megamendungkelabu

Minggu, 29 Januari 2017

Review Dragon Ball Super. Arc Black Goku

Siapa pembaca blog ini yang mengikuti anime Dragon Ball Super? Karya besar guru idolaku ini -Akira Toriyama- perlahan mulai memasuki babak baru, yaitu babak turnamen antar semesta yang diprakarsai Zeno Sama. Buat yang belum tahu, Zen-chan atau Zeno Sama adalah dewa tertinggi dan terkuat di semesta Dragon Ball Super, padahal bentuknya bulet mungil dan cute gituh.

Banyak penggemar Dragon Ball yang kurang puas dengan serial ini. Emang sih beberapa hal semacam animasi dengan gambar yang payah, sering nongol di tiap episode. Meme mengenai topik ini banyak nongol di berbagai situs. Banyak penggemar yang kesal dan meluapkan kekecewaan tersebut di banyak kesempatan. Belum lagi beberapa episode tambahan di luar babak utama, yang menurut mereka mempunyai cerita yang remeh.

Yah. Namanya juga filler Kang. Tapi menurutku pribadi, babak utama di Dragon Ball Super memang tidak se-greget Dragon Ball Z. Misalnya arc Black Goku.

Sebenarnya aku sudah cukup bosan bertemu dengan banyak karakter yang 'Goku Banget'. Kalau dihitung ada kali 5 karakter yang sama persis dengan tokoh utama ini.

Songoku, Songoten, Bardock, Tuffles, dan Black Goku.

Menyebalkan. Namun disatu sisi, konflik ini sangat menarik untuk ditonton.

Harus kuakui, fisik Songoku yang dihuni oleh Zamas ternyata bisa menciptakan sebuah tokoh antagonis yang sangat berkarakter. Aku langsung terpana melihat Songoku versi villain ini.

Plot cerita yang dibangun babak ini sangat menakjubkan. Arc Black Goku adalah babak paling rumit di sepanjang anime legendaris ini muncul. Hal-hal semacam tokoh misterius, perpindahan lini masa tokoh, hingga pertukaran cerita antar semesta membuat babak ini sangat layak ditunggu.

Sejak babak ini dimulai, episode demi episode terpapar dengan sangat menarik. Misteri demi misteri terkuak dengan sangat brilian. Hingga klimaksnya adalah pertarungan antara duo saiya -Goku dan Bejita- dengan duo dewa -Black Goku dan Zamas-.

Mujix
Terus bergerak membuka kesempatan. Dan ternyata kebahagiaan itu berada ditempat yang tidak aku duga.
Simo, 29 Januari 2017

Kamis, 19 Januari 2017

Mujix Comic Universe

Kemarin bongkar-bongkar gudang. Bernostalgia dengan komik-komik yang pernah aku bikin dari SMP hingga hari ini. Nemu banyak benda yang memicu sebuah ide semacam 'gimana ya kalau semua tokoh komik yang pernah aku gambar nongol dalam satu illustrasi yang ajib?'.  Dan mulailah aku memilah dan memilih berbagai tokoh untuk aku gambar di sebuah kertas karton berukuran (Kurang lebih) 80Cm x 25 Cm. 

Dan menggambar mereka satu persatu membuatku sedikit trenyuh. Teryata tangan 'kurus kering yang seperti kayu rapuh ini' telah berdialog dengan berbagai macam semesta yang sangat menakjubkan.Baiklah, Aku akan menyelesaikan sketsa ini agar menjadi gambar yang ajaib. Selain sebagai ajang reuni, proses berkarya kali ini juga menjadi ajang introspeksi terhadap diri sendiri.  Yah. Aku enggak mau ambil pusing sketsa ini bakal jadi gambar yang kayak gimana. Yang pasti aku tahu satu hal, menggambar itu sangat menyenangkan!
 
Sketsa pensil
(Dokumentasi Pribadi. 2017)

Akhirnya kelar juga. Tinggal dikasih warna doang nih. Ada kurang lebih 50an tokoh yang ada di gambar ini.
Menggambar mereka satu persatu berbekal gambar lama.Tidak jarang proses penintaan terhenti karena harus bongkar-bongkar lemari buat nyari referensi. Pelan tapi pasti. Aku mengerjakan setiap tokoh di kertas karton berukuran (Kurang lebih) 80Cm x 25 Cm ini dengan perhatian penuh. Sekarang aku agak bingung untuk memutuskan, gimana ya caranya agar bisa mewarnai gambar ini dengan ajib?



Gambar versi tinta.
(Dokumentasi Pribadi. 2017)

Nah, untuk melihat versi highres dari gambar ini bisa dilihat disini--->>:

Aku sempat dibingungkan dengan teknis pewarnaan untuk gambar ini. Enaknya diwarnai manual atau digital? Yah karepmulah, akhirnya aku mewarnainya dengan pensil warna. Aku akhir-akhir ini malas terlalu lama nongrong di depan komputer. Enggak tahu kenapa. Gambar ini aku warnai dengan perlahan. Rencana awalnya sih aku bakal mewarnai karakternya satu persatu sesuai warna asli karakternya. Dan rencana itu langsung aku ubah. Aku ingin membuat warna yang berbeda dengan karyaku saat ini. Langsung deh aku warnai ngasal dengan pegangan' titik fokusnya berada di kertas'. Semua asal cahaya harus berasal disitu. Lalu Bum! Jadilah gambar ini. Bagaimana menurut kalian? 
 
Gambar versi warna.
(Dokumentasi Pribadi. 2017)

Karena sudah terlanjur dinomeri, oke deh. Aku akan tulis nama setiap karakter, judul komik, dan tahun pembuatan. Sudah siap? 

1. Agus Medi Prakoso | Si Amed | 2010
2. Archieva Devi | Proposal Untuk Presiden | 2015
3. Bu Paryumi  | Si Amed | 2015
4.  .......... | Old Friend | 2016
5. Raisa Nuramdhani | .......... | 2014
6. Arumania | Proposal Untuk Presiden | 2015
7.  .......... | Man Hated God | 2010
8.  .......... |  .......... | 2005
9.  .......... |  .......... | 2005
10. Bento | Si Amed | 2013
11. Si Mpus | Lemon Tea | 2012
12. Ki Demang Sugih Arto| Ki Demang Sugih Arto | 2004
13. Bu Kipli | Si Amed | 2014
15. .......... | Ki Demang Sugih Arto | 2004
16. Acil | Si Amed | 2013
17. Adam | On The Spot | 2005
18. Sutrisno  | Si Amed | 2016
19. Asep  | .......... | 2004
20. Paiman  | .......... | 2004
21. Hari | Smiles Day | 2004
22. Lia  | Smiles Day | 2004
23. Sunan Bonang | Asal Muasal Kota Simo | 2003
24. George | Si Amed | 2013
25. Jemboel | Jamboel & Jemboel | 2003
26. Sanasuke | Lemon Tea | 2012
27. Jamboel | Jamboel & Jemboel | 2003
28. Bocah Tengil | Lemon Tea | 2012
29. Rindi | Hancurnya Masa Depan| 2003
30. Niasty | Hancurnya Masa Depan| 2003
31.  .......... | Old Friend | 2016
32. Tino Wijaya| Hancurnya Masa Depan| 2003
33. BG | Lemon Tea | 2012
34. Popok | Lemon Tea | 2012
35.  .......... | Joko Wojo | 2002
36. Jo | Hancurnya Masa Depan| 2003
37. Edi | Ediot | 2004
38. Joko Wojo | Joko Wojo | 2002
39.  .......... | Joko Wojo | 2002
40.  .......... | Petualangan Dua Bersaudara | 2001
45. Mbak Yani | Negara 1/2 Gila | 2014
42. Brian | Petualangan Dua Bersaudara | 2001
43. Gantar Bumi | Proposal Untuk Presiden | 2015
44. Sean | Petualangan Dua Bersaudara | 2001
45. Pak Kipli | Negara 1/2 Gila | 2014
46. Mujix  |.......... | 2015/2002
47. Kakek Tsunami | Petualangan Dua Bersaudara | 2001
48. Wira Dimeja | Proposal Untuk Presiden | 2015
49. Kunti | Proposal Untuk Presiden | 2015
50. Pak Kepsek  | Si Amed | 2011

Uaaah. Ternyata aku sudah menggambar banyak sekali karakter dan judul komik. Beberapa terselesaikan dengan gemilang, beberapa masih dalam proses pengerjaan, dan sisanya terhenti ditengah jalan karena berbagai alasan. Benar, alasan itu penting. Tidak semua tokoh masuk ke gambar ini. Beberapa hanya aku ambil perwakilan saja. Selain sudah terlalu penuh, sebagian judul komik tidak terlacak karena hilang atau terlupa. Begitulah. Gambar ini aku buat untuk memberi penghargaan untuk diriku sendiri yang terus berjuang untuk meraih mimpi yang belum terpenuhi. Sudah lebih dari 15 tahun aku menggambar. Dan itu bukan waktu yang singkat. Jalan terjal nan panjang itu sebenarnya sudah terlihat sedikit ujungnya. Namun masih samar. Oke. Perjalananku belum berakhir. Semang-ART! (pakai 'ART' Biar kelihatan seniman). 

Mujix
Kunci lemariku hilang. 
Beberapa hari ini masih bingung
harus diapain. Apakah perlu dijebol atau 
mencoba mencari dimana letak kunci tersebut. 
Simo, 19 Januari 2017 



Minggu, 08 Januari 2017

lelaki bodoh

"Mas Mujix, dimana?"
"Mas Mujix kamu masih di Gramed? Aku tak ndisik yoo"
"Btw makasih banget ya gambarnya hehe"
Aku tertegun membaca chat tersebut.

Mataku segera menyapu seantero ruangan toko buku di Gramedia.
Tidak ada!

Perempuan bergincu merah muda itu tidak ada dimanapun. 
Penglihatan semu adegan ia berpamitan pulang dan menggenggam tanganku saat berjabat tangan hanya khayalan semata.

Sudahlah.

Langsung saja pesan itu aku balas dengan perbincangan umum nan basa-basi seakan-akan tidak terjadi apapun.
Benar. Tidak terjadi apapun.

Aku menghela napas panjang dengan sedikit berguman lirih.
"Sudah selesai. Dasar lelaki bodoh!"

Dalam sekejap mata, keramaian suasana di ruangan penuh buku itu mendadak sunyi senyap.
Ingatanku melesat beberapa bulan yang lalu.
Ingatan dimana dia hadir pertama kali di dalam kehidupanku.

***

Pertengahan tahun yang lalu.
Aku berada di Gedung Museum Radya Pustaka untuk menggelar Workshop Komik bersama Simon Hureue. Proyek seru kerjasama antara Komisi Solo, LIP Yogyakarta dan Museum Radya Pustaka ini menjadi hari luar biasa untuk hidupku.

Gimana enggak. Tiga hari bersama komikus top Paris Prancis ini memaksaku untuk bercengkrama dengan hal yang bernama live skecth dan bahasa Inggris. Industri komik di Eropa sangat menarik untuk diperbincangkan. Satu hal yang pasti, Prancis memiliki dedikasi tinggi untuk hidup demi dan untuk komik.
Kira-kira seperti itu, saat aku mencoba men-translate ulang omongan Simon. Ah, bahasa Inggris itu sulit! Sama sulitnya melanjutkan tulisan blog ini. Sama sulitnya untuk jatuh cinta ketika sedang patah hati.

Selama berada di depan forum bersama Simon, aku berusaha mengeluarkan semua kemampuan. Walau terkadang bingung dan terhenti mendadak karena bingung mencari arti kosakata, acara tersebut berlangsung dengan sukses. Peserta acara sangat antusias dengan diskusi tersebut. Banyak teman dari berbagai komunitas datang, dan itu sangat menyenangkan. Teman baru, pengalaman baru, dan atsmosfir baru merupakan pelipur lara yang tepat untuk segala rutinitas melelahkan. 

Acara diskusi dengan Simon sudah selesai. Para peserta tumpah ruah memenuhi depan pelataran Museum Radya Pustaka. Aku menyalami semua orang di sana dengan mengucapkan terimakasih karena mereka mau meluangkan untuk datang di acara ini. Satu per satu. Hingga akhirnya sampailah aku di sebuah pertemuan sederhana dengan perempuan tersebut. 

Jilbab hijau yang dikenakan perempuan itu cukup menarik perhatianku. 
Siapa ya? Otakku berpikir dengan keras me-nyortir semua gambar wanita yang pernah nempel di otak. Dan wajah perempuan itu tidak terdaftar di brankas memori. Oh. Oke. Cukup. Aku paham. Saatnya berkenalan.
Perbincangan basa-basi dan formalitas kami berlangsung dengan cepat. Nothing Special. Wajah manisnya sedikit mengingatkanku dengan wajah mantan pacarnya kakakku. Beneran agak mirip, kecuali warna gincunya yang berwarna merah muda. Beberapa bulan kemudian Perempuan itu meluncurkan komik baru. Saat aku ingin membelinya langsung, dia malah menawarkan untuk barter dan COD.

"Uoaah. Ada kesempatan buat kencan bareng cewek!!" Pikirku dengan gembira.
Yah emang sudah lama aku enggak hang out bareng manusia berjenis kelamin wanita. 
Menyedihkan sekali. Kami berjanji untuk bertemu di sebuah kafe di daerah Kota Barat. 
Sepertinya bakal menjadi pertemuan yang menyenangkan.

Aku tiba di kafe bernama Playground sehabis adzan Maghrib. Senja sebelumnya aku habiskan di food court Solo Square bersama mas Didik Wahyu Kurniawan, penulis idola kawula muda dari ISI Surakarta. Kami berdua seperti biasa memperbincangkan dunai tulis menulis. Saat ini Mas Didik tengah gencar dengan aktivitas menulisnya. Satu hal yang aku kagumi dari beliau adalah semangat pantang menyerahnya dalam menuangkan kehidupan melalui tulisan. Hingga detik ini sudah 5 buku beliau luncurkan, yang paling baru berjudul Kun Si Dukun. Belilah jika memiliki rezeki, apresiasi kalian adalah sumber semangat bagi penulis-penulis seperti kami. Setelah selesai bercurhat ria mengenai dunia tulis menulis (dan dunia percintaanku yang masih entah) aku menodong beliau untuk mengantarkan komikus yang papa ini menuju Playground.

Dan begitulah. Aku dan perempuan bergincu merah muda itu bertemu kembali.
Bertemu kembali di sebuah kafe yang menurutku 'mahal' buat kantong komikus berambut kribo ini.

Suasana kafe Playground petang ini cukup lengang. Tidak terlalu ramai seperti malam-malam dimana aku biasa nongkrong di sana. Yah. Suasana yang menyenangkan. Kami berdua berjalan pelan menuju ke meja dimana banyak makanan dan cemilan menggoda untuk disantap. Lampu menyala berwarna coklat yang berpadu dengan tembok warna-warni itu semakin membuatku yakin kalau terkadang ada hari dimana kita harus terlihat bego saat bersama wanita.

Beneran, sore itu aku tidak ada ganteng-gantengnya sama sekali. Adegan tolol semacam 'bingung cari sendok' hingga 'muka mengeryit ketakutan melihat daftar harga' menghiasi tingkah polahku yang canggung. Sial. Aku tidak akan menyerah. batinku sambil pasang muka 'sok cool' saat mengambil sate usus. Kami segera saja mencari tempat yang asik untuk ngobrol. 

"Maaf Mas Telat! Tadi aku harus ke rumah dulu setelah dari Jogja! Enggak nunggu lama kan?" katanya sambil tersenyum. 

"Enggak, aku juga baru sampai kok!" ujarku sembari pasang muka ganteng tapi penuh debu dan keringetan gara-gara mendung yang enggak jadi hujan. 

"Hehehe, iya tadikan kita berpapasan di depan" dia tertawa kecil dengan meletakkan tasnya ke bangku.

"Jadi, bagaimana kabarmu? Sibuk apa nih?" Langsung saja aku keluarkan pertanyaan pamungkas!
Kenapa pertanyaan tersebut aku sebut 'pertanyaan pamungkas'!? Soalnya ada kata 'Bagaimana'. Dan apabila seseorang dipertemukan dengan pertanyaan yang ada kata 'Bagaimana'-nya, seseorang tersebut diharuskan menjawab dengan uraian yang panjang. Begitulah,  beberapa menit kedepan, aku memiliki waktu untuk sekedar menenangkan diri agar pertemuan ini tidak kacau balau. 

***


***
Mas Mujix, dimana?"
"Mas Mujix kamu masih di Gramed? Aku tak ndisik yoo"
"Btw makasih banget ya gambarnya hehe"
Aku tertegun membaca chat tersebut. Langsung saja pesan itu aku balas dengan perbincangan umum nan basa-basi seakan-akan tidak terjadi apapun.

"Iyok. Sip sama-samaa. Ati-ati neng ndalan"
Yah. Pesan tersebut bermakna ganda, untuk mendoakan untuk keselamatan perempuan bergincu merah muda dan petuah untuk diriku sendiri agat berhati-hati.

Karena jalan yang harus dilalui oleh seorang lelaki bodoh untuk memahami wanita sangatlah terjal, membingungkan dan tentu saja penuh liku-liku.

Mujix
Jeda tersebut sebenarnya bisa dipersempit 
atau mungkin akan hilang jika
aku sudah menjadi 'orang besar'.
Purwosari, 9 Januari 2017

Sabtu, 07 Januari 2017

Jeda

Kenapa harus ada jeda

Bila jeda yang berharga itu harus kubuang di depan mata

Jeda itu tertawan oleh harga diri yang hampir mati

Berseloroh sinis dengan gincumu yang menautkan sedikit jeda rindu di hatiku

Aku tak berharap jeda itu harus ada
Aku tak benci jika jeda itu nyata

Hanya saja jeda yang berlalu tanpa wajahmu itu sudah membunuhku untuk kesekian kali

Kenapa harus ada jeda

Bila jeda yang berharga itu harus kubuang di depan mata

Mujix
Sial!!!! Siaaaal!!!!!
Siaaaaal!!!!!
Sriewedari, 7 Januari 2017

Rabu, 04 Januari 2017

Foto pertama di 2017

Well. Sepertinya bulan Desember tahun kemarin benar-benar buruk untuk blog ini.
Tidak ada satu postinganpun yang aku buat. Buruk sekali. Bulan yang sangat buruk sepertinya.
Kalau dipikir-pikir kembali, tahun 2016 adalah tahun yang sangat melelahkan. Banyak hal terjadi, banyak hal datang dan pergi. Banyak hal yang membuatku menghela nafas panjang. Aku tidak akan me-review apa saja yang terjadi di tahun tersebut. Entah itu hal yang baik, maupun hal yang buruk. Sudahlah. Sudah cukup dengan semua hal di tahun tersebut. Aku akan mengawali tahun 2017 ini dengan mengepost foto-foto saat kemarin bermain ke Boyolali. Ini dia fotonya.




Udah gitu doang.
Btw mbak di depanku itu namanya Amanda Esti.
kemarin dia bawa anak kecil, aku kira anaknya, eh setelah aku stalking (penyakiit!!!!),
ternyata anak kecil itu adiknya. Tapi Mbak Amanda (kayaknya) udah punya cowok sih.
Lhahh ngapain diceritaiiin, usesless banget. Wkakakakak

Mujix
Yey. Resolusi tahun 2017 untuk bangun pagi dan
olahraga seperti kebiasaan para milyader itu
akhirnya terwujud di keempat
Bisa rutin kagak? anu
Simo, 3 Januari 2017