Antara Aku, Namamu, dan Bang Rhoma Irama
Mungkin malam ini aku kangen kamu. Atau mungkin enggak. Aku
juga gak tahu harus gimana mendiskripsikannya. Tapi. Hari ini sudah dua kali
aku mendesiskan namamu. Pertama kali, Nama belakangmu aku desiskan saat
menguras bak mandi. Saat yang aneh. Aku sendiri juga merasa aneh. Ada hubungan
apa coba, antara nama belakangmu dengan menguras bak mandi. Kedua, aku
mengucapkan nama belakangmu ketika sedang menggoreng telur ceplok. Ini makin
absurd. Oi, seseorang di sana, tolong pake rambut di kepalaku untuk menguras
bak mandi.
Sepertinya jatah postingan ini hanya untuk membicarakan
hal-hal yang sepele dan gak penting. Se-gak penting apa sih? Se-gak penting
adegan ‘seorang cowok berambut kribo rela pergi kehalaman rumah sambil bawa
laptop demi mendapatkan sinyal internet buat kirim email’. Di saat-saat seperti itu aku sangat mahfum
dengan prinsip ‘kadang dunia itu gak adil’. Yah... gak seadil aku me-mahfum-i
“kadang dunia gak adil” juga sih. Eh? Mahfum itu apa sih? Intinya, di desa
guweh sinyalnya banyak. Tapi gak ada yang nyamber ke modem. Entah sinyalnya
yang aneh, atau modemnya yang perlu dibanting. Adegan kerennya adalah aku
berhasil mengirimkan email itu sambil kedinginan menggigil di halaman rumah
pada jam 12 malam. Yes. Aku gak jadi me-mahfum-i prinsip ‘kadang dunia itu gak
adil’.
prinsip ‘kadang dunia itu gak adil’ sempat menjadi momok
Piscine Molitor Patel saat dia terjebak di tengah Samudra Pasifik di atas kapal
sekoci bersama Richard Parker, seekor Harimau Bengala seberat 225 kilogram dan
terjebak selama lebih 7 bulan. Kisah yang sangat awesome. Baru kali ini aku
membaca novel bisa se-excited ini. Buku novel ini karangan Yann Martel. Seorang penulis yang berasal dari Kanada. prinsip
‘kadang dunia itu gak adil’ itu aneh, seperti perjalanan Piscine dalam
menemukan Tuhan dan menemukan cara agar ia bisa diselamatkan. Yah, seaneh aku
gak mood menyelesaikan postingan gak penting ini gara-gara teringat adegan ‘mendesiskan
Nama belakangmu saat menguras bak mandi’. Hey kamu. Iya kamu, kamu tertawa
dong, senyum juga gak papa, pasti seneng ya ketika kamu men-kepo blog ini dan
tahu aku berbuat setolol itu. Nah gitu dong. Kamu manis kok kalo senyum.
Kalo yang meng-kepo aku seorang cowok atau bapak-bapak,
tolong jangan tersenyum.
Jujur. Aku tidak terlalu suka dengan ‘senyuman lelaki’.
Apalagi ‘senyuman lelaki yang sudah bapak-bapak.’
Pokoknya novel itu bagus. Tak usah terlalu banyak diobrolin.
Nanti bakal jadi postingan yang ‘penting’ dan gak membahas ‘hal-hal yang sepele’.
Hal sepele selanjutnya, di bibirku bagian bawah ada sariawan
membentuk lubang ‘crop circle’ yang sangat lebar. Ada dua, dan semuanya besar. Selain
besar, ‘crop circle’ itu membuat lebaran ini kacau. Jadi gak doyan makan. jadi
gak doyan makan, padahal di meja makan ada benda-benda semacam Ketupat, Opor
Ayam, Bakso Kuah, Es Buah, Kolak, Nastar, Hawug-Hawug, Rempeyek, Roti Monde
berkeju yang aduhai, dan berbagai makanan laknat lainnya. Itu gak lucu. Aku sariawan,
sementara banyak makanan yang bisa dimakan. Sial. Padu wae!!
Banyak orang bilang, sariawan disebabkan kekurangan vitamin
C. Apa benar? Padahal pada saat tanda-tanda ‘crop circle’ yang biadab itu mau
muncul, aku sudah ngemil Jeruk, Vitamin C tablet, dan YOU C 1000 tiga botol. Kurang
apa coba?! Perlu aku ngemil kulkas sekalian gituh?! Dan kalian apakah tahu,
penyebab lain sariawan kecuali kekurangan vitamin C. Penyebab ajib yang aku
ketahui setelah googling -pake modem yang lemotnya mirip keong mau berak-
adalah Stress.
Iya. Penyebab sariawan adalah stress.
Iya. Sama dengan judul lagunya Bang Rhoma Irama.
Iya, Yang ada liriknya ‘obatnya iman dan taqwa’ itu. Jreeeeng
cuiiiiing #suaramelodigitar
Heran. aku gak kaget kalo stress bisa bikin stroke. Tapi ini
Aku baru tahu kalo stress bisa menyebabkan sariawan.
Kaget bener. Bayangin coba.
Tiba-tiba ada temenmu datang sambil bawa skripsi yang belum
kelar, terus pegang kepala sambil omong “skripsiku belum kelar broh, padahal
masih harus ngerjain laporan magang dan ngejar pinsil komik buat komik
penerbit, aku stress broh. Nanti kalo aku ‘SARIAWAN’ gimana??”
“Nanti kalo aku ‘SARIAWAN’
gimana??”
Gimana apanya broh? kalo sariawan gara stress ya diobatin
broh. refreshing kek (oh iya, Ingatkan aku untuk besok bisa refreshing pake
videoklipnya SNSD). Di obatin stressnya biar gak sariawan. Harus dimulai dari
ngobatin sariawannya dulu. Takutnya nyebar ke otak menjad stroke seperti
tetangga sebelah.
di kampungku ada tetangga yang sakit stroke gara-gara
stress mikirin duit buat pencalonan lurah. Lebih parah dari sekedar sariawan di
bibirmu yang berbentuk lubang ‘crop circle’ yang sangat lebar. Semoga cepat
sembuh ya om.
Sakitnya saat stroke atau sariawan gara-gara stress mungkin
buat sebagian orang adalah sesuatu yang jauh dan tak terpikirkan. Itu adalah hal-hal
yang sepele dan gak penting. Tak terpikirkan sampai kita mengalami sendiri.
Ya, apalagi mendesiskan nama seseorang saat menguras bak
mandi atau menggoreng telur ceplok. Itu bukan gak penting lagi. Itu bego. Sebego
seseorang yang sedang jatuh cinta dan ingin memporakporandakan dunia dengan perasaannya.
Tapi bagiku mendesiskan nama dia itu sangat penting.
Apalagi kalau nama yang kau
desiskan itu adalah nama seseorang yang kamu cintai. Sialan. Kenapa malah jadi
sok sentimentil gini sih.
Sentimentil adalah cara terdekat menuju tahap galau. Dan tahap
galau adalah fase yang paling rentan terhadap stress. Dari pada sok sentimentil
dan nanti berkubang di jurang prinsip ‘kadang dunia itu gak adil’, lebih baik menuruti
sarannya Bang Rhoma Irama untuk mencari ‘obat iman dan taqwa’. Agar tidak
sariawan, stroke dan tertular penyakit ‘mendesiskan nama seseorang saat menguras
bak mandi atau menggoreng telur ceplok’. Uoooh.