megamendungkelabu

Selasa, 31 Maret 2020

Isolasi Diri

Sudah hampir 17 hari aku berada di rumah. Gara-gara wabah Covid 19 ini aku belum pergi ke Solo. Sebuah kota di mana antitesis stressku bertebaran di sana. Entah bakal sampai kapan berada di rumah.

Namun satu hal yang pasti, aku mulai kelelahan. Rekorku sebelumnya berada di tempat yang sama adalah 14 hari. Saat itu aku sudah hampir gila. Semoga semuanya baik-baik saja. Amin

Mujix
Tetap bekerja, tetap berkarya.
Simo, 31 Maret 2020

Kamis, 26 Maret 2020

BALADA POTONG RAMBUT

Suatu hari di potong rambut Madura. Aku yang saat itu berambut kribo datang sebagai konsumen. Sekejap kemudian sang tukang cukur sudah bersiap dengan senjata andalannya.

Lalu ia bertanya, "Mau dicukur model apa, Mas?"

Aku jawab dong, 'Di pinggir dicukur agak tipis, Mas. Terus di bagian atas disisain agak banyak! Intinya sih sedikit MOHAWK namun gak terlalu frontal!"

Masnya bengong. Sambil menatap nanar rambut kriboku ia berkata lagi, "kalau dicukur CEPAK ala tentara aja gimana, Mas!!?"

Sejak saat itu aku jadi malas potong rambut!

Mujix
Dan sejak saat itu pula aku memotong rambutku sendiri dengan bantuan dua buah kaca rias.
Simo, 26 Maret 2020

Senin, 16 Maret 2020

Tetangga

Mamakku selalu jualan sayur. Baik saat masih di perantauan. Ataupun saat balik kampung di rumah. Di perantauan beliau konsumennya adalah tetangga sekitar. Kanan, kiri,depan, dan belakang. Ada juga sih yang tidak beli sayur di tempat mamakku, namun masih bisa di maklumi. Namun toh, masih banyak tetangga yang 'berbaik hati' melariskan dagangan beliau.

Sekarang Mamak sudah balik lagi ke rumah. Insiden pemicunya adalah meninggalnya simbah, yang secara tidak langsung membuat mamak mudik untuk selamanya. Setelah peristiwa simbah meninggal, keadaan mamak selalu bermuram durja. Sedih. Berduka. Dan itu berlangsung cukup lama.

Setelah hari-hari yang berat, lembar baru harus ditulis kembali. Hanya dalam beberapa saat setelah nafas terhirup, mamakku kembali mencoba peruntungannya lagi. Ada hidup yang terus berjalan. Ada perut yang harus diberi makan. Dan mamakku membangun warungnya lagi.

Bangunan sederhana berbahan bambu dan genteng sisa rumah simbahku sudah disulap menjadi warung kelontong sayur. Pagi-pagi buta, seperti saat beliau di Bogor, mamakku sudah berangkat ke Pasar Simo. Berbelanja sayur mentah dan bumbu-bumbu dapur. Pelanggan pertamanya adalah ibu-ibu paruh baya yang mencari bubur nasi. Setelahnya, hari demi hari mata pencahariannya berfokus di situ.

Waktu berlalu. Warung masih berjalan. Hanya saja tak selancar yang seperti ia pikirkan. Banyak hal yang membuat warung sayur mamakku kurang berjaya. Satu masalah utamanya adalah kurangnya pembeli. Ya. Kampung kami sangat sepi. Tingkat kebutuhan sayur orang-orang desa tidak sebesar penduduk di kota.

Dan satu lagi. Di kampungku sejak pagi sudah didatangi tukang sayur bermotor yang menyambangi rumah demi rumah. Hal tersebut tentu saja berimbas dengan jumlah konsumen yang belanja di warung mamakku. Sedih. Namun suka atau tidak suka warung mamakku sebenarnya dalam keadaan yang selalu hampir tidak mendapatkan keuntungan.

Hal yang paling mengganggu pikiran sebenarnya adalah kelakuan tetangga yang menurut mamakku kurang normal. Entah apa yang terjadi, namun para tetangga disekitarku malah membeli sayur di tukang sayur keliling. Tak ada empati. Tak ada tenggang rasa. Dan mamakku sangat terpukul.

Menyedihkan. Dan sialnya, solusi untuk memecahkan masalah tersebut belum tercetus sedikitpun. Beberapa alternatif penyelesaian semacam 'belajar naik motor' atau menjajakan sayur dengan 'berjalan kaki' sudah tak memungkinkan karena faktor umur. Semuanya sangat menyebalkan. SEMUANYA SANGAT MENYEBALKAN.

Dan kalian mau tau apa yang menarik!? Mamakku masih terus jualan tanpa pantang menyerah. Jualan seadanya. Satu demi satu. Bergerak dan berpikir perlahan sambil terus berjualan.  Keren banget! Akhirnya aku tahu darimana rasa 'pantang menyerah'-ku ini berasal! Semoga selalu diberi kesehatan, kebahagiaan, dan kelancaran rezeki, Mak!

Mujix
Anak lelakimu yang terus berusaha menjadi orang hebat.
Simo, 19 Maret 2020