J.E.T.S
“Pokoknya aku harus bergerak dulu, dan persetan
dengan hari ini yang akan mengantarkan hidupku kemana!!” kata sesosok cowok
berambut kribo itu di sebuah jumat pagi yang sibuk. Angga, Temannya yang mirip
‘Jackie Chen kegencet pintu kulkas’ hanya menoleh sambil memasang muka kaget.
“What? Emangnya kamu mau ngapain? Tuh ada Ipod,
nge-game atau pesbukan sana gih” ujarnya sambil menunjuk sebuah benda kotak
berwarna hitam yang sering dia mainkan ketika suntuk. Cowok kribo itu hanya
diam sejenak. Matanya menoleh cepat ke arah jam dinding yang terpasang di tiang
kontrakan.
“Sialan, kenapa jadi kacau gini sih” ucapnya dalam
hati sambil merapikan isi tas berwarna merah itu. Dia memasukan beberapa benda
ke dalam tas tersebut. File holder penuh sketsa komik, kemeja coklat, buku
kajian The Lost Continent, dan tentu saja Handphone butut yang ‘hobi mati gak
kenal keadaan’.
Jadi keadaannya gini. Si kribo sedang rempong
gara-gara prahara masalah magang kemarin yang belum kelar dan digenjot masalah
proposal skripsi yang juga belum kelar. Permasalahan-permasalahan itu sambung
menyambung menjadi satu, berevolusi menjadi umpatan-umpatan yang tak terucap di
dalam hati si kribo.
“Okeh, apakah ada yang kelupaan lagi?” sambil
berpikir sejenak.
“Celana pendek merahku Bang, jangan kau bawa ke Simo.
Nanti Aura Mudubku hilang” teman yang lain, bernama Arum yang merasa dirinya
mirip Duta Sheila on 7, mengingatkan soal celana pendek. Sekedar informasi,
Mudub adalah band ‘super duper gak jelas’ yang sedang naik daun di solo dan
sekitarnya. Sekitarnya Bang Arum, Maksudnya.
“Aku bawa aja deh bang, sekalian aku cuciin.” Tukas
si kribo.
“Enggak!! Aku ingin kesucian Aura Mudubku terjaga.
Mana celananya!! Cepetan gih”
Suasana hening sejenak.
Cowok kribo itu merengut. Masalahnya yang campur aduk itu makin rumit gara-gara celana pendek berwarna merah.
Suasana hening sejenak.
Cowok kribo itu merengut. Masalahnya yang campur aduk itu makin rumit gara-gara celana pendek berwarna merah.
“ARRRRRRGHH!!!!” pemuda berambut kribo itu segera ke
kamar mandi dan melepas celana unyu berwarna merah tersebut, dan menggantinya
dengan skinny jeans berwarna biru yang sangat ketat.
“Nih celanamu, jangan sampai kamu tertulari
kejantananku ya Bang” sambil meletakkan celana merah itu di depan lemari
pakaian.
“Aku cabut dulu ya bang!? Assalamualaikum!!”
pemuda kribo itu segera bergegas menuju pintu kontrakan dan bersiap-siap pergi
entah kemana.
“Oke Jix!! Walaikumsallam. Ati-ati di jalan yaaa” ucap
Arum dan Angga bersamaan. Ya, pemuda berambut kribo yang sempat pusing
gara-gara celana unyu berwarna merah itu bernama Mujix.
Tokoh utama kita hari
ini.
***
Siang itu adalah hari Jumat yang panas dan
melelahkan. 2 hari kemarin adalah hari yang berat bagi seorang cowok kribo
bernama Mujix. Pesan singkat mengenai permasalahan magang yang di sebabkan
kecerobohannya mengatur jadwal itu membuat hari Jumat ini benar-benar berat.
Trotoar coklat berantakan di sepanjang jalan terminal Tirtononadi di lewatinya
sambil mengeluh gak jelas. Matanya menerawang tak tahu tujuan.
“AAARRRRRGH!!! SIALAAN” dia berteriak sambil
mengeluarkan handphone dari sakunya. Dia menulis pesan singkat kepada Kepala
Prodi, sesosok bapak-bapak yang beberapa kali belum berjodoh untuk bertemu agar
bisa menandatangani surat pengajuan skripsi. Menyebalkan. Dia menulis pesan
singkat lagi kepada temannya dan berharap bisa mengantarkannya ke kampus Mojosongo
yang sangat primitif gara-gara tidak ada angkutan umum di situ.
Dia menulis pesan singkat lagi. Terus menulis.
Terkirim. Menulis lagi. Hingga akhirnya dia bosan dan berhenti mematung di
pinggir jalan.
“Aku ngapain sih? Kok gak jelas gini” sambil
menghela nafas panjang pemuda itu mengacuhkan Suasana bising ramainya terminal.
Mobil dan berbagai kendaran umum melaju dengan tergesa-gesa. Sesekali datang
angin yang besar meniupkan debu panas. Matanya memandang ke segala arah.
Orang-orang bergerak tak beraturan meninggalkan tempat peraduan mereka. Mereka
semua mencari bahagia, begitu pikirnya.
Tidak ada tempat untuk sekedar mengeluh lagi. Alam
semesta terlalu sibuk untuk sekedar berdiskusi tentang hidup. Kalian tahu,
ketika kamu terpuruk seperti itu akan ada kejadian biasa yang akan
mengingatkanmu lagi tentang prinsip dasar seorang manusia, yaitu bertahan hidup
dengan segala intuisinya.
Seperti siang itu. Ketika pemuda tersebut hampir
putus asa, tiba-tiba datang bis besar dari arah timur dan hampir menyambarnya.
Kejadian itu mengingatkannya akan peristiwa beberapa bulan yang lalu. Peristiwa
dimana dia tidak fokus dan hampir tertabrak sepeda motor di Sriwedari. Seperti
air yan mengalir di sungai, ingatannya tentang ‘tidak fokus’ itu bermuara ke
berbagai nasihat dari hidup yang dia dapatkan di sepanjang kehidupan.
“Satu hal satu waktu, dan di kerjakan satu-satu”
ucap pemuda itu memecah kebisingan Jumat siang. Dia mengatur nafasnya lebih
pelan, memejamkan mata dan mengeyahkan pikiran-pikiran buruk tentang apapun.
Kepalanya mendongak ke atas. Oh iya, dia masih memiliki langit biru yang luas.
Kurasa langit itu masih terlalu sepi untuk diisi harapan-harapan tentang hari
ini. Senyum kecut itu muncul dari wajahnya, ada hidup yang belum usai.
Pemuda itu berjalan lagi sambil berpikir tentang
misteri masa depan yang katanya ‘Just enjoy the show’. Ya, ya, ya. Semua hal
yang dia takutkan itu akhirnya mencapai titik terang. Dan ternyata semua
permasalahan itu berakhir dengan di tulisnya postingan ini. Yah, belum selesai
semuanya sih. Tapi dia berjanji untuk melakukan sebaik-baiknya. Ceileh.
Sepertinya sikap ‘pokoknya aku harus bergerak dulu,
dan persetan dengan hari ini yang akan mengantarkan hidupku kemana’ bisa di
jadikan alternatif ketika semua hal terlihat buntu dan rancu. Ketika kamu
kelelahan, Biarkan Tuhan dan alam semesta yang menggerakkan urusanmu.
Oh iya, omong-omong celana merah unyu itu sering dipake buat konser The Mudub. Sepertinya aku sedikit paham tentang arti "kesucian Aura Mudub". Baik aku jelaskan istilah tersebut.
Kesucian Aura Mudub adalah....
Hening.
Arrrgh "kesucian Aura Mudub" itu artinya apaaaaaah?!
Mujix
akhirnya potong rambut.
karena aku potong sendiri
jadinya 'gimana' gitu
Gilingan, 21 Juni 2013