megamendungkelabu

Rabu, 24 April 2013

Tempat itu dan Kamu


Tempat itu berupa tanah lapang sedikit berbukit dengan ilalang-ilalang berwarna kekuningan. Terletak di pinggiran kota, jauh dari hiruk pikuk dan keramaian manusia. Dari tempat itu yang terlihat hanya langit luas terhampar menaungi cakrawala. Teduh, damai, dan mengingatkanku untuk pulang ke rumah sesegera mungkin. Beberapa hari ini aku sering melihat dia disana. 

Dia menghabiskan seperempat jam hanya untuk diam dan terus memandang sesuatu di ujung langit. Sesekali aku duduk di sampingnya, bersama kita menghabiskan senja dalam diam hanya untuk melihat matahari yang tinggal sepotong hilang di telan malam.

Tak ada obrolan. Kita berdua hanya terus hening tanpa saling mengenal satu sama lain.

Aku dan dia berpisah berbeda arah Ketika langit mulai membiru dan bersenandung tentang mimpi. Kadang kala aku menoleh kebelakang, melihat  Dia berjalan menembus ilalang dan membias bersama embun. Hilang entah kemana. Meninggalkanku sendirian di tanah lapang sedikit berbukit dengan ilalang-ilalang berwarna kekuningan.

Sekarang dia tak pernah ke tempat ini lagi, tak ada yang tersisa sedikitpun. Raut wajahnya yang berbinar ketika melihat matahari di ujung langitpun entah lenyap dimana. Sekarang tak ada siapapun di sini. Wanita-wanita yang lain hanya berdiri sejenak, memetik beberapa ilalang kemudian pergi. Beberapa lainnya hanya memandangku dari kejauhan dan tersenyum. 

Sisanya pergi begitu saja tanpa menoleh menuju pinggiran kota yang hiruk pikuk penuh dengan keramaian manusia

Tak ada obrolan. sendirian hanya terus hening mencoba saling mengenal satu sama lain dengan diriku sendiri.

Kamu datang tiba-tiba tanpa rencana.
Menari kecil dan berputar di sekitarku sambil berseandung tentang elegi esok pagi.
Kamu menepuk pundakku dan berkata bahwa tempat ini adalah tempat terindah yang pernah kamu temui.
Aku hanya diam dan terus memandang tempat dimana seseorang telah membias bersama embun.
Kamu duduk di sampingku, tersenyum, kemudian bersandar di bahuku.

Tak ada obrolan. hanya ada aku dan kamu hanya bersenandung kecil. 

Hingga Beberapa hari terlewati.
Sepertinya memang masih ada kebahagiaan yang sederhana disana.

Mujix
sepertinya kisah cinta yang
menggantung dan gak jelas seperti ini
masih menjadi favorit di dalam komik
maupun film.
Solo, 23 April 2013

Drunken Biker

“MAS!!!! AWAS DI DEPAN SEPEDA MOTOR!!!!”
Aku berteriak dengan muka pucat sambil mempererat pegangan tanganku di pundaknya. Pemuda memutar stang itu kekanan dan mengerem dengan tiba-tiba. Motor yang kami kendarai hampir saja terpelanting ke tengah jalan. Suasana mendadak hening, kemudian dia tertawa dengan penuh kegilaan ala Joker di film Batman Dark Knight.

“HIKS!! TENANG SA..SAJA MAS!!! PASTI AMAN KOK KALO SAMA SAYA.. HIKS!!!”
Sialan, bagaimana bisa tenang kalau masih terjebak satu kilometer bersama pengendara mabuk seperti kamu, pikirku.

“SHANTAII… SAJA MASH!!! AKKU ORANGNYAAH BAIK HIKS… KOK HIKS!!!”
Oke. Aku juga orang baik, karena kebaikanku jugalah akan kuceritakan awal mula kejadian yang membuatku berteriak dengan muka pucat gara-gara hampir terpelanting ketengah jalan bersama pengendara mabuk ini. Perjalanan Horror itu belum berakhir.

“AYOO MASSH!!! NAIK LAGIIIIH HIKS….”
Oh Tuhan, skripsiku belum kelar dan masih ada jatah nikah yang belum terlaksana.


***

Beberapa jam yang lalu, di jalan Soepomo, Punggawan, Surakarta. Di sebuah Jalan lurus berjarak 500-an meter.  Apabila di musim yang tepat, kalian akan melihat ‘bunga sakura’ berwarna kuning berguguran di malam hari.

Hari ini sabtu malam, orang-orang yang TIDAK berstatus jomblo dan yang merasa hidupnya bahagia karena cinta menyebutnya ‘Malam Minggu’. Kenapa aku menyebutnya sabtu malam? Apakah karena aku jomblo dan merasa tidak… ah… lupakan, aku sedang tidak mood membahas hal itu dalam postingan ini. Intinya, sabtu malam ini menjadi sabtu malam yang cukup berat bagiku. Kalian tahu kenapa? Yang pengen tahu mana suaranyaaaaaaah!!!? Luarrh biasyaaaah #langsung berpose ala ariel peterpan.

Beberapa kali aku melewati jalan ini, namun ‘bunga sakura’ berwarna kuning berguguran di malam hari tak pernah lagi terlihat. musim hujan bukanlah musim yang tepat untuk  melihat ‘bunga sakura’ berwarna kuning muncul. Musim hujan musim yang paling tepat untuk bercumbu rayu dengan istri dirumah. Kalau tidak punya istri? Silahkan bercumbu rayu dengan kulkas di rumah. Kalau gak punya kulkas? Nyemplung laut saja sana. Yang tidak punya kulkas mana suaranyaaaaaaah!!!? Luarrh biasyaaaah #langsung berpose ala ariel peterpan sambil nyemplung laut.

Aku dan musim hujan adalah sahabat karib yang saling membenci untuk mencinta. ada ribuan kisah tentang hujan yang hanya bisa aku ingat apabila berjalan beriringan di tengah hujan gerimis seperti malam ini. Aku berjalan cepat dan terburu-buru agar segera bisa sampai di daerah Pasar Depok. Iya, pasar dimana banyak orang berjualan burung. Di tempat kontrakannya Bang Arumania. Segera sampai disana dan segera bisa beristirahat. Perpindahan kontrakan yang semula berada di daerah Punggawan dan kini berada di daerah Depok, otomatis membuat segala alur mobilitasku berubah. Banyak hal yang aku harus perhitungkan agar semuanya bisa terselesaikan.

Oh Man…. masih ada satu kilo lagi agar aku bisa mencapai kontrakan. Aku terus melangkah melintasi jalan Soepomo yang cukup ramai malam ini. Ada hal-hal yang bisa kamu lihat secara mendetail ketika kamu berjalan kaki. Salah satunya adalah ternyata kota ini untuk beberapa tempat tak terlalu bersahabat dengan pejalan kaki. Sering kali aku melewati jalan-jalan trotoar yang beralih fungsi menjadi kios-kios rokok atau warung makan. Belum lagi area parkir liar yang kadang tidak hanya memakai trotoar tetapi juga memakan jalan raya. Semua itu memaksa pejalan kaki ‘ganteng’seperti diriku ini untuk sekedar minggir ketengah jalan untuk bisa melewati tempat tersebut.

“BRUAAAAKH!!!”
Aku tiba-tiba mendengar suara benda jatuh tak jauh dari tempatku berjalan. Aktifitas mengamati trotoar dan hak-hak pejalan kaki tentu saja terhenti seketika. Beberapa detik kemudian menggeliding sebuah helm berwarna hitam. Aku segera mengambil benda tersebut dan beberapa detik sesudahnya di depanku berhenti sepeda motor berwarna biru.

Pengendara bermuka gak jelas itu menoleh. Benar-benar gak jelas, soalnya aku ngumpet di balik pohon sambil kayang. Pengendara itu kira-kira berumur 30-an. Berpakaian ala mas-mas di pinggir pasar yang biasanya berjualan alat-alat kesehatan sambil megang ular kobra. tahu kan maksudku? Itu lho yang kadang kalo berjualan suka ‘presentasi’ khasiat empedu ular kobra buat keperkasaan pria. Belum tahu? Coba deh main ke Pasar Depok saat minggu pagi.

Kembali ke pengendara bermuka gak jelas.

“WAAH!!! MATURNUWUN YA MAS!! SUDAH DIAMBILKAN HELMNYA HIKS!!!”
Sekarang mukanya udah jelas. Soalnya aku sudah gak ngumpet lagi. Pengendara motor itu berkata cukup keras dan mengambil helm tersebut dari tanganku.

“Sama-sama pak” aku berkata seperlunya dan segera melanjutkan perjalanan sambil naik elang. Eh, bukannya tadi aku jalan kaki? Ah iya. Tadi kan emang jalan kaki.  Pengendara tersebut memacu kendaraannya dengan sempoyongan, meninggalkan diriku yang rencananya naik elang namun kemudian ternyata jalan kaki.

Dia tiba-tiba berhenti 20 meter di depanku. Ada apa gerangan? Apakah masih ada barang yang jatuh, begitu pikirku.

“MAS!! AYOOH SAYAH ANTERIN, MASNYAH MAU KEMANAH!!” dia berkata seperti kawan lama yang tak pernah bersua.

“AH… saya cuman mau ke Depok kok, silahkan aja duluan” aku menolak dengan halus.

“AYOOOH, SAYA JUGA MAU KE DEPOK AKU BONCENGIN SAMPAI SANA YHAAA….” Pengendara itu sedikit memaksa.

“Tidak usah Mas, di tinggal aja gak papa…” aku kembali menepis ajakan tersebut. Aku sedikit khawatir kalau dia seorang penculik yang mengincar cowok-cowok kharismatik buat dijadikan boyband.

“AYOLAAAAHHHH NANTI SAYYAH KENALKAN MELODY-NYA JKT48 DEEEEEH…..” aku melotot. Dialog yang ini bohongan. Jangan terlalu dipikirkan.

“MAS!! AYOOH SAYAH ANTERIN” dia memandangku dengan mata berkaca-kaca. Kemudian muncul bunga mawar dimana-mana sambil menari-nari india, ngumpet di balik pohon, lalu muncul dan berkata ‘Kuch Kuch Hotahai’.

Aku berpikir sejenak, bukankah menolak kebaikan itu sama saja menolak rejeki? Bukankah menolak rejeki itu sama saja menolak kuasa Tuhan?

“Oke deh… terimakasih ya Mas”

Aku segera membonceng ‘mas-mas mirip penjual alat-alat kesehatan sambil megang ular kobra’ dengan penuh haru. Aku sering berjalan kaki melewati berbagai kota dan jarang ada yang mau berbaik hati untuk berhenti untuk sekedar memberikan tumpangan.

Masalahmu adalah masalahmu sendiri Jendral!!
Namun Apakah ceritanya berakhir begitu saja? Belum. 


***

Angin malam ini sangat dingin. Bertiup keras seiring kencangnya laju kendaraan ini.  aku memperkirakan dengan kecepatan seperti ini, kontrakannya Bang Arumania bisa dicapai dalam waktu 10 menit. Obrolan basa-basi ala pengendara motor akhirnya terjadi. Semuanya berjalan wajar, hanya arah laju kendaraan yang kadang terlalu tengah atau terlalu pinggir tak merisaukan obrolan kita malam ini.
“Asli mana mas?” tanyaku untuk membuka obrolan yang akrab.

“HEEH HABIS DARI SANAH… HIKS” dia menjawab sambil menunjuk kearah belakang. Heh? Dia menunjuk? Apakah stangnya di lepaskan? Tentu saja.

“ohh.. dari sana ya mas. Sekarang mau kemana?” aku kembali bertanya.

“MAU KESANAH… ERR… KEDEPAN SANNAAH…” dengan sedikit limbung. Iya iyalah, kalo naik motor ya ke depan sana lah, masak mau ke belakang.

“Maaf ya mas merepotkan sudah mau memboncengkan saya”

“THIDAK APAH-APAH… KITA HARUS TOLONG MENOLONG HIKS…” pengendara itu menjawab dengan sedikit sengau. Ketika dia berbicara tercium bau menyengat. Aku mengingat-ingat bau apakah ini gerangan. Ini bukan bau ketiak maupun bau naga. Sedikit berbeda, mirip bensin namun berbau sedikit manis.

“SAYYAH SUKA ORANG BAIK, KALO MASSNYAH TADI TIDAK MENGAMBLKAN HELM SAYAH PASTI TIDAK AKAN MENOLONG MAS!! HIKS….” Dialog Ini kok kalau di tulis jadi alay banget? Perduli setan.

Dia mulai meracau.

“HIKS!! KITTAH KAN TIDHAK PERNAH TAHU KAN MAS,, KALAU KEBAIKAN KITHA SUATU SAAT AKAN DI BALAS OLEH TUHAN!!!”
Racauan dan bau menyengat ini mengingatkan aku akan suasana gerombolan seniman nanggung yang tengah berpesta saat pembukaan pameran. Oh damn, sepertinya aku mulai paham situasiku sekarang.

“GAKS PAPAH MASS, SAYA TIDAK MABUK KOK, NIH LIHAT SAJA SAYA MASIH BISA MENAIKI SEPEDA MOTOR… HIKS” dia berkata dengan sangat sengau sambil sesekali menengok kebelakang menyemburkan bau aroma yang cukup menusuk hidung.

Enggak. Kamu memang mabuk.

 Yang bilang kamu gak mabuk berarti dia sedang mabuk. Persoalan kamu bisa naik sepeda motor atau tidak, itu bukan urusanku. Aku sendiri belum mahir naik sepeda motor.Pengendara yang baik hati yang memberikan tumpangan ini ternyata tengah mabuk minuman keras. Yes!! Beri applause yang meriah buat lemotnya daya ingatku ini.

“oh, iya ya mas, ahahahahahahaha” aku tertawa kecut untuk menutupi kecemasanku

Aku panik. Imajinasiku berpikir macam-macam. 

Tiba-tiba teringat adegan dimana pemuda di daerah Bogor tewas gara-gara menabrak pohon beringin lantaran mabuk. Tiba-tiba teringat adegan dimana seorang pria ‘di ciduk’ oleh petugas Satpol PP di karenakan mabuk sambil naik sepeda motor. Tiba-tiba teringat adegan dimana Anwar Fuady yang tengah berperan sebagai om-om tengah mengejar Indah gara-gara ‘kebelet horny’ di sinetron Tersanjung.

“ ahahahahaha… masnya hebat ya… untung masih bisa pake motor ahahahahaha…” aku juga mulai meracau. Semuanya berjalan tidak wajar, hanya arah laju kendaraan yang kadang terlalu tengah atau terlalu pinggir mulai membuatku gila malam ini. 

Tunggu sebentar? Kurasa jika motor hanya sedikit oleng bukan jadi masalah jika pengendaranya tidak mabuk. Mas? Boleh aku loncat sekarang?!


***

Begitulah, awal mula kejadian yang membuatku berteriak dengan muka pucat gara-gara hampir terpelanting ketengah jalan bersama pengendara mabuk itu.

“OKKEH MAS…TENANG SAJJJAH SAYA TIDAK MABUK KOK…”
Hebat. Bau mulutnya hampir membuatku sakratul maut.

“Ahaahahahahah…” Tidak mabuk kepalamu.

Aku sering melakukan eksperimen kecil jika bertemu kawan yang sedang teler gara-gara mabuk. Eksperimen kecil itu berupa pertanyaan simpel seperti ‘siapa namamu?’, ‘berapakah satu tambah satu?’ dan yang lebih ekstrim ‘kamu lebih suka pake celana dalam atau pake boxer?’.

Tentu saja eksperimen kecil ini tidak akan bisa kau lakukan dalam keadaan sebasurd ini.

 “HIKS!! KITTAH KAN TIDHAK PERNAH TAHU KAN MAS,, KALAU KEBAIKAN KITHA INI SUATU SAAT AKAN DI BALAS OLEH TUHAN!!!” dia masih meracau soal kebaikan dan Tuhan. Aku masih menanggapinya dengan tertawa gak jelas entah menertawakan apa.

“SAYYAH SUKA ORANG BAIK, KALO MASSNYAH TADI TIDAK MENGAMBLKAN HELM SAYAH PASTI TIDAK AKAN MENOLONG MAS!! HIKS….”

Dia mengulangi kata-katanya 2 menit yang lalu. Aku masih menanggapinya dengan sikap ‘bingung harus menjawab apa atau sebaiknya aku gampar saja’.

“ ahahahahaha… masnya hebat ya… untung masih bisa pake motor ahahahahaha…”
Oh Tuhan. Ingatkan aku untuk membeli sebotol air putih jika suatu saat akan mengalami kejadian seperti ini.


***

Perjalanan ini walau diliputi rasa was-was dan cemas akhirnya sampai tujuan juga. Aku mendengarkan obrolannya yang kesana-kemari itu dengan penuh perhatian. Pengendara baik hati itu menurunkan aku di depan Pasar Depok dengan raut wajah gembira.  Raut wajah yang kurasa semua orang pernah mengalaminya setelah melakukan sebuah kebaikan untuk orang lain.

“DULUAAANH YAHH MASSH!!! SAYA KENAL PREMAN DI DAERAH SINNIH, KALAU ADA APAH-APAH BILANG SAJJAH SAMA SAAAIAAAH HIKS!!!” oke, nanti aku mention di Twitter. Eh anu. Twitternya apan mas?

Dia berkata seperti itu kemudian memacu sepeda motornya dengan kencang, sambil sedikit oleng tentunya.
Aku berpikir banyak hal saat melihat dia lenyap di tingkungan seberang jalan. Setidaknya dia bukan seorang penculik yang mengincar cowok-cowok kharismatik buat dijadikan boyband. Masyarakat  berbicara tentang baik dan buruk. Kaum terpelajar di sekolah mengajakan soal prilaku. Calon Lurah berambisi berbuat baik untuk kampungnya. Namun ketika mereka bertemu dengan istilah ‘Masalahmu adalah masalahmu sendiri Jendral!!’, jarang yang bisa mengaplikasikan teori tersebut ke dunia nyata.

“HIKS!! KITTAH KAN TIDHAK PERNAH TAHU KAN MAS,, KALAU KEBAIKAN KITHA INI SUATU SAAT AKAN DI BALAS OLEH TUHAN!!!” aku masih ingat ketika dia meracau soal kebaikan dan Tuhan sambil mengendarai motor yang kadang limbung kesana kemari.  

Di luar sana banyak orang diluar sana yang berbicara soal kebaikan. Pengendara mabuk Bagi sebagian besar Masyarakat dan Kaum terpelajar adalah sampah masyarakat.

Namun buatku malam ini,  Pengendara mabuk orang baik hati yang mau untuk berhenti sejenak untuk sekedar memberikan tumpangan kepada orang lain.

Mujix
Hiks!!akkuh gag mabbuk ketika nulis postingan inni koook,
suwweer
Pasar Depok , 19 April 2013




Minggu, 14 April 2013

Retro Man 27B


komik jamstrip dalam rangka event Retro Man. Judulnya 'di buang sayang'. Di upload si Facebook juga rasanya garing banget, udah telat beberapa hari. makanya di unggah di sini saja. Melanjutkan sisipan komiknya Kharisma Jati.  kesibukan mengurus kuliah kemarin menelantarkan beberapa hal, dan halaman ini salah satu yang terlupakan dan baru sempat di edit hari ini. setidaknya dari halaman komik ini aku belajar untuk menyelesaikan apa yang telah kamu mulai dan kamu kerjakan. yak, sukses buat pak Masyur Daman yang telah 50 tahun berkarya :)

Mujix
Bab 5 dari komik lemon tea
sepertinya segera memanas
13 April 2013

Sabtu, 13 April 2013

Lelaki yang ingin terbang

Pria itu terobsesi untuk naik tower agar bisa lebih dekat dengan Tuhan. Dia muak dengan dunia bawah yang ramai, kacau, chaos dan tentu saja acak. dia mempercayai bahwa di ujung tower tersebut ada dimensi yang bernama kebebasan. Akhirnya dia memanjat tower setinggi 15 lantai itu dengan sangat susah payah. semuanya tampak begitu cembung, dunia dunia bawah yang ramai, kacau, chaos  itu  diinjak dengan penuh haru. Kebebasan itu kini ada di matanya, sangat luas, menyebrangi semesta penuh mendung. apakah lelaki itu bisa lebih dekat dengan Tuhan hanya dengan naik tower?  sepertinya bisa, tak perlu dijelaskan dan di perdebatkan. bukankah urusan Tuhan itu urusan yang sangat personal? begitulah... selesai begitu saja.

Mujix
harus segera bergegas
Simo, 13 April 2013

Kamis, 04 April 2013

April Fools


suara sepeda menggelagar dari sepeda motor di depan kontrakan meraung-raung tanpa ampun. Sudah berkali-kali aku terjaga dari tidur akibat bisingnya jalanan di daerah Terminal Tirtonadi. Kontrakan baru ini milik trio ganteng beranggotakan Angga Tantama, Arum Setiadi, dan Iyok Ryo. Mereka adalah orang-orang keren yang sering aku repotkan, mereka adalah makhluk-makhluk absurd yang membuatku tertawa terbahak-bahak akhir-akhir ini.

Ah… ngobrolin tertawa terbahak-bahak, kemarin aku membaca komik lamanya bang Arum yang berjudul Robo Warrior. Komik kecil dari kertas buram dengan gambar acak adut itu di buatnya saat dia masih berusia 12 tahun. Komik yang terinspirasi dari Dragon Ball dan penuh aksi laga yang sangat seru.  Aku dan angga menyebutnya komik terlucu yang pernah dia bikin. Terlalu banyak adegan serius yang mendadak menjadi humor di setiap panelnya. Andaikata komik itu sebuah pertunjukan Stand Up Comedy, maka di setiap halamannya ada puchline yang tak terduga kadang kala muncul. Salah satu adegan yang membuat aku dan angga tertawa ngakak guling-guling adalah adegan ‘tertinggalnya sisir dan tas sang tokoh utama’ dan sebuah jurus dari musuh sangar yang bernama ‘pukulan lumba-lumba’. 
Iya pukulan lumba-lumba. Jika kalian ingin membaca cerita seru Robo Warrior silahkan kontak bang Arum: Arum_mudub 

Bulan Maret menjadi bulan yang paling gak jelas akhir-akhir ini.  apakah terlalu produktif atau malah terlalu banyak galau, aku sendiri bingung. Namun yang pasti untuk bulan maret kemarin aku selalu berkutat dengan buku percerpatan masa depan. Semua agenda job dan berkomunitas aku kurangi demi sebuah benda yang bernama Kampus ISI Solo. Ya, bisa di bilang aku kembali ke fase lama, menjadi mahasiswa yang aktif dan progresif, apalagi setelah kemunculan ‘surat sakti’ yang katanya sebuah pemberitahuan akan sisa semester yang harus di tempuh. 

Aku harus segera berbebenah dan menguatkan banyak hal. Berbagai macam hal seperti proposal, ngurus surat pengantar, kuliah, ketemu dosen, bengong kelelahan di ujung jalan, hingga galau tak berujung, terjadi berulang kali di bulan ini. Apakah ini yang dinamakan unjian pendewasaan manusia? Aku harap memang begitu. Bulan marei ini aku yakin akan menjadi bulan yang penuh pembelajaran. Setelah sempat pusing gara-gara ‘sms’ dari Matahati Studio, akhirnya minggu depan aku memutuskan untuk pergi ke Bogor lagi. Perjalanan ke barat yang kesekian kalinya itu bertujuan untuk menyerahkan proposal magang disana. Iya, iya, paragraph ini masih bertema kuliah yang belum kelar. Selain proposal magang, saat ini aku tengah merencanakan untuk membuat proposal skripsi. Doakan bisa segera selesai ya teman.

Dua bulan lagi kemungkinan kakakku akan menikah, setelah mengalami proses lamaran beberapa bulan kemarin yang alot dan gak jelas. Yah.. kabar mendadak ini baru aku dengan siang tadi, ibuku menelfon menanyakan perihal kabar dan tentu saja semua hal tentang kegiatan apa saja yang tengah cowok kribo lakukan. Kegiatan bulan ini menggila, beberapa kali wawancara denga Koran lokal setempat seperti Joglosemar dan Solopos, Sabtu lusa menjadi juri di Universitas Veteran Sukoharjo, upload Komik mingguan komisi, Workshop komik Kompilasi di SMP Colomadu, minjam buku sana-sini buat persiapan proposal skripsi, membuat komik Lemon Tea, dan tentu saja menata ulang list di Nino Magz, belum lagi kelelahan di jalan gara-gara perjalanan Solo – Simo yang di tempuh dengan angkutan umum. Fiuuh…  semoga semua ini tidak sia-sia dan akan menjadi sesuatu yang keren suatu saat kelak.

Kadangkala ada hari dimana aku merasa sangat kesepian, sudah berjuta-juta malam minggu aku lalui dengan menghadap compie, dan menggambar apapun. yak, kali ini ngobrolin masalah cinta. Akan ada waktu dimana kamu tidak bisa menyemangati dirimu sendiri dan butuh perhatian seseorang. Hey, buat seseorang disana yang sering aku gangguin, kamu sabar aja ya. yah.. hari ini segitu dulu. Disambung postingan depan.

Mujix
semua di dalam hidup dimulai dari
kombinasi tarikan dan hembusan nafas
#filusufamatir
Gilingan, 04 April 2013