megamendungkelabu

Sabtu, 16 November 2019

'Hujan datang tak beraturan
Airnya jatuh membentur jalan
Mereka berlomba tak mau kalah
Untuk segera bertemu dengan tanah'

Puisi tersebut aku tulis di tempat ini. Sebuah masjid cukup mewah di Gentan Sukoharjo. Berbicara sedikit tentang hari ini, hidupku masih blingsatan. Tapi setidaknya agak lebih baik 3000 milyar persen dari beberapa bulan yang lalu.

Minggu, 10 November 2019

Ruang Kosong berwarna abu-abu

Mata lelah dan hati kosong
Pikiran penat lalu tubuh tak berdaya

Leher agak kaku bagai pohon randu
Kaki bersenandung menuju ranjang
Tangan menari mengikuti intuisi
Mimpi berkobar walau pelan

Malam masih diam
Tak ada angin yang bergegas
Aku ingin segera tidur
Melupakan ramainya hujan di pikiran

Pikiran yang tidak berbahagia
Pikiran yang tidak bisa bersuka cita

Sedih itu bagai nafas
Aku ambil satu-satu
Aku buang satu-satu
Namun aku lebih sering mengambil
Daripada membuangnya

Menjejalinya sampai penuh
Hingga seluruh dunia menjadi kumuh

Mujix
Hujan di luar
Hujan di dalam
Sukoharjo, 12 November 2019

Sabtu, 09 November 2019

Addendum

Dulu Hati ini sudah rusak beberapa kali
Pernah menjadi bongkahan batu
Pernah menjadi serpihan abu

Dulu Hati ini sudah hancur beberapa kali
Pernah menjadi butiran debu
Pernah menjadi gumpalan lumpur bau

Sekarang hati itu sudah tak remuk lagi
Separuhnya diperbaiki kamu
Separuh lainnya diperbaiki waktu

Mujix
Lalu saat kamu pergi
Aku menghancurkannya lagi
dengan rasa sepi.
Simo, 9 November 2019