Wisuda Yono
Hallo semua, iyees, postingan kali ini berjudul ‘Wisuda
Yono’. Hah!! (sambil gedek), Yono siapa?!! (nanya bego), Wisuda!!?? Uooohhh!!
(kemudian kayang). Yono itu nama panggilan sayangku (kalo anak alay bilangnya
‘4y444NgQuuuEh’) di lingkungan keluarga. Ehm, terus, apa lagi ya? Pokoknya
gini, Jumat kemarin, tanggal 15 Agustus 2014, aku wisuda di kampus ISI
Surakarta.
Iyaah, aku lulus kuliah, lebih tepatnya ‘akhirnya terpaksa harus
lulus’ karena sudah berjuta-juta semester bengong, idup dan guling-guling di
kampus tersebut dengan liarnya. Kadang sering dikira kuda lumping! Sepertinya rektor,
para dosen, senat, dan para pegawai udah ‘eneg’ dengan hawa keberadaanku di
kampus tersebut. Menurut kabar burung, mereka semua akhirnya berkonspirasi
dengan kejam untuk ‘menendangku’ dengan paksa, agar aku sampai di tahap ini.
Tahap wisuda yang super duper keren ini. Sebentar, aku mau nyium ijazah
sarjanaku dulu. Muaaaach!!
Postingan ini aku bikin dengan alasan ‘bahwa moment wisuda perlu diabadikan dengan
sangat ganteng’, iyaah, aku enggak doyan kalo cara mengabadikan moment adalah dengan meng-upload 50 hingga 100 photo wisuda kayak
teman-temenku yang lain. Cara yang kampungan!! Ndesoo cooy!!!
Kayak aku dong, dibikin curhatan gituh, terus di-upload di blog dan jangan lupa, curhatan
itu harus di-tag ke 50 teman lainnya
di Facebook.
Eh, apah? Perilaku ‘Nge-tag
curhatan blog ke 50 teman di Facebook’ Itu juga embahnya kampungan bin ndeso?
Ah sudahlah. Yuk kita simak curhatanku di postingan berjudul ‘Wisuda Yono’. Here we go!!
Aku dan nenek
(Foto By. Wawan.2014)
Tapi apa mau dikata, beliau menolak dan terus menolak. Sepertinya
beliau enggan jadi seleb tweet, atau
kalo enggak, beliau kapok kecapekan setelah beberapa kali diajak wisuda oleh
keluarga dan kerabat.
Iya juga sih, aku maklum setelah peristiwa gladi bersih
wisuda berlangsung. Diwisuda itu lama coy, dua jam lebih. Apabila aku seorang
kakek berumur 80 tahun, sepertinya aku juga malas buat diajak wisuda sama
cucuku kelak. Apalagi yang namanya nemenin wisuda itu cuman bengong, sambil
nungguin dipoto-poto doang. Terus udah. Terus cuman dapet capeknya.
Ahahaha, karena aku cucu yang paling guanteng seantero
ISI SOLO pengertian, akhirnya aku benar-benar mengalah. Aku kasihan melihat
nenek capek, aku juga enggak rela kalo nenekku jadi seleb tweet duluan daripada cucunya ini. Sebelum berpamitan buat wisuda ke Solo, aku
menarik tangan nenekku kemudian merangkulnya sambil berkata “ Mbah, sini foto
dulu, buat dokumentasi. Nanti di edit pake ‘potosop’ juga gak papa!!”. Senyum
mbah, doain aku jadi seleb tweet ya!
Foto selfie dengan Nenek setelah
prosesi wisuda yang melelahkan di Kota Solo.
(Foto By. Mujix.2014)
Wawan. Ini adik guweh yang semata wayang. Cuman satu,
rambutnya sama-sama kribo,terus suka dikira kembaran. Pokoknya random banget. Beberapa minggu ini doi
menemaniku wira-wiri buat ngurus
wisuda. Pakai motor pinjaman, lampu sein sebelah kanannya mati, kalo mau belok
kanan harus melambaikan tangan. Melambaikan tangan ke kamera sambil bilang
‘sudah mas! Menyerah!’, kemudian Harry Panca muncul dari kegelapan sambil
bilang ‘Jangan menyerah kawan!! Hidup itu harus diperjuangkan! Semangaaat!!’
#ParagrafGakJelas #Ehhh #ApaSih
Wawan sedang baca komik 'One Piece'.
(Foto By. Joko Narimo.2014)
Kita berdua berboncengan dari Simo ke Solo. Gitu terus
selama beberapa hari. Parahnya tuh kalo udah boncengan pengennya curhaaaaat
mulu, kebanyakan sih cerita-cerita soal problematika hidup (tsaaaaah!!!). Karena
aku tahu kalo dia sedang ngefans sama komik ‘One Piece’ karya Eichiro Oda, aku
pinjamkan komik rental itu sebagai sesajen.
Terus kuajak dia jalan-jalan di seantero buat hunting foto dan kuliner.
Foto-foto di Balekambang, Ngarsopuro,
sampe di Bandara Adi Sumarmo sambil berharap dikecengin dedek-dedek cabe-cabean
yang naik motor Mio, tau kan?
Wawan saat di Bandara Adi Sumarmo
(Foto By. Mujix.2014)
Terus
hunting kulinernya juga keren, kita makan Nasi Kucing, Tempe Goreng, sama
minum Es Teh. Eh? Kalo menu yang entu enggak perlu hunting? Di Solo bejibun? Iya Toh? Pokoknya Wawan adalah penyelamat
wisuda dan kehidupan perkuliahanku di Kampus ISI Surakarta. Jadi inget rutinitas
saat magang di Bogor dulu. Pokoknya Lemah teles yo wan, Gusti Allah sing
Mbales!
Mas Jack. Ini adalah kakakku yang paling awesome, nama kompletnya Joko Narimo,
udah nikah punya anak satu dan istri satu. Jangan nanya aku soal mau nambah
istri atau enggak. Mas Jack adalah asal muasal paling absolut penyebab aku bisa
kuliah di ISI Surakarta.
Mas Jack
(Foto By. Wawan.2014)
Aku inget banget, dulu waktu lulus SMA, dia yang
paling ngotot tentang keharusanku untuk kuliah. Dia bilang aku harus kuliah dan
enggak usah mikir kerja dulu. Dia berpikir bahwa kuliah itu bukan persoalan
’segera lulus dan bisa dapat kerja’, tidak sesempit itu. Dia memberikan
pemahaman kepada aku, Mamak dan Bapak bahwa lingkungan kampus sangat tepat
untuk membuat pemikiran seseorang berkembang. Saat itu aku sangat culun,
Disuruh kuliah, ya udah kuliah. Manut ajah. Hari ini jika aku mengingat
peristiwa perdebatan itu, aku sangat setuju kalau pendapatnya benar.
Lingkungan perkuliahan itu sangat kejam. Kejam, membuatmu
muak, hingga memaksamu untuk mengenal siapa musuhmu, siapa kawanmu, dan siapa
dirimu sendiri.
Jika aku enggak kuliah mungkin aku enggak akan mengenal passion, komunitas film, komunitas
komik, struktur tiga babak dalam membuat naskah, kerja keras seorang sutradara,
komitmen untuk merampungkan kuliah dan tentu saja gregetnya wisuda. Foto diatas
adalah sosok kakakku yang paling awesome!
Beneran, kuliah itu bukan hanya persoalan ’segera lulus dan
bisa dapat kerja’.
Mamak dan Bapak saat tersesat
di Wisuda Fakultas Pertunjukan.
(Foto By. Wawan.2014)
Tersesat. Ini adalah foto Mamak dan Bapak yang tersesat di
upacara pelepasan wisuda di Fakultas Pertunjukan. Beberapa menit setelah
upacara wisuda selesai, aku bingung mencari mereka berdua. Ngilang kemana sih!!
Berlari-lari pake beskap dengan keris di punggung itu mungkin siksa neraka
dunia nomer 5 setelah kehabisan uang makan saat akhir bulan. Beneran absurd.
Kampretnya lagi bapak enggak bawa hape, terus hapenya mamak di telfon enggak
nyambung (yang ternyata ketinggalan di rumah).
Aku enggak sempat foto-foto, langsung
ngacir nyari mereka berdua. Muter-muter bego kayak kipas angin di kerumunan
wisudawan. Kecapekan, duduk di trotoar sambil terengah-engah. Beberapa menit
kemudian Mamak dan Bapak datang bersama Wawan. Adikku bilang ginih:
“Mas, mamak dan bapak tadi nyasar ke bangunan itu! Untung
aja mereka duduknya di pinggir pintu. Jadi kelihatan deh dari luar”
What!! Nyasar ke
Teater Besar!! Terus dengan santainya bapak nyeletuk kalau pertunjukan gamelan
dan pidatonya sangat enak didengar. Usut punya usut, mamak dan bapak ternyata
hanya ikut mengekor para rombongan orang tua. Aku maklum sih, namanya juga baru
diwisuda pertama kali, untung aja ketemu. Aku cukup bersyukur mereka hanya
tersesat ke Teater Besar, coba tersesat ke cintanya mantan. Kan syusyaaah
nemuinnyaa!!! Ahihihihiiiii #CurhatColongan
Bu Citra, aku dan teman-teman Seni Murni.
(Foto By. Wawan.2014)
Gerombolan Siberat. Ini adalah gerombolan pertama yang aku
ajak foto-foto. Mukanya kriminal semua (kecuali yang perempuan pake jilbab
biru), apalagi Mas-nya sebelah kanan berambut kribo yang pegang pundak saya,
pengertian dong mas!! Rambut kribo itu enggak baik buat kesehatan! Boros
shampo!! Kalo enggak pake conditioner
suka nyangkut di sisir!! RAMBUT NYANGKUT DI SISIR ITU ENGGAK ENAK MEEEEN!!!!
BAKAAAR PARA COWOK BERAMBUT KRIBOO!!! BAKAAAR!!!!
Mereka adalah para mahasiswa Fakultas Seni Rupa dan Desain
jurusan Seni Murni. Sejak semester satu, trackrecord-ku
dalam berteman di dalam satu jurusan sangat payah. Tahun-tahun sulit tersebut
memaksaku untuk keluar dari zona nyaman, yaitu dengan berteman dengan mahasiswa
lintas jurusan hingga lintas kampus. Butuh beberapa tahun untuk memahami bahwa
kecenderungan, orientasi, dan fokusku dalam berteman ternyata sangat berbeda
dengan para mahasiswa Televisi dan Film. Iyah, banyak hal terjadi apabila
ngobrolin soal ‘pertemanan’ saat kuliah di Kampus ISI Surakarta. Kisah rumit
namun sangat awesome itu aku gambar
di komik ‘Lemon Tea’.
Foto wisuda Aku dan John Lenn... eh A'an Sasmitra.
(Foto By. Wawan.2014)
Intinya sih, aku menyayangi teman-temanku di Televisi dan
Film seperti teman-temanku yang lain. Eniwei walaupun mereka mukanya kriminal,
tapi hati mereka murattal kok. Aku bangga memiliki teman-teman kampus seperti
mereka. Mari berteman baik!!
Ketika Yayuk dan Mbokde Tutik dikeroyok Makanan.
(Foto By. Wawan.2014)
Makanan. Termos ukuran besar itu berisi nasi putih, ayam
goreng, mie goreng, dan sambel tomat.
Isinya banyak banget, itu masih belum termasuk beberapa plastik berisi camilan
berupa kacang telur dan roti-rotian. Mamakku hari itu bangun jam tiga pagi
untuk memasak semua makanan di dalam termos biru tersebut. Aku bangun pagi
dan tiba-tiba saja makanan itu sudah
tertata rapi di meja dapur.
Sayangnya makanan di termos biru maupun di plastik
itu tidak habis dimakan dalam satu hari.
Undangan wisuda yang aku terima bisa ditukarkan dengan enam boks konsumsi. Enam
boks men!! Makanan di termos biru itu hanya berkurang sedikit, enggak nyampe separuh. Ah,, jadi
inget ketika Si Mbah rewel nyuruh bawa termos, gula, kopi, sama teh ketika akan
berangkat wisuda. saat simbahku ngeyel buat bawa termos aku sempet mikir gini "ini mau wisuda atau mau bikin Wedangan sih!!??"
Sepatu yang aneh.
(Foto By. Wawan.2014)
Foto sepatu ini katanya diambil dadakan oleh Wawan. Aku enggak tahu apa maksudnya,
tapi hasilnya keren banget. Sepatu coklat di sebelah kiri adalah sepatu Wawan
bermerk Airwalk, saat pertama kali
dia tiba di rumah, hal yang dipamerin pertama kali adalah sepatu ini. Sepatu
pantovel coklat tua di sebalah kanan atas adalah sepatunya Mas Jack. Bisa
dikatakan sepatu ini adalah sepatu resmi pertama dan satu-satunya di keluarga
kami. Sepatu hitam ,atau sepatu slop di sebelah kanan bawah adalah alas kakiku
saat wisuda.
Sepatu slop ini adalah pinjaman dari kerabat semalam sebelum acara
wisuda berlangsung. Pinjaman dan sangat dadakan. Maaf kedisplinanku di dalam
banyak hal benar-benar diuji saat mempersiapkan wisuda ini.
Namanya Yayuk, pemudi gaul yang doyan foto-foto ini adalah
kerabat yang aku repoti saat meminjam beskap dan sepatu slop buat wisuda.
Yayuk dan Rektorat ISI Solo. kenapa
fotonya harus di Rektorat sih?
(Foto By. Wawan.2014)
Janjian buat minjam beskapnya sih udah cukup lama, cuman ngambilnya aja yang
super duper mendadak. Baju beskap itu ribet Men! Tanpa yayuk aku enggak bakal
bisa memakai baju beskap dengan seganteng itu saat wisuda. Tengyu ya yuk ya
yuuuuk...
Aku, Mas Jack, dan teman-teman Televisi angkatan 20**,
tenang aja, aku sensor angkatannya guys!!
(Foto By. Wawan.2014)
Mereka adalah anak-anak prodi televisi dan film. Beberapa
semester dibawahku yang menyempatkan datang untuk sekedar melihat kakak-kakak
tingkat, teman-teman, dan adik-adik kelasnya yang diwisuda hari ini. Aku
beberapa kali ke wisudanya orang lain, rasanya awesome. Berbahagia melihat orang lain bahagia adalah esensi dari
datang ke wisudanya orang lain. Datang ke wisudanya orang lain keren, aku
sepakat dengan pendapat tersebut.
Aku dan Regina
(Foto By. Wawan.2014)
Regina juga berpendapat yang sama soal berbahagia. Ah..
wisuda itu pokoknya bahagia banget deh... sensasinya melebihi rasa bahagia saat
melihat komik buatan kita nangkring di rak buku Gramedia, beneraaaan.
Mamak, Bapak, dan Cinta.
(Foto By. Joko Narimo.2014)
Foto ini termasuk ‘best
awesome moment of the day’, Bunga
yang diberikan Regina itu akhirnya berpindah ke tangan bapakku. Adegan itu
berlangsung sangat cepat. Tidak terkontrol, tak terpredikisi. Bapak yang
orangnya super serius itu tiba-tiba meraih bunga tersebut dan menyerahkannya ke
mamak dengan cengengesan. Kayaknya sih buat gaya-gayan gituh, tapi tetep aja
kejadian itu membuat aku shock dan kaget, tiba-tiba aja suasananya jadi
romantis bin absurd gituh. Udah tua
aja mereka masih bisa berbuat semanis itu jadi kepikiran semanis apa kisah
cinta mereka saat muda? hampir mau nangis gueh liat adegan ini :")
Mas Jack, Mbak Anna, Gantar dan Si Kuda Lumping..
(Foto By.Wawan.2014)
Gantar Bumi Mayangkara. Nama jawa yang sangat aneh ini aku
pakai menjadi nama karakter komik ‘The Proposal’. Iyaah, komik yang rencananya
bakal dicetak lagih. Iyees, baru nyampe storyboard bab dua sih. Tertunda
beberapa minggu gara-gara ngurusin kelengkapan wisuda. Bab dua sangat random, banyak humor-humor gak jelas
yang membuat komik ini makin meriah. Tokoh utama di dalam komik ini adalah
Gantar Bumi Mayangkara dan Wira Dimedja. Up date terbaru dari si Gantar, doi
sekarang sedang pilek. Kasihan liatnya. Hidungnya meler terus, matanya merah
sembab gara-gara kebanyakan nangis. Semoga cepat sembuh ya Dek.
Mbokde Tutik yang sedang makan Mie Goreng.
Beneran Mie Goreng, bukan Rambutku coy!!!
(Foto By. Wawan.2014)
Ibu-ibu paruh baya yang sedang makan mie goreng ini namanya
Mbokdhe Tutik, iya makan mie goreng. Bukan makan rambutku. Catet. Mbokdhe Tutik
menjadi pengingat bahwa hari saat diwisuda adalah hari yang sangat melelahkan.
Lelah, capek, dan hilang fokus gara-gara belum sarapan bersatu padu membuatku
amnesia beberapa menit. Dalam beberapa menit itu aku lupa siapa nama mbokdhe ku
ini. Aku memanggilnya dua kali dengan nama yang salah. Pertama kali aku
memanggilnya ‘Mbokdhe Jumirah’ dan yang kedua aku memanggilnya ‘Mbokdhe Uyeg’. kacaaaauuu. Terimakasih sudah mau ikut nemenin keluarga kami buat wisuda, Ngapunten yo dhee...
Sarjana Seni-ne dipikir karo salto ae Lee.
(Foto By. Wawan.2014)
Sang Sarjana Seni. Kalo udah sarjana seni terus ngapain?
Jadi sombong karena udah ada gelar dibelakang namanya gituh? Foto ini diambil hidden oleh Wawan. Aku memandangi emblem
bermotif logo ISI Surakarta itu dengan tatapan nanar. Memandang setiap
detailnya dan berpikir sangat dalam.
Detik itu aku teringat kutipan di buku Biografi ‘Steve Jobs’ karya Walter
Isaacson.
Sarjana Masbuk, Masbuk ra popo
sing penting ngguanteng.
(Foto By. Wawan.2014)
“Perjalanan Ini adalah hadiahnya”...
‘Perjalanan’-nya Men, bukan ‘tempat dimana tujuan’
perjalanan itu berakhir. Bukan ‘Wisuda’-nya Meen!! Tapi proses bagaimana wisuda
itu terjadi. Proses men!!! proses!! Bagi beberapa orang, membicarakan proses
itu sangat enggak penting. Sangat enggak penting banget malah. Kalian bisa mengerti apa yang aku maksud? Perjalanan untuk
berada di tempat ini sangat terjal. Mengubah banyak hal, meninggalkan jejak
disana-sini. Bertemu dengan berbagai banyak orang. Terluka, jatuh cinta,
bahagia, bahkan tersenyum kecut karena beberapa kegagalan yang tak terlupakan.
Intine, Dadi sarjana seni kui biasa ae, rosone koyo nglamar bojo terus entuk respon positip soko mertuo. jarene sih ngono.
Mujix,
buat yang penasaran,
Rambut kribonya aku iket, mau di sembunyiin enggak ada tempat,
alhasil nglewer gituh dibawah blangkon.
Simo, 30 Agustus 2014