Lagu Santai
Bulan Oktober sudah hampir berakhir. Pagi ini aku berada di rumah
menyeduh teh hangat sambil meluangkan waktu untuk sekedar istirahat dan enggak
ngapa-ngapain. Enggak ngapa-ngapain saat ingin ‘enggak ngapa-ngapain’ itu
memang surganya dunia. Satu hari di mana kamu bisa bangun siang, bengong,
kemudian mondar-mandir di genteng rumah sambil memakai celana pendek, terus bengong lagi.
Hmmm... benar-benar hari yang menyenangkan.
‘enggak ngapa-ngapain’ akan menjadi surganya dunia, ketika
kamu udah ‘ngapa-ngapain’ sampai rasanya kayak ‘nerakanya dunia’. Beberapa
minggu ini aku benar-benar sudah paham benar rasanya ‘nerakanya dunia’ gara-gara terlalu banyak
‘ngapa-ngapain’. Banyak ‘ngapa-ngapain’ itu diantara lain mengerjakan storyboard bab 3 komik The Proposal,
mengerjakan 38 ilustrasi buku Tenaga Kerja Indonesia, pulang pergi Simo Solo dalam
hari yang berdekatan, hingga harus terlempar dari satu kota ke kota yang lain
hanya untuk sekedar menghadiri undangan pernikahan.
Minggu lalu, si Hendro menikah. Dia menikah sama calon istrinya. Ya
iyalah. Acaranya malam hari, aku
akhirnya bisa menghadiri acara pernikahan, setelah ada sedikit adegan drama
gara-gara gak ada motor. Adegan drama itu berakhir ketika Cahya Surya datang
dengan motor Mio-nya dengan sangat labil. Dia harus bolak-balik dari Solo ke
Colomadu buat menjemput aku. Lumayan jauh lhoooh. Ketika aku bertanya kenapa
dia mau menjemputku, dia gini jawab dengan muka gak jelasnya: “kita teman
men, kamu udah S.Sn., abis ini kita
pasti bakal jarang ketemu dan sibuk dengan aktivitas masing-masing” Oh, dasar
kampret. Ucapan itu benar-benar quotes of
the day. Hingga hari ini aku sangat bersyukur memiliki banyak teman-teman
yang baik.
Jagongan kedua juga
gak normal-normal amat, aku melancong ke Sragen. Ke rumahnya Agus Tri Akbari,
panggilannya Akbul, di panggil gitu karena badannya gembul. Teman kuliah seangkatan yang doyan tidur
dimanapun dan kapanpun setiap saat. Kayak Reksona. Adegan tidur yang paling epic adalah saat Akbul tertidur saat
mengendarai motor. Kecelakaan dan kemudian dirawat di rumah sakit. Aku enggak
tahu kalau ke Sragen naik motor di siang
hari adalah ‘neraka dunia’ level 45 setelah kehabisan uang di akhir bulan. Ke
Sragen naik motor itu harus bertemu dengan truk-truk gedhe yang biasanya suka
berhenti mendadak. Ah andaikata cinta ke mantan juga bisa semudah berhenti
mendadak kayak truk itu, pasti generasi susah Move On bakal terhapuskan dari muka Bumi.
Selain truk gedhe yang suka labil, aku harus ber-jibaku dengan panasnya jalan raya
Solo-Sragen. Panasnya itu minta ampun Coy, ngeliat gebetan diembat orang aja
panasnya gak gitu-gitu amat. Ya sudahlah, sudah terlanjur diboncengin. Aturan
mutlak diboncengin kan kita harus manut sama
yang ngeboncengin. Aku sampai di Sragen jam 11 siang. Langsung ambil posisi
sambil kipas-kipas pakai tanganya orang sebelah. Buat Mas Hendro dan Mas Akbul selamat menempuh
hidup baru ya. Semoga makin barokah. Doain aku bisa segera nyusul. Nyusul jagongan ke teman yang mau nikahan lagi
maksudnya.
Saat ini aku sedang menunggu sisa gaji dari kerjaan buku
saku TKI. Iya sisa gaji. Alhamdulilah. Memang kalau udah rezeki, endak tahu
kapan datangnya. Kerjaan ini berupa
ilustrasi berjumlah kira-kira 40 gambar. Full
color dengan detail level yang enggak terlalu susah. Sebagian manualnya aku
kerjain di rumah , sisanya aku kerjain di Solo. Waktu di rumah aku mengerjakan
ilustrasi ini dengan sangat brutal. Aku punya penyakit ‘kalo udah nggambar suka
keterusan dan enggan buat istirahat’. Hari itu aku lembur sampai jam 12 malam,
padahal aku mengerjakan gambar itu dari pagi lhoooh. Aku benar-benar
menghentikan aktivitas tersebut saat tanganku sudah gemetar gara-gara terlalu
lelah. Beneran gemeteran gituh. Bersyukurlah untuk aku dan kalian semua yang
bisa mendapatkan uang dari passion. Ketika
orang lain ‘bekerja mati-matian’, kita malah ‘bermain-main riang’. Alhamdulilah
lagi. Semoga aku masih bisa terus bersenang-senang dengan menggambar. Uang dan
popularitas sih bonus.
Storyboard bab
3 komik The Proposal udah kelar. Kelarnya benar-benar penuh keringet dan darah.
Kacau banget pokoknya, bab 3 ini susahnya minta ampun. Otakku beberapa kali
nge-hang dan harus di service ke
Gramedia, ngapain ke sana? Numpang baca buku komik dong. Numpang? Iya numpang
dulu, kalo ada yang bagus dan menggugah hati baru beli. Hehehe. ‘Benda laknat’ itu udah aku email ke editornya. Ini sedang
nungguin konfirmasi dan poin-poin apa saja yang harus direvisi. Semoga aja bisa
segera kelar. Biar akhir Desember atau Januari 2015 udah bisa terpajang dengan
manis di toko buku terdekat.
Bulan Oktober sudah hampir berakhir. Pagi ini adalah hari
kedua aku berada di rumah, aku masih menyeduh teh hangat sambil meluangkan
waktu untuk sekedar istirahat. Namun pagi ini aku mulai ngapa-ngapain, pagi ini
aku sudah merendam satu ember besar pakaian kotor dan beberapa kaos kaki. Mereka
semua harus aku cuci. Di meja kerja sudah menunggu beberapa sketsa dan naskah
komik yang harus aku kerjakan. Beberapa hari kedepan kurasa aku masih bangun
agak siang, nggambar komik, kemudian mondar-mandir di genteng rumah sambil memakai celana pendek, namun yang pasti aku
akan mengurangi sifat bengongku.
Hmmm... benar-benar hari yang sangat menyenangkan.
yang tidak akan kamu
pahami selama kamu
belum melakukan hal tersebut.
misalnya menikah.
Simo, 29 Oktober 2014.