megamendungkelabu

Jumat, 17 April 2020

14.04.2020

Badai telah berhenti tertahan
Menyisakan daun berserakan di jalan
Adzan maghrib terdengar jauh
Menyentuh hati yang sedang jenuh

Waktu berlalu begitu saja
Tahu-tahu sudah tua dan tanpa daya
Impian masih ada di sanubari
Berkarat menunggu kamu mencintai

Mujix, kumisku makin panjang.
Simo, 17 April 2020

Selasa, 07 April 2020

07.04.2020

Sore ini saat aku pergi ke penampungan air ada yang aneh dengan tubuhku. Lebih tepatnya di daerah antara dada dan perut. Ada sesuatu yang tidak seperti biasanya di sana. Rasanya ada sedikit tekanan yang membuat di daerah tersebut agak nyeri.

Segera aku percepat tujuanku. Yakni ke penampungan air dan menyalakan keran. Air di bak rumah hampir habis. Keran yang  dipakai untuk cuci mencuci sampai tidak ada isinya lagi.

Beberapa langkah lagi menuju bak nafasku mulai tidak teratur. Aku paksa untuk segera selesaikan misi itu dengan terburu-buru. Keringat dingin mulai merembes. Aku ketakutan. Ini adalah kondisi tubuh yang tidak wajar. Mungkinkah aku sakit sesuatu?

Sesampainya di rumah aku melakukan meditasi. Mengatur nafas. Makan kenyang dan segera beristirahat sejenak. Aku agak baikan. Semua baik-baik saja. Lalu aku kembali beraktivitas seperti biasa.

Mujix
Wabah corona belum usai.
Aku khawatir keluhanku di atas dikarenakan penyakit bosan yang menumpuk dan gaya hidup random.
Semoga saja tidak.
Simo, 07 April 2020

Sabtu, 04 April 2020

Bakmi Instan Jowo

Semenjak kemarin grup IKILO ramai. Eh kayaknya tiap hari ramai, ding. Obrolan random itu mengerucut ke Indomie goreng. Aku pengen dong. Ya langsung deh aku beli Indomie. Padahal kalau dipikir-pikir, aku tak terlalu menyukai varian yang ini.

Aku adalah penganut sekte Mie Sedap Rasa Soto. Selain itu merk itu, akan aku pertimbangkan beberapa kali untuk memakannya. Indomie membuat jenis rasa yang samapun tak se'endhes' mie yang itu.

Ya walau begitu, hasratku untuk makan mie goreng tak tertahankan. Bagiku, Indomie Goreng adalah makanan instan yang membuatku bingung gimana caranya agar enak dimakan! Hasil akhirnya selalu gitu-gitu aja yang selalu muncul saat membuat Indomie Goreng sesuai tutorial di balik kemasan.

Becek, lengket, rasa menggumpal di beberapa sudut, hingga telur rebus yang harus hancur saat mengedepankan pemerataan rasa. Udah kayak negara aja, anjir. Gitu-gitu mulu. Dan aku nyerah. Indomie Goreng udah aku coret dari catatan makanan kegemaran.

Nah, demi menghindari makan mie instant yang keseringan, muncullah kebiasaan baru bernama jajan. Kalau dalam bahasanye orang Jawa 'keplek ilat'!

Aku sering jajan makanan saat berada jauh dari rumah. Entah itu soto, nasi goreng, dan lain-lain. Aku sangat suka bertemu penjual yang menjajakan makanannya dengan dimasak di tempat. Kenapa? Soalnya bisa liat mereka cara bikin makanannya.

Di suatu malah yang lapar ku keluar mencari makanan. Nemu deh mamang-mamang penjual nasi goreng. Keknya sih gak bawa hendy talkie. Aku pesen Bakmie Goreng. Saat beliau masak aku berdiri di sampingnya mengamati chef jalanan itu beraksi.

Setiap beliau memasukkan bahan ke wajan aku selalu menerka-nerka. Itu apa ya? Tadi keknya bawang putih deh. Lho bakmie goreng ternyata gak cuman digoreng. Bla.. bla.. bla.. gitu terus. Ampe makanan yang aku pesan udah jadi.

Langsung aku makan, kenyang dan biasanya terlupakan. Setidaknya hingga hari ini, hari di mana aku membeli Indomie Goreng.

Baiklah, Indomie goreng sudah di tangan. Aku langsung membayangkan hasil akhir makanan ini yang becek, lengket, rasa menggumpal di beberapa sudut. Hiek. Menyebalkan. Lalu aku tiba-tiba kepikiran dong soal mamang-mamang minggu lalu yang masak bakmi goreng. Gimana kalau tekhnik yang ia gunakan itu aku terapkan di Indomie Goreng ini!? Seems legit!

Langsung aku embat bumbu dapur! Bawang merah, putih, cabai, loncang,  merica, garam dan sebungkus Royko buat jaga-jaga kalo rasa masakanku ancur.
keknya aku juga membutuhkan daun sawi. Semua bahan sudah siap. Saatnya masak.

Jumat, 03 April 2020

03.04.2020

Sudah tiga jumat berlalu di rumah. Yang artinya aku memecahkan rekor 'bisa berada di satu tempat yang sama selama dua minggu'. Wabah Covid 19 mengajarkan ilmu bijak bahwa kehidupan biasa yang selalu berjalan random adalah yang terbaik. Namun, aku tak terlalu kaget. Aku selalu memiliki hidup yang terbalik-balik sejak dulu kala.

Hari ini akhirnya aku mengambil keputusan penting. Sebuah pesan tentang keluhanku akan gaji yang tidak sesuai dengan tuntutan kantor telah aku kirimkan. Solusi paling buruk, aku bakal resign dari kantor. Dan yah, aku tak terlalu kaget. Aku selalu memiliki hidup yang terbalik-balik sejak dulu kala.

Gara-gara semua hal random tersebut aku sering mempertanyakan eksistensiku terlahir di dunia. Hari ini. Detik di mana aku hidup, tak tampak sebersit matahari yang bisa aku rasa sinarnya. Semua hitam, gelap, dan dingin. Namun anehnya aku masih bisa menjalani hari ini dengan lancar.

Misalnya, mengerjakan microbloku terbaru yang berjudul #KelasKomikMujix. Kali ini bakal membahas mengenai alat gambar digital dan sejenisnya. Bertahan sampai kapan? Entahlah. Namun setidaknya kontenku kali ini memiliki impresi yang bagus di khalayak ramai.

Mataku sudah mulai berat. Sialnya aku masih ingin menulis, ingin nonton anime, dan makan Indomie goreng.

Mujix
Nothing to lose!
Niat tulus!
Simo, 03 April 2020