuman kurang satu. Enggak ada cewek blonde pake bikini. Adanya ibuk-ibuk paruh baya yang menyewakan tempat berteduh (di bawah pohon entah apa namanya, semacam nanas gituh) seharga 20K. Aku dan beberapa teman berangkat dari Solo pukul 08.00 WIB. Kami mengambil rute dari Klaten, Cawas, Semin, lalu ke Wonosari (tolong maafkan kalau aku salah nulis rute atau nama daerahnya) sebelum akhirnya sampai di Pantai Sadranan. Perjalanan menuju lokasi membutuhkan waktu 4 jam. Plus nyasar beberapa kali. Setelah tanya sana-sini sampailah kita di Pantai Sadranan. Silau abis. Itu yang kurasakan pertama kali saat memandang lautan lepas di siang hari. Bau amis dan angin berasa ...

Jarene Pakne Thole

Dadi wong a pik kui angel. Salah sithik iso kepleset dadi wong elek. Ati kui koyo koco. Gampang pecah lan kudu ati-ati nggowone. Urip kui nek iso koyo'o rayap neng tembok kamarku. Mbangun  omah munggah terus sak kuate sak tekane. Nek omah'e dirusak tangane uwong, gaweo omah maneh. O jo nyerah. Nek kowe nyerah, kowe kalah karo rayap. Jeno kalah yo gak popo sih, soale rayap kancane akeh. Lha kowe mung dhewekan. Nek bejo yo paling diewangi karo Gusti Sing Ngecet Lombok. Nek bejo. Nek ora bejo yo urusono dewe, Le! Mujix Ikan Lele-nya ada di termos. Dia taruh di situ biar aku (sama simbah, mungkin) enggak ikutan makan. Sial. Lelucon semacam ini yang harus aku temui sepanjang hari. Simo, 14 November 2016

08.11.2016

Sedang berada di masa sulit, dan ingatanku kembali ke masa saat aku belajar berenang di sebuah sungai pinggiran desa, dan maaf aku lupa nama sungainya. Bagi para orang tua, sungai itu adalah salah satu tempat yang tidak boleh didatangi. Karena orang tuaku berada di Bogor, maka kau tahu sendirilah. Aku pergi ke sungai itu dengan niat ingin berenang, atau lebih tepatnya ingin main air. Tentu saja aku memilih di pinggir sungai yang dangkal. Lepas baju dan sotoy bergaya seolah telah menjadi perenang handal. Secara umum kelompok anak-anak dibagi menjadi dua. Ada yang berenang di pinggiran sungai dan ada yang berenang di tengah sungai. Mereka yang berada di tengah sungai adalah perenang kelas wahid. Selain areanya yang lebih luas, wilayah di tengah sungai memiliki dua batu agak tinggi mirip bukit yang bisa digunakan untuk melompat. Ya, melompat ke tengah udara dan meluncur langsung ke tengah sungai. Terkadang muncul rasa iri karena tidak bisa ikut bergabung untuk meluncur dari dua batu t...

Tangan Kanan.

Aku mengetik tulisan ini dengan tangan kanan, itu adalah sebuah kenyataan yang paling dekat di kehidupanku detik ini. Selain mengetik terkadang aku menyambar gelas berisi teh untuk mengobati rasa haus, dengan tangan kanan, tentu saja. Menggambar komik. Mengendarai motor (pinjaman). Menuntun Gantar menuju ke warung untuk membeli entah apa. Dan aku masih bisa menyebutkan ratusan aktivitas lain yang harus menggunakan tangan kanan. Namun untuk dua menit sebelumnya aku terpaku memandang tangan kanan orang lain. Orang yang tidak sengaja aku temui di wedangan di depan Gramedia Solo. Beberapa hari ini hidupku sangat menyebalkan. Semua sebab sudah aku hapal di luar kepala. Kasih ujian dadakanpun aku berani. Beberapa permasalahan pekerjaan, perasaan dan kondisi tubuh yang kurang bugar akhirnya berhasil 'mengalahkan' aku. Dengan telak! Dan seperti manusia pada umumnya, akhir-akhir ini aku selalu bermuka masam seperti Squitward dan selalu mengeluh seperti Smurf Gerutu. Semuanya tamp...

Roda di Kandang Hamster.

Jika ada yang bilang kalau ' urip kui mung mampir ngombe ', bisa diartikan kalau dia seorang pemabuk. Jika dia tidak mabuk minuman keras, setidaknya dia mabuk keadaan ( mendem kahanan), mabuk wanita ( mendem wedokan), atau setidaknya mabuk cairan printer saat dikejar deadline setor revisi skripsi. Nah. Itu. Aku banget. 'Urip kui mung mampir nggambar!'. Ya, 'menggambar'! Bukan 'minum'! Kata 'minum' memiliki sebuah premis atau motivasi yang jelas, yaitu 'haus'. Satu kata penting yang tidak dituruti maka kematian adalah jawabannya. Padahal, semua manusia hidup di dunia ini berawal dari ketidaktahuan. Yak, mereka datang tiba-tiba tanpa tujuan yang jelas dan diprogram untuk selalu 'haus' akan sesuatu. Mungkin itulah sebabnya pepatah yang beredar selalu memakai kata ' ngombe' ! Bukan 'ngantor', 'ngomong',  apalagi 'nggambar'. Kenapa? Karena menggambar adalah sebuah aktivitas yang sulit. Jangan pernah...

Charger

Akhirnya gak jadi nonton The Mudub. Hujan dari sore itu memporak-porandakan rencanaku hari ini. Kecewa dan sedikit menyesal karena harus mengorbankan waktu dua hari selama di Solo. Harusnya aku di rumah. Harusnya aku bisa menyelesaikan pekerjaan. Harusnya... Harusnya... Aku harus melakukan 'sesuatu' agar kata 'harusnya...' itu tidak muncul terus di kepala yang mulai kelelahan ini. Nah, sesuatu yang kulakukan adalah.... Ke Solo Square menonton Dr.Strange 3D. Filmnya bagus. Visualnya top! Cerita dan alurnya standar. Tapi banyak jokes yang berhasil membuatku tertawa. Perasaanku membaik dengan perlahan. Setidaknya tidak seburuk beberapa jam sebelumnya. Di sepanjang jalan pulang menuju kontrakan aku terus saja berpikir dan mempertanyakan banyak hal. Keadaanku saat ini bagai smartphone yang sedang lowbat. Yah masih bisa beroprasi seperti biasa namun harus menggunakan energi listrik dengan bijak agar tidak mati mendadak. Dan kamu tau apa yang lebih buruk dari ' sm...

Dilema

Akan ada masa dimana kamu ingin kerja saat sedang liburan, dan pengen liburan saat sedang kerja. Perasaan itu sangat rumit. Semua pilihan terlihat brilian, semua pilihan tampak lebih baik. Namun dari pengalaman yang sudah-sudah. Ketika suatu keputusan telah diambil ada kalanya keputusan tersebut berjalan tidak sesuai rencana. Semacam mengalami variasi yang begitu dinamis, atau berakhir dengan begitu buruk karena satu dan lain hal. Jadi yang terjadi saat ini adalah: aku galau diantara dua pilihan, ingin pulang ke rumah untuk mengerjakan komik atau nonton The Mudub nanti malam di Muara Market. Btw aku udah di Solo dari hari Sabtu kemarin (dan postingan ini ditulis hari Rabu minggu berikutnya.) Sebenarnya sudah ada tindakan alternatif untuk menjembatani dua pilihan tersebut. Aku bisa di Solo untuk menonton The Mudub asal kerjaanku bisa selesai dikerjakan di sini (tentu saja tanpa ruang kerja kesayangan dan tambahan biaya hidup sehari-hari.) Tentu saja aku memilih keputusan tersebut. ...

Ketika Tidak Bisa Memeluk Angin

Ketika tidak bisa memeluk angin, genggamlah udara yang masih bisa kau hirup. Ketika tidak ada tangan yang digenggam, cobalah bertumpu dengan kayu yang kau temukan tadi pagi. Ketika matahari datang terlambat, tetaplah kau bangun dan menanak nasi untuk hari ini. Mujix Laper. Lalu aku memesan nasi goreng dan memakannya dengan sejuta tanya di kepala. Kerten, 24 Oktober 2016

Tiga Jam Laknat

Membosankan. Itu kata kedua yang muncul di kepalaku pagi ini. Kata pertama hanya sebuah pengingat kalau aku harus mewarnai komik Si Amed untuk edisi besok, btw udah sampai episode 80. Banyak sekali. Jangan abaikan postingan ini!!! Ada sebuah fakta baru yang mencengangkan!!! dibutuhkan waktu hampir 3 jam untuk mewarnai dan mengedit komik Si Amed!!!! Bagaimana? Caption- nya udah kayak postingan yang viral di FB belum!? Yah, Info yang sangat menarik bukan?! Atau malah membosankan!? Begitulah. Apabila kamu memandang dari posisi seorang fans yang peduli dan cinta mati sama Si Amed, fakta tersebut sangat menyenangkan. Semacam 'wah gitu ya?' momen. Lain ceritanya kalau kamu melihat fakta tersebut dari sudut pandang sang kreator. Informasi semacam itu tidak terlalu penting. Apaan!? Toh ketika komik gratisan itu kelar, masih ada kerjaan komik lain yang harus digambar. Kurasa itu sebuah contoh sederhana yang tepat untuk menggambarkan kehidupanku pagi ini. Yah, anggap saja aku sedang...

Kenangan yang Menyenangkan

Aku enggak tahu harus bercerita apa lagi di postingan ini. Beneran, beberapa hal yang penting sudah aku tulis via twitter. Beberapa sudah ter-dokumentasikan di FB. Sisanya aku biarkan menggumpal di pikiran. Entah kenapa akhir-akhir ini aku agak susah untuk mendongeng tentang apapun. Buat yang ingin bertanya kabar, intinya keadaanku baik-baik saja. Punggung sedikit ngilu gara-gara kerja bakti kemarin. Kurasa mengangkat adukan semen dan pasir dengan tubuhku yang rapuh ini bukan pilihan bijak saat kerjaan mulai menggila. Aku masih sibuk dengan banyak hal. Beberapa hal sangat penting, dan beberapa hal lainnya mungkin terlihat  useless di mata orang lain. Dan seperti biasa, aku tidak perduli. Semakin ke sini, semakin banyak hal yang berubah di sekitarku. Satu hal yang paling mencolok terlihat adalah usia. Hari ini adalah hari terakhirku di usia 27 tahun. Tinggal dua tahun lagi menuju usia kepala tiga. Mengkhawatirkan. Aku mungkin salah satu dari sekian pria yang mengkhawatirkan hal ...

Kisah angin dan Tukang Kebun yang tak memiliki Pohon.

Jadi. Pertengahan bulan Oktober ini, dia mau nikah. Yah, memang sudah seharusnya gitu sih. Beberapa hal yang berkecamuk di dada mengenai dia sudah aku padamkan sejak lama. Api yang membakar kayu itu sudah menjadi abu. Abu itu kini aku pandangi dengan seksama sebelum hilang tertiup angin. Kisah cintaku dengan dia memang salayaknya angin yang meniup keningmu saat panas terik. Datang tiba-tiba, mengusap lembut dengan segala kesalahpahaman dan pergi begitu saja meninggalkan sejejak rasa nyaman di dalam dada. Penyesalan mungkin memang ada. Bohong jika kubilang aku baik-baik saja tanpanya. Sedikit luka itu masih ada. Kecil seperti sayatan kertas saat   fokusmu teralihkan oleh yang lain. Teralihkan oleh yang lain, teralihkan oleh cinta yang lain, yang lebih dingin dan lebih tinggi namun tak teraih. Jangan salahkan siapapun ketika ikatan yang mulai kencang itu perlahan memudar. Kemudian terlepas dan singgah di lelaki yang lebih tepat. Dan mungkin lebih baik. Sudah saatnya membuk...

Atmosfer Awal Oktober

Sudah bulan Oktober lagi. Tinggal 16 hari lagi aku berada di usia 27 tahun. Itu artinya aku makin jauh meninggalkan masa muda yang menggelora. Perjalanan menuju usia yang ke 28 ini sedikit menakutkan. Berbagai hal yang membuatku cemas datang dan pergi silih berganti. Atmosfer negatif di sekitarku ini semakin pekat semenjak permasalahan komputer yang rusak beberapa bulan yang lalu. Sekarang sudah waras sih, hanya saja peristiwa itu meninggalkan banyak sekali pertanyaan yang belum terjawab hingga hari ini. Keadaanku sekarang cukup rumit. Entah sudah beberapa kali aku tersandung dan terjatuh hingga harus terpaksa berhenti. Yah. Pastinya fase berhenti adalah fase yang tepat untuk beristirahat. Makanya hari ini aku enggak ngapa-ngapain. Baca komik, makan, tidur, dan bikin sesuatu yang enak seperti mie rebus pake telor. Entah sampai kapan. Mungkun besok pagi aku akan memulai rutinitas itu kembali. Selamat beristirahat ya gaes. Doakan aku baik-baik saja. Masih banyak impian yang belum terwu...

Kopi hitam dan Televisi Nenek

Kopi hitam oleh-oleh dari Bogor kemarin tinggal dua bungkus. Kuseduh beberapa jam yang lalu dan sekarang sudah menjadi dingin. Kopi itu menemani petang ini yang  kuhabiskan bersama nenek. Kami berdua menyaksikan dagelan Kirun CS di Youtube. Hal itu aku lakukan semata-mata ingin membuat hati nenekku senang. Sudah beberapa hari ini televisi rusak. Sebenarnya masih bisa menyala sih, cuman kampret-nya hanya ada dua stasiun televisi yang bisa disaksikan, TVRI Jawa Tengah dan Indosiar. Itupun kemresek dan banyak 'semut'-nya. Televisi rusak sedikit banyak kurasa mempengaruhi kebahagiaan nenekku. Aku sedikit yakin, tayangan di Youtube itu membuat nenekku bahagia. Semoga saja. Mujix Sedang kehilangan sesuatu yang sangat penting. Rasanya sangat perih. Semoga saja Baju hijau kesayangan itu tidak merindukanku. Simo, 6 Oktober 2016

Tembok Putih

Nyeri menjalar di dalam kepala Perih dan bosan terus aku makan Keadaan mulai berbahaya Semua tahu itu, semua rasakan juga Hatiku masih ditempat yang sama Menatap surga pesakitan pujangga Tempat segala imajinasi bermula Yang biasanya berakhir jadi semesta Mujix Sedang berbenah Mungkin ini sebuah fase yang sering disebut 'turning point' Simo, 17 September 2016

16.09.2016

Pertemuan dengan Sanasuke kemarin berdampak besar untuk hidupku akhir-akhir ini. Satu hal yang pasti, aku bertekad untuk menyelesaikan komik 'Lemon Tea'. Aku sadar, aku udah mulai tua. Dua bulan lagi aku akan berusia 28 tahun. Dan sudah tinggal hitungan jari lagi akan datang masa dimana aku harus  naik ke jenjang yang lebih tinggi, yaitu menikah. Tentu saja tolong JANGAN tanya soal siapa wanita yang kelak khilaf berhasil aku prospek. Aku sendiri belum tahu. Jangankan soal pasangan hidup, kaos hijau hadiah dari Feri We aja sampai hari ini belum ketemu. Ya ampun, nyelip di mana sih. Enggak kaos, enggak jodoh, kok sama saja hobinya. Namun kabar baiknya ( atau buruk!?), Sanasuke sudah menemukan seseorang yang tepat. Sebentar, aku pamit ke belakang buat 'nangis bombay ala sinetron' dulu. Atau semacam itulah. Soalnya kabar tersebut belum aku tanyakan langsung. Kalian pasti berpikir kalau aku belum sempat bertanya karena alasan topik itu terlalu personal dan menyangkut pr...

1% Kemungkinan Yang Mustahil

Aku beberapa kali mencorat-coret sketchbook kumal itu untuk mencari ide. Malam ini aku sendirian saja menunggu Mbak Yuni, seorang teman lama dari persewaan Bharata, dan Deni, kawan dekat satu angkatan saat di SMSR dulu. Karena ‘menunggu’ adalah pekerjaan paling boring sedunia, alhasil beberapa menit ini aku manfaatkan untuk brainstorming projek terbaru. Ceileh projek terbaru. Bukannya semingguan kemarin luntang-lantung gak jelas kayak cucian. Hwakakak Waktu berjalan begitu saja. Menit demi menit berlalu seperti mimpi tadi malam. Aku paling suka situasi seperti ini. Hanya ada diriku sendiri, dan pencarian ide brilian yang tak kunjung datang. Sesekali saat pikiran buntu, tanganku menyambar roti bakar berlapis coklat Kitkat. Memakannya perlahan, mencoret lagi dan apabila terlalu enek, segera saja aku minum jeruk hangat ala café ‘Roti Bakar Up Size’. Aktivitas itu terus menerus berulang dengan harapan bisa mempersingkat waktu sambil menunggu kedatangan Mbak Yuni dan Deni. Beberapa m...

Ranting Kopi

Kesepian itu pekat seperti kopi hitam yang kuseduh tadi sore. Pahit? Tentu saja. Namun bisa membuatku terjaga sampai malam membuka mata. Terus aku minum. Terus aku kulum. Kesepian itu rapuh seperti ranting kering yang nyaris kuinjak tadi pagi. Sepele? Tentu saja. Namun jika dikumpulkan dan bertemu api, ranting itu bisa membakar semuanya tanpa sisa. Kecuali kesepian, tentu saja. Hanya itu yang tidak bisa dibakar oleh api dan dilarutkan oleh kopi. Mujix Habis nonton film 'Secret Life of Pet'. Menghibur. Cuman kacamata 3D-nya useless abis. Kerten, 25 Agustus 2016

Tersesat dan Tenggelam

Aku sedang tersesat di hutan. Berjalan kemari mencari tujuan. Tak kutemukan, tak kudapatkan. Aku sedang tenggelam di lautan. Berenang kesana mencari sampan. Tak kutemukan, tak kudapatkan. Maaf Tuhan, karena aku sedang tersesat dan tenggelam, tunggulah sebentar lagi. Mujix Komputerku masih error. Dan belum kembali ke rutinitas. Simo, 22 Agustus 2016.

Ada Samudra

Ada samudra yang bergejolak di dalam dada. Petir dan guntur menyambar memekakkan telinga. Kukira badai, kukira akhir dunia. Ada gunung yang meletus di dalam kepala. Tanah dan batu berjatuhan menghancurkan rupa. Tanpa sisa untuk dibagikan tetangga. Tangan itu mengepal meninju langit. Namun hujan tetap tak mau turun. Kaki itu mengeras menendang bumi. Namun matahari masih acuh. Jangan bertanya bagaimana. Namun bertanyalah mengapa. Jangan bertanya siapa. Namun bertanyalah apa. Ada samudra yang bergejolak di dalam dada. Petir dan guntur menyambar memekakkan telinga. Kukira badai, kukira akhir dunia. Mujix Kata-kata favorit akhir-akhir ini. 'Terserah'! Simo, 21 Agustus 2016

Penerbangan Yang Gagal

"Perhatian penumpang Laiyon Air untuk segera kembali ke tempat duduk dan mengenakan sabuk pengaman anda di karenakan cuaca kurang baik untuk penerbangan. Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih." Aku bergidik ngeri saat mendengar pengumuman itu. Cuaca kurang bersahabat!? Jangan bercanda! Sekejap saja sholat asharku kacau. Entah ruku, sujud atau tahiyat semuanya sama saja. Ternyata beribadah dengan khusuk di pesawat terbang di ketinggian entah berapa ribu kaki itu sangat mustahil untuk seorang komikus berambut kribo seperti aku. Sholatku buyar, aku memandang ke arah luar jendela pesawat. Terlihat awan bergumpal bagai gula kapas. Sebagian berwarna putih, sebagian berwarna abu-abu. Hal yang paling menyita perhatianku saat ini adalah sayap pesawat. Benda itu terlihat sangat rapuh, beneran, bergetar-getar dan berbunyi mendencit mengerikan. Di saat dramatis itu aku tiba-tiba mendapat satu pencerahan. Mungkin sholatku kali ini adalah sholat gagal dan tidak sempurna. Nam...

Farewell Messages

Hey kamu, Thanks ya udah hadir di kehidupanku yang besar ini. Move on dari kamu itu susaaah banget. Tapi aku yakin tidak ada yang kebetulan dalam ikatan takdir. Semoga kedepannya kita menemukan kebahagiaan masing-masing. Bye. Hihihi Mujix Orang yang selalu memanggil namamu dan berteriak tak tahu waktu. Bogor, 13 Agustus 2016

Cerita Senja

Melihat banyak manusia yang berlalu lalang dengan mata sedikit minus saat petang itu membuatku pusing. Dari peristiwa kali ini aku mempelajari beberapa hal: Jujur itu penting. Sesulit apapun keadaanmu. Jangan pernah menggampangkan sesuatu hal. Prasangka yang gegabah bisa merusak kebahagiaan kecil di masa depan. Oh iya, satu lagi. Andaikata melirik cewek cantik jangan lama-lama, takut naksir atau ditaksir. Semoga semuanya baik-baik saja. Soalnya aku belum menemukan apa yang aku cari dan apa yang membuatku bahagia. Maaf. Mujix Sedang menikmati suasana setelah hujan di kementrian entah apa namanya aku lupa. Berdoa lagi Ahh agar semua baik-baik saja. Amiien. Jangan lupa mawas diri. Jakarta, 8 Agustus 2016

Mati

Mati. Beberapa orang baik yang aku kenal telah mati, atau bahasa sopannya 'meninggal'. Tapi aku lebih suka menyebutnya dengan kata 'mati'. Lebih dramatis dan lebih meninggalkan kesan yang mendalam. Di blog ini berulang kali aku membuat tulisan yang bertema kematian. Berulang kali berwacana dan berakhir dengan omong kosong semata. Mau bagaimana lagi, aku tidak mengetahui banyak info tentang hal-hal yang berkaitan dengan 'dunia misterius' tersebut. Rasanya menakutkan. Semacam pergi ke suatu tempat yang belum pernah kau datangi. Terlalu banyak kekhawatiran. Kekhawatiran akan pergi ke suatu tempat yang asing juga kurasakan akhir-akhir ini. Pekan depan, tepatnya hari minggu tanggal 7 Agustus 2016 aku harus berangkat ke Jakarta. Ngapain ke sana? Mencari kebahagiaan, tentu saja. Hahaha, 'mencari kebahagiaan'!? Epic sekali. Jadi ginih, karya komikku yang berjudul ' Si Amed dan Bahaya Buang Air Besar Sembarangan' menyabet juara keempat di lomba komik...

Naik Pesawat

Pencapaian terkerenku kali ini adalah bisa naik pesawat terbang karena menang lomba komik. Rasanya sangat menyenangkan memiliki pengalaman baru ini. Kesan yang bisa aku katakan tentang naik pesawat hanya ada dua kata. Mendebarkan dan menakjubkan. Perasaan berdebar dipersembahkan oleh berbagai peristiwa kecelakaan yang diberitakan oleh berbagai media. Ngeri juga membayangkan benda besi sebesar itu bisa terbang ke langit. Aku jadi ingin mempelajari teori gravitasi dan massa benda lagi. Sensasi saat pesawat berbelok sangat dirasakan oleh tubuh. Berasa ngambang dan sedikit membuat telinga berdenging. Apalagi dengan pemandangan langit biru tiada batas di luar jendela. Keren. Gumpalan awan putih yang menggunung bagai gula-gula kapas tak henti-hentinya membuatku kagum. Kalo bisa sih aku pengen melompat dan mendarat di awan yang kayaknya empuk itu. Iya, kayaknya sih empuk. Tapi nyatanya gumpalan awan itu tidak seempuk yang aku kira. Ada saat dimana pesawat yang aku tumpangi, Lion Air, iya...

Hujan

Hujan turun lagi Jatuh membasahi pipi Menenggelamkan ego di hati Sendu sedan seperti bernyanyi Awan kelabu di atas kepalaku Memeluk cinta yang tengah pilu Karena masa berlalu bagai lagu Senandung rindu di ujung waktu Jangan bertanya soal sang surya Karena dia pergi entah dimana Membiarkan manusia meratapi duka Namun sayang hanya menggumpal di dada saja Hujan telah pergi Air mengalir membawa mimpi Menuju esok yang tentu tak sama dengan hari ini Mujix Aku enggak nyangka kalo video klipnya Band Armada sangat emosional. Simo 1 Agustus 2016

Sempak

'Sempak' adalah istilah untuk menyebut celana dalam seorang laki-laki. Baru-baru ini seorang kawanku suka menggunakan kata 'sempak' tersebut untuk mengumpat. Ketika kutanya mengapa, dia menjawab. " Lebih sopan daripada 'asu' dan lebih mantap karena ada huruh 'a' yang panjang' Pikirku, perasaan semua kata umpatan memiliki  huruf vokal yang panjang. Kata umpatan 'sempak' nan mantap itu terdengar beberapa hari yang lalu. Saat dia sedang galau gara-gara urusan dinas yang mengharuskannya membeli tiket kereta api. Kira-kira umpatannya seperti ini. "SYEEMPAAAAAAKKK!!!" Temanku berteriak sambil melemparkan tubuhnya ke kursi. ' Piye...piye...piye...?" tanyaku dengan tampang datar. "Aku mau beli tiket tapi duit mepet! Nek ngene carane aku kudu piye maneh !?"  dia mengeluh sambil memegang kepala. " Turu wae!" Kataku acuh tak acuh sambil menjawab balasan chat di handphone. " NDASE! Acara iki pen...

Mendapati Dirinya

Diluar hujan tak terlalu lebat. Airnya membuat udara siang ini menjadi dingin, hingga selimut tak akan kulepaskan dari kakiku. Masih ada beberapa pekerjaan yang belum terselesaikan. Aku mengerjakannya dengan sangat pelan. Bunyi rintik hujan dan musik dari handphone beriringan masuk ke telinga. Walau masih banyak persoalan yang belum selesai, entah kenapa aku merasa sedikit bahagia. Pagi yang cerah entah kapan sudah terlewat, seperti beberapa wanita yang hadir di hidupku. Mereka ada dengan ceritanya masing-masing. Sedikit penyesalan terkadang ikut hadir. Sedikit kesedihan tak jarang muncul. Suka atau tidak suka aku harus terus menjalani hari ini sampai terlelap di malam nanti. "Tuhan, jangan-jangan Kau berniat mengalahkan aku?" Tuhan menjawab samar-samar. "Aku bukan hendak mengalahkan kau! Tapi Aku ingin membuatmu menjadi berkeping-keping!" Mujix Sedang bingung. Simo, 26 Juli 2016

Aku dan Kamu

Aku Aku sedang bosan menjadi aku Aku ingin menjadi sesuatu Aku ingin menjadi kamu Kamu Kamu yang selalu di pikiranku Kamu yang selalu di hatiku Kamu yang selalu di aku rindu Aku dan kamu adalah satu Aku sedang bosan menjadi aku? Bagaimana dengan kamu? Apakah bosan dan ingin menjadi aku? Mujix Menjadi juara harapan pertama komik sanitasi 2016. Tapi entah kenapa tidak terlalu bergembira. Malah kusut. Malah bingung. Dasar manusia calon filusuf. Simo, 29 Juli 2016

Beton Berwarna Pucat

Matahari bersembunyi dibalik pojokan. Malu-malu menyebarkan benalu. Hari yang penuh ketegangan hampir berakhir. Menyisakan keringat basah di sekujur badan. Bau cairan dari tubuh yang menempel di baju terkadang mengganggu ibuku. Beliau bilang bahwa aku harus rajin ganti baju. Kebersihan sangat penting, katanya. Baju berganti artinya banyak benda yang harus dicuci. Aku bukanlah seorang pemalas, aku hanya orang besar yang belum terbiasa hidup terlalu cepat. Beberapa orang mengartikan 'hidup' seperti berkendara. Harus cepat. Harus segera sampai. Ternyata bukan hanya alat kelamin saja yang berharap bersegera untuk cepat. Benda yang memiliki sedikit 'persamaan' dengan alat kelamin adalah motor matic. Sama-sama digemari oleh semua kalangan. Maaf untuk para pionir pencetus motor matic. Ini hanya bentuk pengekspresian kekaguman, tidak kurang dan tidak lebih. Satu hal pasti yang kurasakan dari motor matic. Ayahku tidak lagi mengencangkan kakinya saat berkendara. Trauma akan ny...

Daur Ulang

Merindukanmu dengan sangat, berkelana kemana-mana namun tak ada apapun. Perih hati tak pernah dirasakan oleh kaki, sama saja seperti perihnya rindu yang tidak pernah dimengerti oleh empedu. Bagaimana agar semuanya baik-baik saja? Matikan saja nyawa ini walau hanya sementara! Merindukanmu akan segera usai. Karena mimpi ada hanya untuk mempertemukan aku dengan kamu. Tidak perlu berkelana kemana-mana. Karena kamu ada dipikiranku. Karena merindukanmu adalah candu untuk empeduku. Mujix Smartphone -ku abis error. Aplikasi ilang, kontak ilang, histori percakapan ilang, nomer doi ilang, cuman rindu aja yang masih tersisa dan terus menebal :'( Simo, 20 Juli 2016

Perempuan Berjilbab Hitam

Perempuan berjilbab hitam itu duduk dikursi. Wajahnya tetap cantik jelita walaupun tak memancarkan cinta. Tak terlalu jauh untuk diraih, namun tak terlalu dekat untuk diacuhkan. Sekeping rasa iri ia berikan padaku. Kehidupan yang sempurna ada di depan matanya. Waktu berlalu begitu saja. Tidak ada seorangpun yang peduli lagi. kerena ada ego yang harus diisi dengan mimpi. Perempuan berjilbab hitam itu beranjak meninggalkan kursi. Terburu-buru tanpa menegur terlebih dahulu. Kepingan rasa iri yang ia berikan padaku berubah menjadi tanda tanya. Kehidupan yang sempurna di hadapannya akankah berlangsung selamanya? Perempuan berjilbab hitam itu berjalan cepat menuju pintu. Dia menoleh sesaat dan tersenyum penuh arti. Wajahnya kini biasa saja tapi memancarkan banyak cinta. Dia menghilang ditelan cahaya menyilaukan saat saat keluar pintu. Begitu tiba-tiba dan raib begitu saja. Semuanya kembali seperti semula. Bias kilauan warna putih perlahan mulai memudar. Perempuan berjilbab hitam itu kini ...

Jarak Terjauh

Ada seraut wajah yang tertinggal di mimpiku semalam. Binar dan tatapan sendu itu tak sengaja menusuk kalbuku lagi. Menyiksa hati dengan perlahan, mengobatinya lagi dengan pelan. Berbahagialah kamu yang saat ini tak terkurung oleh sangkar rindu. Tak perlu takut diterkam rasa sepi karena selalu ada hati di sisi. Selalu menemanimu, selalu memelukmu. Ada seraut wajah yang tertinggal di mimpiku semalam. Wajah yang tertunduk menatap tanah, tempat dimana aku selalu menunggu genggaman tanganmu. Tangan yang tak kunjung datang. Mujix Bukunya udah sampai. Mengesankan sekali. Simo, 28 Juni 2016

Pertanyaan Besar

Pagi ini aku terbangun dengan satu pertanyaan besar, 'apakah aku sudah hidup sebaik-baiknya sebagai seorang manusia?' 'Belum!' tiba-tiba saja diriku yang lain berteriak di suatu sudut pikiran. Aku tersadar ternyata masih banyak yang menyita hidupku hingga tidak ada waktu untuk memikirkan orang lain. Orang lain? Ya, orang lain! Aku sangat mempercayai, sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang berguna bagi manusia lain. Pematik pertanyaan besar pagi ini mungkin disebabkan oleh postingan kawan di sebuah halaman Facebook. Sebuah gambar perempuan berjilbab yang dibuat pake pensil dengan caption 'my power',   yang entah kenapa aku bisa melihat 'harapan' dari sang kreator di sana . Harapan yang membuatnya untuk terus berjuang dengan gigih tanpa meninggalkan kebanggaan terhadap diri sendiri. Sebuah kekuatan besar yang kurasa sudah sangat cukup untuk menggulingkan congkaknya dunia. Jujur saja, dari hati yang paling dalam walau sangat tipis, aku sebenarnya ...

Senjata Baru

Yeeea! Akhirnya kesampaian juga membeli Wacom Intuos. Semoga karirku sebagai komikus semakin bersinar. Beneran, aku benar-benar berharap agar karirku semakin bersinar tahun-tahun ke depan. Ah, balik lagi ke topik Wacom. Benda sakral ini aku beli dari Rochmat yang sangat beruntung memenangkan kompetisi komik Kitkat. Pemenangnya mendapatkan Wacom Intuos, dan kebetulan doi udah punya pen tablet di rumah, terus doi posting di grup Watsap, Pen Tablet ini aku beli dari honor komik Si Amed di bukunya Letter to Habibie, iya, Si Maniak Bakso Bakar itu berhasil mewujudkan mimpiku untuk memiliki Pen tablet. Tenang aja Med, kamu kebagian jatah bakso bakar kok. Hehehehe Setelah Googling, aku mengetahui kalau harga pen tablet itu berkisar Rp.1.290.000. Entah dengan alasan kedekatan atau memang baik hati aku bisa mendapatkan pen tablet tersebut dengan harga Rp.1.000.000. Langsung deh aku kuras semua uangku di ATM, dan sepertinya lebaran tahun ini aku bakalan bokek lagi. Semoga saja dengan data...

16.06.2016

Malam adalah sebaik-baiknya kawan Tak pernah mengusikmu Tak pernah membebanimu Diri sendiri adalah sebaik-baiknya teman Selalu mendampingimu Selalu membimbingmu Mujix Sedang marathon menonton anime 'Hikaru No Go', adegan favorit adalah saat Hikaru melawan Mitani, Kaga dan Megane senpai secara bersamaan di klub igo Simo, 16 Juni 2016

Bus

Entah sudah beberapa jam aku berada di tempat ini. Kendaraan yang aku tunggu belum juga kunjung tiba. Sinar matahari sore memancar terik membuat tenggorokan semakin kering. Asap rokok menyelimuti percakapan orang asing di depan angkringan tak jauh dari tempatku duduk. Semuanya berlalu begitu saja. Perasaan campur aduk karena bahagia beberapa tahun silam kini melumer dilindas perkasanya waktu. Penantianku terhadap angkutan umum ini tak jauh berbeda dengan penantianku terhadap rasa yang bernama suka cita. Keduanya seperti bintang  yang tak kunjung berpindah saat aku memandanginya dengan seksama. Aku tidak tahu akan sampai jam berapa penantian ini berlanjut. Apakah aku bisa segera pulang ke rumah? Atau kembali ke belantara kota asing yang penuh gemerlap pesona dunia khayalan? Siapa yang tahu. Namun yang pasti angkutan umum yang aku tunggu sudah nampak di ujung jalan. Mujix Waktu berbuka kurang dua jam lagi. Kartosuro, 12 Juni 2016

Mimisan

Malam ini aku menatap darah yang mengering di tangan dengan tatapan gamang.  Jalanan arah pulang ke kontrakan Bang Arum Kerten cukup lengang. Aku sengaja berjalan lambat, di belakang teman-teman yang berbincang apapun. Alasanku tertinggal beberapa langkah dari mereka karena ingin  menganalisa apa penyebab keluarnya darah dari hidung beberapa saat yang lalu. Semuanya terjadi begitu saja. Saat perbincangan kami mulai pekat, tiba-tiba saja aku merasa ada cairan dingin dari hidung yang tidak bisa aku kontrol. Cairan ini sudah pasti bukan ingus cair seperti saat demam beberapa hari yang lalu. Cairan itu memiliki sensasi tersendiri yang berbeda. Tanganku secara reflek menutup hidung dan dengan cepat kudongakan kepala ke atas. Secepat mungkin aku menatap cairan di tanganku. Saat itu aku berharap cairan itu berwarna bening. Namun apa daya, benda berair yang keluar dari hidungku ternyata berwarna merah darah. Aku sedikit bergidik ngeri. Obrolan kami terhenti seketika! Jeki panik da...

Sore

Bau asap rokok dan kendaraan membisu menutup hidungku Matahari tinggal setengah, namun panasya tak kunjung hilang diterjang terang Walau tak hilang namun sosoknya tak juga nampak Entah bersembunyi, entah melarikan diri, siapa yang peduli Kuda besi ini perlahan melaju Meninggalkan aku di masa lalu Meninggalkan asap rokok dan kendaraan yang membisu di hidungku Mujix Akhir pekan. Saatnya berjalan-jalan untuk menemukan secercah jawaban Pelem, 4 Juni 2016

Kala Raga Bercerita

Ada kata tak terucap oleh raga karena menunggu asa di balik jendela yang enggan untuk terbuka. Aku membutuhkan tanganmu untuk sekedar memutar kenop kunci itu. Kunci berkarat, berwarna coklat, dan perlahan berubah mejadi pucat seperti mayat karena sumpah serapahku. Tidak terbukapun sebenarnya tidak mengapa, karena bau hutan penuh keceriaan sesekali menelusup dengan dari sudut pintu. Walau enggan percaya, namun aku selalu memegang erat ucapan bunda bahwa bahagia itu sederhana. Sesederhana aku menyebut namamu saat merindu, atau sesederhana aku menghujat namamu saat merindu namun tidak ada kamu di sisiku. Mujix Sedang berada di fase yang cukup kritis. Please help, it's really suck here! Simo, 4 Juni 2016

Awal Senja Di Hari Selasa

Gantar sedang menangis di luar rumah. Sudah menjadi kebiasaan di setiap harinya, dia kalau terbangun harus ada mamanya. Dan siang ini, mamanya sedang pergi ke Sambi untuk mengecek warung. Kakakku, yang sekaligus ayahnya, bersama nenek berlomba-lomba untuk meredakan tangisannya. Namun tidak ada hasilnya sama sekali. Gantar terus menerus menangis dan meraung. Begitulah. Menangis dan meraung adalah cara untuk merespon sesuatu yang tidak sesuai keinginan saat manusia masih  menjadi balita. Saat ini aku berada di kamar tidur. Berniat untuk tidur siang dan mengacuhkan semua permasalahan di sekitarku. Aki tak begitu perduli dengan Gantar yang menangis, toh diapun tak begitu suka aku ajak saat bangun tidur. Semua manusia sepertinya sangat mudah sensi saat tidur. Tidur menjadi aktivitas favoritku akhir-akhir ini, apalagi semenjak aku demam beberapa hari yang lalu. Tidur menjadi sarana penyembuhan fisik yang menyenangkan. Bulan Mei tinggal beberapa jam lagi akan berakhir. Hari-hari di bu...

Terjebak

Lagi-lagi terjebak di Kota Solo untuk waktu yang cukup lama. Cukup lamanya emang seberapa lama sih? Tiga hari. Tiga hari berkeliaran dan membuat kerjaan berantakan. Harus menyalahkan siapa? Salahkan saja ketidakbecusanku dalam mematuhi list agenda. List agenda yang mana? Ah sudahlah. Ada waktu dimana semua kegiatan sesuai list, dan itu menyenangkan. Namun ada pula dimana semua kegiatan tidak sesuai list, dan itu menyebalkan. Sepertinya harus lebih tegas lagi mengatur jadwal dan mengambil keputusan. Mujix Komik Lucky Luke ternyata bagus Banget, aku harus mengoleksi beberapa deh kayaknya. Kerten, Mei 2016

Gerimis

Gerimis malam ini sudah berhenti sama sekali. Dia pergi meninggalkan kilauan mengkilat di jalanan beraspal. Berpuluh-puluh kilauan yang tercipta dari cumbuan lampu merkuri bersama bekas air hujan. Mereka semua mengacuhkan aku yang sedang berdiri kebingungan karena ketidaktahuan akan apapun. Hujan sudah reda, badai telah berlalu. Namun kenapa air yang mengalir di selokan itu tidak juga menenggelamkan semua bayang tentang dirimu? Mujix Film 'Freelance' sudah berhasil ditonton sampai kelar. Tapi kenapa endingnya nggantung gitu sih. Paling suka adegan dimana sang tokoh utama sedang menyaksikan sunset di pantai, dan dia mengakui kalau dia pernah berbahagia. Aku juga pernah seperti itu, sumpah. Kerten, 19 Mei 2016

Uang

Beberapa minggu ini keuangan cukup lancar. Heran, ada aja uang datang entah darimana. Aku sedikit curiga, jangan-jangan rusaknya komputer dan kasus buku kemarin cuman kong kalikong Tuhan agar aku memahami esensi dari benda yang bernama 'uang'. Uang adalah benda yang harus selalu kau miliki untuk sekedar bisa aman melalui hari ini. Iya, hari ini yang penuh tanda tanya itu sebagian besar bisa diselamatkan dengan uang. Boleh percaya atau tidak, akhir-akhir ini aku cukup berkepala dingin saat berurusan dengan uang. Ya, levelku hanya sekedar 'cukup' saja, masih ada beberapa momen dimana aku sangat ngilu gara-gara uang. Misalnya momen kampret tentang uang parkir di Gramedia. Entah ada dendam apa, sang tukang parkir tiba-tiba saja nodong uang Rp.7.500 untuk parkir tiga jam. Alasannya karena aku ke Gramedia bukan untuk berbelanja. Oh sial. Saat itu aku benar-benar kesal sama tukang parkir botak tersebut, dan bisa ditebak, selama tiga jam, aku uring-uringan gak jelas. Yoks. ...

Hati yang Sepi

Ketika kau lelah setelah bertarung sendiri, dan merasa seperti tenggelam Tutup matamu, tegakkan kepala Dengar dengan seksama Sepi, hati yang sepi Angin akan terus berbisik Sepi, hati yang sepi Kamu tidak sendirian Seseorang di sana mencintaimu Seseorang di sana mempercayaimu Seseorang di sana memperhatikanmu Disuatu tempat Disuatu tempat Mujix Aku enggak nyangka kalo arti lagu endingnya kesatria baja hitam RX itu galau abis. Keren. Kerten, 11 Mei 2016

Paket

"Alaaah, yen mung loro mbok rasah neng Solo wae!!??" damprat Simbah ketika aku bilang mau ke Solo untuk mengantar paket. Iya. Paket yang diantar cuman dua ekor. Satu ke Bali dan yang satu lagi ke Jakarta. Bukannya emosi, aku malah berseloroh memanaskan suasana . " Iyoooh!!!! Yen mung loro mbok rasah neng Solo wae yo Mbaaah!!!" Hihihihi Aku yang saat ini sedang 'disorientasi tujuan hidup' (lagi) hanya bisa menanggapi dampratan itu dengan candaan. Mau bagaimana lagi, tiba-tiba saja aku teringat tauziah pak kyai saat nikahannya Antok, nama anak lelaki tetangga sebelah. Pak kyai bilang begini. "Kalau ada yang marah salah satu dari kamu harus gembira dan berkepala dingin." Yah. Walau nasihat itu awalnya ditujukan untuk pengantin, namun nasihat tersebut ternyata relevan diterapkan untuk siapapun. Aku mencoba tetap menjaga otak agar tetap waras. Entah sejak kapan untuk beberapa hal aku menjadi sangat dewasa. Namun kampretnya, untuk beberapa hal ...