Mas Mujix yang sedang bekerja keras
dengan modal mimpi besar yang belum tercapai.
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
Bekerja keras itu bekerja yang seperti
apa? Saat aku masih kelas 1 SMA, definisi bekerja keras adalah suatu kegiatan
dimana seseorang yang bekerja dari pagi sampai sore demi mendapatkan uang
dengan bermandi keringat.
Iya harus mandi keringat, basah-basah sedikit
mengkilat dengan nafas terengah-engah gitu. Jadi, jenis-jenis profesi para ‘pekerja keras’
yang dekat dengan pemahamanku saat itu adalah tukang becak.
Ketika dulu aku hobi bersepeda onthel ke Gladak buat nyari
buku bekas, aku sering bertemu dengan bapak-bapak tua yang mengayuh becak dari
Pasar Klewer entah menuju kemana. Terkadang aku takjub melihat seberapa mereka
perkasa mengantarkan penumpang dengan bawaan yang sangat banyak. Bapak-bapak
tua itu berkeringat dan terus menggenjot sambil berlalu melewatiku. Aku hanya
tercenung. Bapak itu benar-benar bekerja keras.
Hari ini aku berumur 26 tahun, sebentar lagi menuju ke usia
27 tahun. Sudah satu dekade aku terus hidup dan belajar banyak hal semenjak
saat itu. Pemahamanku tentang ‘bekerja keras’ sudah bergeser menjadi lebih
rumit. Rumit dengan berbagai perbandingan baru tentang dunia kerja. Secara
garis besar semua profesi yang tercipta di dunia ini bisa dibagi menjadi dua
kubu.
Kubu pertama adalah profesi yang mengandalkan kekuatan
fisik. bapak-bapak tua yang mengayuh becak dari Pasar Klewer insyallah termasuk
kubu yang ini. Kecuali kalau ternyata Bapak-bapak tua itu CEO dari perusahaan
kondang yang refreshing sebagai tukang
becak.
CEO perusahan kondang itu misalnya Mark Zuckerberg. Pencipta
jejaring sosial bernama Facebook ini mempunyai pola kerja yang cukup
mengerikan. 45 sampai 50 jam dihabiskannya untuk meningkatkan performa
perusahaan. Bahkan durasi tersebut berlangsung hampir bertahun-tahun semenjak
situs ini pertama kali berdiri di kampus Harvard.
45 sampai 50 jam dalam seminggu, dan minggu-minggu itu terus
berulang hingga bertahun-tahun habis di depan meja komputer. Apakah menurutmu
Mark Zuckerberg telah bekerja keras?
Oh. Tentu saja tidak. Bekerja di depan komputer itu bukan
bekerja keras. Berbasah-basah dengan
kulit sedikit mengkilat dan nafas terengah-engah gara-gara kelelahan di depan
computer, itu sangat jarang terjadi. Kecuali kalian ngerjain skripsi di warnet
sempit yang tidak ada AC-nya pada siang hari, atau kecuali pemahaman kalian
tentang bekerja keras sama pemahamanku saat SMP. Kalau itu sih aku percaya. CEO
perusahan kondang ini ternyata salah satu kubu dari profesi yang mengandalkan
kekuatan non fisik.
Bahasa gaul untuk ‘bekerja keras’ bagi kubu ini adalah
S.M.A.R.T.
Apa itu S.M.A.R.T.? sebentar-sebentar. Aku buka catatan
dulu.
S.M.A.R.T. merupakan singkatan dari lima istilah yang
dijadikan pegangan para CEO perusahan kondang.
Orang-orang semacam Mark Zuckerberg, Bill Gates, Steve Jobs, dan semua
sosok keren yang kamu tahu pasti memiliki banyak kemiripan dengan istilah ini.
S.M.A.R.T. adalah singkatan dari Specific, Measurable, Attainable, Relevant, dan Timely.
Specific. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan
kejelasan dari target yang ingin dicapai. Semakin jelas dan detail suatu target
maka akan semakin berpeluang bisa dilaksanakan. Sebagai contoh, target yang
terlalu umum itu: ‘Aku ingin jadi orang sukses’, nah target yang cukup spesifik
itu misalnya: ‘aku ingin jadi orang sukses dengan menjadi komikus professional dengan
penghasilan sebulan 50 juta’.
Udah tau mau ngapain dan gimana.
Walaupun sebenarnya juga masih terlalu umum :p
Measurable atau dalam bahasa Indonesia artinya terukur. Nah,
kalau targetnya udah jelas, baru deh kita main hitung-hitungan dengan logika.
Jadi orang sukses dengan menjadi komikus professional dengan penghasilan
sebulan 50 juta, mungkin gak sih? Untuk beberapa orang jawabannya sangat
mungkin. Namun kemungkinan itu harus dibayar dengan harga yang pantas. Harga
yang pantas itu berupa kerja keras dengan mencurahkan banyak waktu, tenaga,
uang bahkan perasaan.
Berapa lama dan berapa banyak target itu tercapai tergantung
kualitas mental sang kreator untuk mencapai target yang Measurable tersebut.
Attainable. Bisa enggak target itu dicapai? Target memang
bisa sebesar apapun. Namun target tersebut setidaknya dibuat dengan serealistis
mungkin dengan mempertimbangkan banyak hal. Sebisa mungkin target tersebut bisa
dicapai dengan langkah yang jelas. Langkah
yang jelas itu bisa dimulai dengan membuat komik.
Membuat komik aja dulu, yang banyak, sebulan satu buku udah
keren banget tuh, syukur-syukur satu buku tersebut bagus dan best seller sampai
cetak ulang 25 kali. Kalau sudah seperti itu, penghasilan sebulan 50 juta mah
gampang.
Relevant. Target yang dibuat usahakan sesuai dan mampu untuk
dilaksanakan. Nah. Ini nih yang biasanya jadi momok para pelaku yang suka
ngarep hasil besar tapi dengan usaha kecil. Seorang komikus yang etos kerjanya
buruk satu bulan bisa bikin satu chapter aja udah bagus banget. Percuma
memiliki target yang bombastis tapi eksekusinya nol abis. Sesuai atau Relevant
bisa diakali dengan menurunkan standar target atau menaikkan proses pengerjaan.
Kalau memang pengerjaannya susah, jalan satu-satunya tentu saja menurunkan espektasi. Okelah kalau
50 juta kayaknya mustahil, bisa deh diturunkan jadi 5 juta.
Membuat komik aja dulu, yang banyak, sebulan dua buku.
Enggak perlu best seller. DP royalti udah nyampe kok 5 juta. Sisa satu juta
bisa buat traktir teman-teman yang bantuin.
Timely. Waktu yang digunakan harus sesuai dengan target yang
dicapai. Sebuah target yang dicapai dengan terlalu lama akan mematikan waktu.
Kebayangkan kalau kalian molor dan males-malesan. Semakin banyak molor semakin
lama target tersebut akan terlaksana. Semakin males-malesan semakin jauh target
yang bombastis itu akan tercapai. 5 poin diatas adalah hal-hal yang harus
dijalani dari para kaum kubu profesi kekuatan non fisik.
Tidak ada yang lebih baik atau lebih buruk dari kedua jenis
profesi ini.
Namun dari kedua kubu tersebut sebenarnya ada benang merah
yang menghubungkan mereka.
Benar merah itu bernama Mimpi Besar.
Benang merah yang bernama mimpi besar itu akan berujung di
sebuah simpul yang bernama kerja keras. Begitulah, kesimpulan postingan kali
ini adalah mimpi yang besar hanya akan tercapai dengan kerja keras.
Dimanapun kubu kalian berada.
Selamat bekerja keras untuk mewujudkan mimpi besar kalian ya Gaes.
Mujix
Postingan ini aku kerjakan
dengan penuh kerja keras
sambil menahan kantu
yang sangat berat. Untung
saja mimpi besarku udah ketemu.
Simo, 4 Oktober 2015.