Rumah
Kesepian itu seperti puing-puing rumah yang hampir roboh. Tak
disentuhpun suatu saat akan jatuh dengan sendiri kembali ke bumi. Sepahit
apapun kesepian masih ada diri sendiri yang selalu menemani. Diri sendiri itu
bisa kau peluk dengan lembut, bisa kau caci maki sampai mati, atau bisa kau
ajak untuk sekedar menulis prosa sederhana tentang hari ini.
Terkadang aku merasa iri dengan waktu yang bisa berjalan
lurus tanpa tergelincir apapun. Tak pernah kulihat dia tersandung rasa rindu
akan langkahnya di masa lalu. Bagiku, waktu adalah sesosok pria paruh baya bermuka
masam yang sedang berkendara menuju ke suatu tempat. Mungkin ke suatu tempat
dimana kesepian tidak seperti puing-puing yang hampir roboh.Tempat dimana sepi
dan sendiri bisa berjalan bersama menuju rumah sederhana yang bernama bahagia.
Mujix
lelaki yang masih
bisa bernapas lega
ketika mengetahui
masih memiliki rumah
bernama Blog.
Simo, 27 Desember 2015
<< Beranda