megamendungkelabu

Selasa, 04 Februari 2020

Dompetku Hilang

Dompetku hilang. Terselip entah di ruang mana di dalam rumah. Ingatan terakhirku aku mengeluarkan dompet itu untuk mengambil uang saat membayar tukang ojek, tiga hari yang lalu. Yes. Berarti selama TIGA HARI tersebut aku benar-benar lupa akan dompet tersebut. Manusia macam apa aku!!?

Aku mencarinya di ruang kerja.
Aku mencarinya di ruang tamu.
Aku mencarinya di kamar mandi.
Bahkan aku sampai membongkar kasur tempat tidur.

Ketemu? Kagak!
Capek? Iyaak!

Dan seperti biasanya. Saat capek aku segera rebahan. Mengumpat dan mengeluh like an ordinary man. Oh sial. Tidur-tiduran saat tak ada jawaban memang menyenangkan. Dan oh sial, dompetku belum ketemu.

What should I do?
Entahlah. Dalam keadaan kalut nan menyebalkan itu aku berpikir banyak hal. Hal-hal baik yang aku lakukan kepada orang lain dengan ikhlas. Maupun yang tidak ikhlas, namun tetap aku lakukan. Dan tiba-tiba aku menjadi manusia yang penuh dengan perhitungan.

Kenapa aku harus berbuat baik kepada orang lain jika balasan dari Tuhan adalah selalu hal-hal yang menyebalkan. Pahala? It's not good to say, but I think 'pahala' is bull shit.

Pikiran negatif terus berkumpul. Membuatku makin capek. Apalagi jika mengingat bahwa aku harus ribet mengurus ATM dan KTP. Sebuah rentetan aktivitas yang melelahkan seperti saat aku kecopetan tahun lalu. Lelah. Dan menyebalkan. Di dalam rebahan yang penuh keputusasaan, mengeluh adalah keniscayaan.

Belasan menit berlalu dalam hening. Suka tidak suka aku harus mengatur rencana selanjutnya. Tidak baik terlalu lama berduka. Dengan penuh enggan aku bangun dari spring bed.

Duduk dengan pandangan kosong menatap lurus ke depan. Terlihat Studio gambarku yang suram, buku-buku komik tertata rapi, laptop yang masih belum sempat aku bereskan, karpet biru penahan dingin, sofa coklat, dengan dompet berwarna biru gelap di bawahnya.

Wait a minute?
Dompet gue!!!??
Dalam hitungan detik dompet itu langsung kuraih.

Anjir, ternyata dompet itu terselip di bawah sofa coklat. Tepat di bawahnya. Aku bahagia. Sayup-sayup aku mendengar Gusti Allah menyindir.

"Oalah Le, lagi tak jak guyon ae koe mumet lan nyepelekne aku!"

Aku agak sedikit malu. Aku jadi ingat celetukan seorang teman, ia bilang, logika Tuhan dan logika manusia itu tidak bisa disamakan.

Jika ada suatu masalah dan logika manusiamu tidak bisa menyelesaikannya, maka saat itulah serahkan semua hal tersebut kepada logika Tuhan. Klise sih, aku enggan mempercayainya. Namun mau bagaimana lagi, setidaknya pendapat itu yang sangat sesuai dengan kejadian ini.

Mujix
Keknya dompet nyelip itu terjadi gara-gara kemarin keponakan main ke kamar. Entah menyenggol atau mindahin barang. Yang jelas, aku tidak meletakkan dompet di tempat seaneh itu.
Simo,11 Februari 2020