Hello Ghost!
Haeei
gaes!! Apa kabra? Jadi ginih nih, bagi aku, iya akuuuh, Idul fitri ini adalah
idul fitri yang dramatis. Aku berpikir seperti itu setelah melihat tetanggaku.
Iya, tetanggaku. Aku punya tetangga. Aku bukan jin botol yang terperangkap di
tengah gurun Sahara.
Tetanggaku
itu, sebut saja namanya ‘Bunga’, menangis meraung-raung sambil memeluk bapak
saat halal bi halal. Beneran, menangis meraung-raung layaknya kontestan pogram
televisi ‘Masih Dunia Lain’ yang kerasukan roh astral macan tutul. Beberapa jam
sebelumnya, tetanggaku yang bernama ‘kumbang’ juga melakukan hal yang sama. Di
dapur saat dia sungkem dengan nenek, tangisan memecah
heningnya pagi damai di hari nan fitri.
Ada
apa sih idul fitri ini? Kok serba menangis gituh? Hari idul fitri ini yang
harusnya menjadi momen untuk berbagi kebahagiaan antar sesama anggota keluarga.
Harusnya seperti itu, namun untuk beberapa orang, perayaan hari raya Idul Fitri
adalah momen krusial penguras emosi dikarenakan berbagai kejadian di masa lalu.
Sebagian dari mereka adalah superhero yang tegar dalam menghadapi apapun yang
terjadi, sebagian dari mereka yang lain adalah orang-orang biasa yang memasang
topeng ‘baik-baik saja’ dibalik semua masalahnya, dan sisanya adalah
sosok-sosok pemilik jiwa yang rapuh dan bisa patah karena hal-hal yang kecil
namun memorable.
Beberapa
hal memang memorable, namun beberapa hal lain sangat
tragis. Pokoknya sesuatu hal yang bersifat tragis dan memorable sangat mudah untuk membuat seseorang
menangis.
Begitulah.
Aku
juga pernah seperti mereka. Aku juga pernah menangis. Aku manusia biasa yang
hatinya bisa tersentuh karena hal-hal sentimentil. Aku bukan Sun Gokong yang
tidak pernah menangis bahkan saat dia diusir gurunya gara-gara ulah siluman
tengkorak.
Iya,
siluman tengkorak!! Cieeeh, adegan itu memorable bangeeet. Kalian inget enggak sih
ketika Sun Gokong ber-Kagebushin No Jutsu menjadi
banyak dan bersimpuh untuk meminta maaf kepada Biksu Tong (buat yang mengira
nama komplitnya Biksu Tong adalah ‘Tong kosong nyaring bunyinya’, nyemplung ke
laut ajaaaaa!!). Adegan itu epic banget. Sangking epic-nya Bang Arumania pernah
nangis bawang bombay gara-gara nonton serial kera sakti. Nangis bawang bombay,
terus joget-jogetan dibalik pohon sambil nyanyi ‘Chori-chorii,
chupkee-chupkeee’. Eniwei, kenapa aku bisa tahu? Soalnya dia pernah curhat soal
adegan siluman tengkorak. Dia curhatnya joget-jogetan dibalik pohon sambil
nyanyi ‘Chori-chorii, chupkee-chupkeee’.
Anu,
kenapa malah jadi bahas Sun Gokong sama Biksu Tong, sih? Fokus!! Fokus!! Balik
ke tema semula!!! Ciaaaat!!!
Ehem!Idul
fitri ini adalah idul fitri yang dramatis. Enggak dramatis gimana, aku mau
wisuda Men! Itu adalah
adalah (kata ‘adalah’ sengaja dibuat dobel agar terlihat dramatis)
adegan ‘super duper absolutly
awesome keren banget’
sepanjang masa perkuliahan abadiku selama di ISI Solo. Haaah.... (menghela nafas panjang
sambil menatap langit senja) ISI Solo Men!
Ingatanku melesat di masa saat aku lulus SMSR, tau singkatannya? Si Mujix
Sangat Romantis, eaaaa, Kalimat akronim kayak gitu Kalo di twitter
biasanya aku ketik pake Hashtag ‘Ehh’ dan ‘apa sih’.
Banyak
hal yang bersifat tragis dan memorable terjadi dari masa itu sampai
sekarang. Aku adalah orang yang merasa memiliki ‘keteguhan hati’ yang dahsyat
apabila dibandingkan orang-orang lain, maaf, aku memang sesombong itu. Banyak
hal yang bersifat sentimentil dan menyentuh hati namun tidak banyak yang bisa
membuatku bersedih bahkan menangis.
‘Tidak
banyak’, namun ada.
Hal-hal
yang ‘tidak banyak’ namun ada itu terkadang berupa hal-hal konyol dan sepele.
Hal-hal yang ‘tidak banyak’ namun ada itu bisa berupa menonton film drama
Korea, lelucon ‘gak jelas’ saat bercanda dengan teman, hingga ‘telfon’ ortu
dari Bogor.
Hal-hal
yang ‘tidak banyak’ namun ada nomer satu adalah film drama Korea. Sore hari
yang damai dikontrakan Punggawan itu berjudul ‘sesosok komikus amatir ganteng
berambut kribo menangis gara-gara menonton film drama Korea’.
Aku
klarifikasi sebentar, aku enggak suka film drama Korea, saat itu
kebetulan aku ketularan ‘demam Korea’-nya Bang Arumania. Entah ada angin apa
saat itu tiba-tiba di hardisk komputernya Bang Arumania menjamur
puluhan film drama Korea. Catat men!! PULUHAN DRAMA KOREA!! Kalian bisa
bayangin kan, horornya muka Bang Arumania yang kadang sering dikira kuli
bangunan itu mengkoleksi PULUHAN DRAMA KOREA!!! Men! Don’t judge book from the
cover, yang artinya ‘ kalo elo mabuk plis dong jangan ngileer’. Dari
puluhan film drama korea itu akhirnya aku iseng-iseng menonton ‘Hello Ghost’.
Dan iseng-isengku itu akan berakhir dengan bencana kiamat sughro.
Btw
cerita soal ‘dikira kuli bangunan’ itu juga dicurhatkan saat dia joget-jogetan
dibalik pohon sambil nyanyi ‘Chori-chorii, chupkee-chupkeee’. Ah..
.
Kata
om Wikipedia, Film Hello Ghost pertama kali ditayangkan di Korea Selatan pada
tahun 2010 dan menjadi box
office dengan lebih dari 3
juta penonton. Garis besar kisah dari film ini sebenarnya bego banget. Seorang
pemuda galau nekat mencoba kali bunuh diri dengan terjun ke sungai namun gagal
dan akhirnya memiliki kemampuan untuk melihat arwah. Bukan hanya satu arwah,
sekeluarga arwah. Pemuda
yang bernama Sang-man (yang diperankan oleh Cha Tae-hyun) ini
bukan hanya bisa melihat, namun juga berkomunikasi dan bahkan dihantui oleh
sekeluarga arwah di sekelilingnya. Semacam kemampuan para mediatornya program
televisi ‘Masih Dunia Lain’, gituh, bedanya Sang-Man enggak berkepala botak. Mungkin
khawatir kalau dikira Pak Ogah.
Hidupnya
makin kacau balau. Alur dari film ini mulai bergerak dinamis saat para arwah
tersebut membuat perjanjian. Mereka akan meninggalkan tubuh Sang-man (dengan segala terrornya, tentu saja) asal
semua permintaan arwah penasaran itu terpenuhi. Perjuangan Sang-Man dalam
memenuhi permintaan absurd itulah yang menjadi poin menarik dari film Hello Ghost.
Begitulah,
Andaikata diumpamakan, film bagus itu seperti gebetan yang sedang diincer,
sama-sama memiliki plot yang bagus untuk disimak. Enchiyeeeeh...
Hal
yang paling kampret dari film ini adalah masalah dalam pembagian porsi dari
alur cerita. Pada satu jam awal terdapat banyak adegan yang membuatku tertawa
nguakak ampe guling-guling di kasurnya tetangga. Sang-Man sering terjebak dalam
situasi heboh khas komedi film korea. Konflik-konflik yang dibangun para
karakter arwah ternyata memiliki benang merah dengan masa lalu Sang-Man. Benang
merah itu ditampilkan secara dramatis di penghujung film ini. Benang merah yang
hanya berdurasi sekitar 7 menit ini lah yang membuatku tersentuh, mewek,
kemudian menangis.
Kalo
seorang cowok menangis gara-gara masalah cinta itu sangat dramatis, namun kalo
seorang cowok menangis gara-gara film Korea.... ah sudahlah. kiamat sughro itu udah tau punya aib nangis
gara-gara film Korea tapi masih nekat diposting di blog. Eluh, kacauu Jix.
Intinya
hingga hari ini, Film ‘Hello Ghost’ adalah film korea paling bagus yang pernah
aku tonton.
Hal-hal
yang ‘tidak banyak’ namun ada nomer dua adalah lelucon ‘gak jelas’ saat
bercanda dengan teman. Memiliki teman-teman yang ajaib itu menyenangkan. Aku
enggak harus nyewa VCD ‘Mr.Bean’ ataupun film Kartun ‘Tom and Jerry’ hanya
untuk bisa tertawa terbahak-bahak ampe nangis. Kalo suntuk, kumpulin aja
temen-temen dengan bermodalkan es teh dan gorengan. Membahas sesuatu tema yang up to date dan biarkan obrolan itu mengalir
secara tak terkendali. Percayalah mereka akan mengeluarkan banyak lelucon yang
garing sampe yang bikin girang.
Konsep
spontan semacam sesuatu ‘ yang mengalir secara tak terkendali’ sama seperti
pertimbangan Steve Jobs saat mendesain Studio Pixar yang baru. Dia menyusun
beberapa lorong dari berbagai divisi studio untuk bisa bertemu di satu tempat
semacam aula. Bertemunya berbagai orang dari berbagai divisi di satu tempat
akan membuat kreativitas muncul dari pertemuan spontan dan diskusi acak. Keren
ya. Eniwei cerita ini aku dapat dari buku biografinya Steve Jobs karya Walter
Isaacson. Aku merangkum hal-hal keren dari buku itu di sini.Tweet tentang Steve Jobs by Walter
Isaacson
Ini
postingannya banyak banget sih. Huft.
Sekarang
kita ngobrolin ‘lelucon ‘gak jelas’. Semenjak salah
satu temanku yang ajaib ikutan stand
up comedy di Solo dan UMS,
yaitu (lagi-lagi) Bang Arumania, aku jadi sensitif banget apabila membahas
mengenai ‘lelucon’. Di dunia stand
up comedy bahasa kerennya
‘lelucon’ adalah ‘jokes’. Aku dan Bang Arumania mendadak menjadi
sepasang komentator open mic dan komik humor paling ambisius
seantero Surakarta. Gimana enggak, kita ngobrolin tentang komik humor yang
bagus, lelucon yang paling satir sampe yang paling porno, set up dan puch
line yang pecah, bahkan kita
ngobrolin bagaimana dua disiplin ilmu itu bisa saling bersinergi.
Salah
satu lelucon yang bikin aku ketawa ngakak sampai nangis adalah ketika Bang
Arumania bernyanyi dan nge-jokes tentang
Steve Jobs. Yuk kita bayangin aksinya:
Bang
Arumania biasanya berpose bak gitaris handal. Dia berakting seolah-olah pegang
gitar dan menatap tajam penonton. Kemudian dia akan berteriak ‘Jreng-jreng!!
Jreng’, anggap saja suara ‘Jreng-jreng!! Jreng’ itu suara gitar. Dia
membungkukkan badan kemudian bernyanyi dengan lirik seperti ini:
“Kudapat
JOB!!! ‘Jreng-jreng!! Jreng’, JOB-nya BL*W JOB, ‘Jreng-jreng!! Jreng’, dari
STEVE JOB, ‘Jreng-jreng!! Jreng’ dia bilang GOOD JOB!!”
Kemudian
hening.
Pertama
kali mendengar jokes itu aku hanya bisa bengong.
Beneran
enggak tahu lucunya di mana.
Sepertinya
ada kata yang agak porno juga.
Namun
setelah beberapa kali memikirkan maksud dan pose itu, aku kemudian tertawa
terbahak-bahak ampe nangis. Waktu ketawa itu pun aku masih enggak tahu lucunya
dimana. Pokoknya absurd abis. Nanti kalo kalian udah tahu
bagian lucunya tolong aku di SMS ya? Dasar komika gila.
Beberapa
paragraf yang membahas “Hal-hal yang ‘tidak banyak’ namun ada nomer dua”
beneran enggak penting. Aku minta maaf. Aku akan segera mempaparkan Hal-hal yang ‘tidak banyak’ namun ada nomer tiga,
yaitu ‘telfon’ ortu dari Bogor.
Semenjak
SD aku sudah ditinggal merantau oleh ortu. Beliau berdua yang awesome itu membanting tulang ke Kota Hujan,
yaitu Bogor. Bertahun-tahun kota Bogor menjadi saksi bisu kegigihan sepasang
suami istri dalam mencari nafkah untuk keluarganya. Berpeluh menantang malam,
bersinergi dengan semesta untuk merubah dunia.
Dan
hanya pulang ke tanah asal sekali dalam satu tahun, yaitu saat lebaran. Kurasa
kisah ini keren sekali. Sebuah prolog yang sangat manis ini sudah aku gambar
beberapa panel dalam komik Lemon Tea. Semoga segera selesai komiknya.
Terus
ginih, dari jaman SD sampai SMP aku enggak pernah bisa berkomunikasi dengan
mereka, kecuali saat mereka pulang, tentu saja. Jaman segitu mah enggak ada
Handphone, mungkin udah ada, cuman aku enggak punya Handphone. Mungkin akan
sangat mengerikan sekali kalo seorang anak SD jama segitu udah punya Handphone,
itu anak SD atau ALIEN!? Kok revolusioner gituh?!!
Mungkin
juga saat itu aku enggak paham apa itu ‘Handphone’. Kasihan. Nenekku memberi
solusi alternatif. Beliau bilang aku bisa berkomunikasi dengan ortu di Bogor
melalui gentong. Beneran, melalui GENTONG, kalian enggak salah baca
sodara-sodara. AKU BISA BERKOMUNIKASI DENGAN GENTONG!!! tempat air yang berasal
dari tembikar dan tanah liat itu. Entah nenekku yang terlalu pinter, atau
akunya yang terlalu bego. Akhirnya aku ‘menelepon’ ortuku melalui gentong. Jika
mengingat masa-masa itu aku menjadi trenyuh sendiri. Sedih, kasihan, keren dan memorable bercampur menjadi satu. Ketika
berteriak melalui gentong apakah aku menangis? Iya, aku menangis. Bisa
dibayangin enggak sih perasaan anak SD yang enggak pernah ketemu ortunya selama
satu tahun? Gituh.
Jadi
kesimpulannya hidup yang dramatis itu gak melulu harus terjadi pada hari raya
Idul fitri. Pada hari yang biasa-biasa saja bagi orang lain mungkin saja hari
yang dramatis bagi orang yang lain lagi. Mungkin bagiku saat ini, kisah dari
‘Bunga’ dan ‘Kumbang’ adalah kisah yang biasa-biasa saja. Namun bagi mereka,
kisah mereka sangat dramatis, saat itu, ditempat itu, dengan siapapun
itu.
Bunga
mengalami kesedihan yang mendalam karena suaminya meninggal karena penyakit
stroke gara-gara memikirkan banyak hutang, saat ini Bunga harus menanggung
biaya dua orang anak dengan beberapa hutang yang belum terlunasi.
Kumbang
memiliki kisah yang lain lagi, dia merasa kesepian karena terlahir dari
keluarga broken home.
Ayahnya bercerai minggat entah kemana. Sang ibu menikah lagi dan pindah ke desa
lain mengikuti suami barunya. Kumbang merasa tidak memiliki ‘rumah’ dimanapun.
Bukankah kisah mereka ‘biasa-biasa’ saja?
Postingan
ini aku tutup dengan quotes keren film Hello Ghost, you'll
never walk alone! Percayalah
akan selalu ada orang lain di sampingmu saat masa-masa dramatis itu datang.
Orang lain itu bisa saja bapakku dalam kisah Bunga, Nenekku di kisahnya
Kumbang, ataupun bahkan hanya sebuah Gentong. Senyum.
Mujix
masa-masa ini aku sering
berpikir mengenai hal-hal
yang fundamental dan sangat mendasar.
semoga segera tercerahkan!
Simo, 31 Juli 2014