Perpisahan Kecil
Hari ini ada perpisahan kecil,
perpisahan antara Si Cowok Berambut
Kribo dengan orang tua terhebat di seluruh dunia. Orang tua terhebat di seluruh
dunia tersebut adalah dua manusia biasa yang bisa kalian temui dimanapun.
***
Bapak adalah lelaki paruh baya
berkepala sedikit botak di bagian depan dengan perangai sumringah kepada
siapapun, dia berprinsip “Jika kalian
baik terhadap orang lain, maka orang lain akan baik kepada kalian”. Prinsip
itu dia katakan berulang-ulang padaku sepanjang waktu, tak pernah berubah,
mengakar dan kurasa telah menjadi pedoman hidup yang penting di kehidupannya.
Mamak adalah seorang ibu rumah
tangga yang sibuk dengan warung sayur kecil di kota hujan, nasihat favoritnya
yang sering dia kicaukan untukku adalah “Jangan Lupa Sholat, Minta Sama Tuhan Agar
Di Beri Kemudahan Dan Kebahagiaan”.
Ya, mereka adalah orang tua hebat
yang sesederhana itu.
Si cowok berambut kribo adalah
pemuda nanggung berwajah ‘mumu’ yang sedang sibuk dengan kerjaan, komik cinta,
hakikat hidup, dan pencarian cinta sejatinya (ceileeeh apaan sih), perkataan
fenomenal yang dia benci akhir-akhir ini adalah “kapan lulus kuliah?” sama “sudah
punya pacar belum?” Intinya sih pokoknya gitu.
***
Hari ini ada perpisahan kecil,
dan sebelum perpisahan kecil itu ada adegan inspiratif yang membuatku bersyukur
terlahir di keluarga sederhana itu. Pagi itu nenekku sedang berada di teras
depan, duduk termangu sambil menatap sisa-sisa kardus di samping meja.
Kardus-kardus itu rencananya akan diisi oleh barang-barang untuk di angkut ke
bogor. Jadi, pagi itu benda-benda semacam kerupuk, buah petai, jenang, dan
camilan-camilan lain tersebar dengan brutal di lantai ruang tamu.
Tak lama kemudian bapakku datang
dengan membawa remote televisi. Berlenggang sejenak dia duduk di samping
nenekku.
“Mbah, iki remote tivine. Yen meh ngurupke di pencet sing werno abang,
yen ameh ngganti stasiun di pencet sing iki” kata Bapak sambil menunjuk
sebuah tombol lonjong berwarna abu-abu.
“aku biasane mencet nggowo nomer kok Tar” kata Nenek sambil
memincingkan mata tua,
Belum sempat ayahku menjawab
pertanyaan nenekku, adikku datang samba tertawa terbahak-bahak, dan cukup
keras, sepertinya berbakat jadi penonton stand
up comedy.
“wahahahaha, khusus simbah nomer go stasiun TV-ne wis tak toto. Nomer 1
kui indosiar, nomer 2 RCTI, nomer 3 SCTV, pokokmen di pencet tae tekan ongko 8”
kata adikku serasa menunjuk ke arah angka yang tercantum di remote.
“injeeh mbah, nah suk emben yen eneng gluduk, tombol sing gede kae di
pencet ae” sambung bapak
“sing endi tho Tar? Sing Iki?”
“sing iki lhoo mbah” ayahku berjalan menuju televisi dan tangannya
menekan sebuah tombol kecil berbentuk kotak dengan lampu merah kecil di
sampingnya.
“oalaaah sing kui thoo, hehehehehe” berkata nenekku tertawa
Aku hanya memperhatikan dari kejauhan,
kemudian berjalan pelan dan memeluk pundak nenekku.
“nah mbah, yen meh nelfon aku simbah mencet tombol sing iki” kataku
sambil menunjukkan tombol kecil di sebuah HP nokia.
4
jam lagi bapak, ibu, dan adikku akan segera pergi ke Bogor. 7 jam lagi aku dan kakakku akan meluncur ke
Solo. Pagi itu Aku berjanji akan sering pulang, Pagi itu kami semua tahu bahwa
nenek akan sendirian lagi di rumah.
***
18 Tahun lalu, perpisahan itu tak
setegar hari ini. Pada tahun 1994, di sebuah pagi hari yang damai itu aku di
tinggal ke Jakarta untuk pertama kali. Saat itu aku meraung-raung dan menangis hingga
wajahku merah dan pucat. Di adegan yang cukup dramatis itu, mamak memegang
pundakku sambil berkata
“Jangan nangis dong, katanya mau jadi orang Besar”.
Sepotong ingatan itu sangat lekat
di benakku, ayahku tersenyum haru, nenek di belakangku sambil mencoba untuk
meredakan tangisku, dan mamak memelukku dengan mata berair, tak kuasa menahan
kesedihan.
Tahun-tahun berikutnya ketika perpisahan kecil
itu terjadi biasanya si bocah tengil minggat dari Rumah. Kadang kala
bersembunyi di balik kolong, main sampai malam di rumah tetangga, ataupun
mencongkel jendela kelas untuk menangis di balik meja sambil menggambar
sepuasnya di papan tulis.
***
Hari ini ada perpisahan kecil,
perpisahan antara si cowok berambut
kribo dengan orang tua terhebat di seluruh dunia. Orang tua terhebat di seluruh
dunia tersebut adalah dua manusia biasa yang bisa kalian temui dimanapun.
Mujix
tulisan kapan ya?
kayaknya sih septemberan tahun kemarin,
Simo, Januari 2013
<< Beranda