30 September 2014
Mak jegerrrrr!! Tiba-tiba aja udah akhir bulan September
2014. Bulan ini aku belum nge-post
apapun di blog, jarang nge-tweet, dan
hanya sesekali nyetatus di Facebook, pie
jal? Ora pie pie sih. Hihihihi.
Saat ini aku sedang menikmati karir impianku sebagai komikus. Beberapa project
komik tengah menunggu untuk diselesaikan. Up date terbaru adalah proses
pengerjaan Bab 2 dari komik The Proposal yang makin aduhai. Udah nyampe coloring lhoooh, hitam putih gituh,
sesekali main screentone.
Bab 2 hari
ini sudah selesai dicoloring semua, ada beberapa panel yang belum aku isi latar
belakang. Nungguin nemu warnet atau modem buat browsing gambar Kota Cirebon, Wonogiri, dan Jakarta. Sebulan
kemarin (tepatnya beberapa hari sesudah wisuda), aku berkomitmen dengan banyak
hal. Misalnya jam kerja, aku mengerjakan komik biasanya start jam 9 pagi dan
segera aku akhiri jam 12 malam, hampir 11 jam aku bekerja, efektif bekerja
mungkin hanya sekitar 8 jam. Tidak boleh
minum kopi hitam di malam hari, mencoba
untuk tidur, bangun, makan di jam
yang sama. Susah sih, tapi aku benar-benar mencoba untuk berkomitmen.
Ngomongin soal komitmen, aku jadi teringat dengan job
illutrasi cover minggu kemarin. Semenjak lulus kuliah aku mencoba untuk lebih
tegas dalam menerima tawaran pekerjaan, namun dua minggu yang lalu ketegasanku
tiba-tiba gak jelas di mana rimbanya. Klienku awalnya membicarakan tarif dan
desain yang jelas, namun semuanya berubah total saat pengerjaan berlangsung.
Tarifnya hancur, dan briefnya acak adul. Selama beberapa hari aku terjebak di
pekerjaan yang sangat menyebalkan. Titik
klimaks stressku akhirnya berujung kesebuah diskusi imajiner mengenai komitmen.
Aku diam beberapa jam, menghela nafas panjang, sesekali
berpikir bahwa klien tersebut benar-benar
sangat Kampret. Setelah termenung beberapa jam aku akhirnya memahami
bahwa solusi yang paling logis dari permasalahan itu adalah ‘Melanjutkannya
sampai selesai’ atau ‘Menghentikannya saat belum selesai’.
Aku memilih opsi pertama. Mengurangi keluhan dan menahan
diri untuk menikmati pekerjaan tersebut. Setidaknya aku masih berada di zona
yang aku kuasai yaitu menggambar. Perlahan namun pasti pekerjaan itu akhirnya
selesai, tentu saja setelah beberapa kali mengalami Trial dan Error di
sana-sini.
Dari pekerjaan itu aku belajar banyak hal, salah satu yang paling
keren adalah mengenai ‘perluasan zona nyaman’.
Pekerjaan yang aku benci, sesuatu hal yang tidak berjalan
lancar, minimnya fasilitas, mobilitas untuk berpindah yang masih kacau dan
tentu saja tekanan stress adalah ‘benda-benda’ yang bisa memperluas zona nyaman
apabila dihadapi dengan kepala dingin. Beneran, kepala dingin dan disertai
dengan semangat antusias untuk belajar hal-hal yang baru.
Beneran, minggu-minggu ini isiya cuman belajar hal-hal yang
baru melulu. Seminggu pertama dibulan september aku habiskan untuk membuat
pinsil bab 2 dari komik ‘The Proposal’. Di bab ini aku belajar untuk tidak
menggunakan balon narasi untuk penceritaanya, yup, enggak ada narasi dan hanya
permainan adegan demi adegan. Hal ini sangat bertolak belakang dengan gaya
penceritaanku biasanya yang suka banget mengumbar narasi di setiap panelnya. Selain
gaya penceritaan, di bab ini aku mencoba untuk fokus ‘menghargai’ setiap tokoh
yang aku gambar. Bukan hanya para pemain utama, namun karakter figuran yang
nongol di sepanjang cerita. Kadang aku suka iseng menyelipkan karakter terkenal semacam ‘Albert Einstein’. ‘Lady Gaga’,
hingga ‘Sanasuke’ dari komik 'Lemon Tea'. Eh Sanasuke apakah adalah karakter komik terkenal? Iya dong,
komiknya sangat terkenal karena belum kelar padahal udah dikerjain sejak tahun
2010. Wah mau nyaingin Nyonya Meneer
yang merk jamu itu dong. Bwahahaha!
Minggu kedua dibulan september habis buat mengerjakan projek
ilustrasi yang sudah aku singgung di paragraf dua, dan projek membuat peta
Mojokerto. Dua projek itu berupa investasi yang uangnya belum cair dalam waktu
dekat. Byuuh, uripku ra karu-karuan
tenaan. Hahaha
Dua projek absurd itu alhamdulilah sudah kelar, saat ini
sedang menunggu brief kedua dari peta batik store dari mojokerto. Katanya sih
belum komplit gitu, terserahlah. Minggu ketiga dibulan September ini aku
habiskan buat meninta komik The Proposal Bab 2. Dari projek komik ini aku makin
yakn, bahwa meninta komik itu lebih sulit daripada membuat pinsilnya. Itung-itungan
yuk. Saat proses pinsil ,dalam satu hari aku bisa menghasilkan 4 sampai 6
halaman. Kalo sedang mabuk bisa
sampai 8 halaman. Jadi pinsil satu bab
komik berjumlah 30 halaman bisa aku rampungkan dalam 5 sampai 6 hari. Dua hari
sisanya buat foya-foya ngabisin duit di Solo.
Namun kegilaanku mendapatkan jumlah yang sangat banyak itu
enggak berlaku saat memasuki proses meninta. Proses penintaan komik itu
berlangsung sangat dramatis, maksimal cuman bisa dapet 3 sampai 4 halaman. Apalagi
kalo ketemu background yang rumit. Ampun
deh. Satu panel aja bisa ngabisin 5 sampai 6 jam. Ajegile beud
Kabar baiknya, proses penintaan itu sudah selesai 90 %. Ada beberapa
gambar yang aku tunda dulu karena kendala foto yang belum komplit. Iyah, jadi
sekarang aku suka gambar background pake
foto gitu. Biar detailnya dapet dan tentu saja menghasilkan suasana maknyuuus
buat pembaca. Ahihihi, gak rugi deh kalian ngefans sama aku. Pokoknya muaknyuus.
Eniwei saat proses penintaan kemarin aku sempet demam 3
hari. Hal-hal semacam kepala kliyengan, pilek,
hidung meler, bersin melulu ampe gemeter
gara-gara panas dingin semuanya komplit mewarnai perjuanganku dalam
menyelesaikan komik ‘The Proposal’ Bab
2. Mungkin aku terlalu ngongso dalam beberapa minggu ini tanpa menghargai
pencapaianku itu dengan sepantasnya. Maafin aku ya, diriku sendiri! Kamu keren
banget kok. #sambilMenepukPunggungDiriSendiri
Hari ini adalah akhir dibulan september. Komik The Proposal
bab 2 sudah sampai tahap lettering. 3
hari kemarin adalah proses pemberian warna dan tone, baru aja kelar hari sabtu
kemarin terus langsung aku tinggal cabut ke semarang. Gituh, mainnya ke
Pelabuhan Tanjung Mas sambil liat kapal laut. Ah jadi inget lagunya Didi Kempot
yang ‘Stasiun balapan’. Eh, apa sih, geje banget, yang ‘Tanjung Mas Ninggal
Janji ‘ lah. Piye toh. Bwhahahaha!
Terus ngobrolin apa lagi yah? Oh iya soal hape, hapeku baru
aja rusak (lagi), slot untuk pengisian listriknya mendadak patah gituh,
kampretnya lagi aku enggak punya cadangan hape. Ini sedang bingung nyari
solusinnya. Kegalauanku komplit sudah, hape rusak, pulsa hampir abis dan
terjebak masa tenggang, kangen mantan, mantan gebetan. Ah sudahlah. Kalo kangennya
sudah akut, suka terjadi fenomena-fenomena ganjil. Misalnya, telinga mendadak damai saat
mendengarkan Dangdut koplonya O.M Sera ata O.M Sagita. Suka galau ketika
nyetel radio karena ngedengerin salam-salaman buat pacar-pacarnya
dari para pendengar . absurd men, tak bisa dilogika, seperti lagunya Agnes
Monika feat Didi Kempot, yang berjudul ‘Tanjung Mas ini kadang-kadan tak ada
Logika’. Ciye yang mau nglucu tapi gak
lucu, ciyee-ciyee. Tapi kangennya beneran kok, suweer. Beberapa kali doi datang
didalam mimpiku sambil ngelakuin hal-hal yang enggak penting. Semacam nyengir
kuda gitu terus ngilang mendadak deh. Kampret!
Disela-sela proses coloring komik, aku menyempatkan diri
untuk membalas kartu posnya Regina Sari Dewi. Dua bulan yang lalu dia mengirimi
aku sebuah kartupos bergambar roket ala pixel
art gitu, lengkap dengan kutipan aneh berbunyi ‘May The rocket spirit be
with you’ yang artinya ‘ yen aku kangen
kowe aku kudu piye’. Bwahahaha ora lah, artine ora koyo ngono kui.
Doi aku kirimin kartupos bergambar ‘Amed dan Regina’ sedang
naik ayam goreng berbentuk roket (atau roket berbentuk ayam goreng?) menuju
bumi dengan gaya gambar kartun menggunakan media pinsil warna yang unyu. Iya,
aku kerjain manual, soalnya bingung harus nge-print kemana. Aku enggak rela kalo harus ke Solo cuman buat nge-print satu lembar kertas berukuran Postcard. hahaha.
Oh iya, maaf kalau beberapa minggu ini aku jarang up date blog. Bukannya sok sibuk atau
gimana sih, hanya saja minggu-minggu ini aku benar-benar repot ngejar deadline
komik ‘The Proposal’ dan kerjaan-kerjaan yang lain, masih freelance sih. Jadi komikus
di desa itu lebih sering dikira pengangguran daripada pekerja kantoran,
beneran. Entah sudah beberapa banyak orang dikampung yang bilang ‘Kok di rumah
dan enggak kerja?’. Sakitnya itu kayak nemu mantan pacar yang ternyata sudah
punya pacar baru. Aku akan mencoba untuk menulis sesering mungkin, minimal
menceritakan kehidupanku yang ajaib ini. Bwahahaha.