megamendungkelabu

Sabtu, 22 Juni 2013

J.E.T.S

“Pokoknya aku harus bergerak dulu, dan persetan dengan hari ini yang akan mengantarkan hidupku kemana!!” kata sesosok cowok berambut kribo itu di sebuah jumat pagi yang sibuk. Angga, Temannya yang mirip ‘Jackie Chen kegencet pintu kulkas’ hanya menoleh sambil memasang muka kaget.

“What? Emangnya kamu mau ngapain? Tuh ada Ipod, nge-game atau pesbukan sana gih” ujarnya sambil menunjuk sebuah benda kotak berwarna hitam yang sering dia mainkan ketika suntuk. Cowok kribo itu hanya diam sejenak. Matanya menoleh cepat ke arah jam dinding yang terpasang di tiang kontrakan.

“Sialan, kenapa jadi kacau gini sih” ucapnya dalam hati sambil merapikan isi tas berwarna merah itu. Dia memasukan beberapa benda ke dalam tas tersebut. File holder penuh sketsa komik, kemeja coklat, buku kajian The Lost Continent, dan tentu saja Handphone butut yang ‘hobi mati gak kenal keadaan’.

Jadi keadaannya gini. Si kribo sedang rempong gara-gara prahara masalah magang kemarin yang belum kelar dan digenjot masalah proposal skripsi yang juga belum kelar. Permasalahan-permasalahan itu sambung menyambung menjadi satu, berevolusi menjadi umpatan-umpatan yang tak terucap di dalam hati si kribo.

“Okeh, apakah ada yang kelupaan lagi?” sambil berpikir sejenak.

“Celana pendek merahku Bang, jangan kau bawa ke Simo. Nanti Aura Mudubku hilang” teman yang lain, bernama Arum yang merasa dirinya mirip Duta Sheila on 7, mengingatkan soal celana pendek. Sekedar informasi, Mudub adalah band ‘super duper gak jelas’ yang sedang naik daun di solo dan sekitarnya. Sekitarnya Bang Arum, Maksudnya.

“Aku bawa aja deh bang, sekalian aku cuciin.” Tukas si kribo.

“Enggak!! Aku ingin kesucian Aura Mudubku terjaga. Mana celananya!! Cepetan gih” 

Suasana hening sejenak.

Cowok kribo itu merengut. Masalahnya yang campur aduk itu makin rumit gara-gara celana pendek berwarna merah.

“ARRRRRRGHH!!!!” pemuda berambut kribo itu segera ke kamar mandi dan melepas celana unyu berwarna merah tersebut, dan menggantinya dengan skinny jeans berwarna biru yang sangat ketat.

“Nih celanamu, jangan sampai kamu tertulari kejantananku ya Bang” sambil meletakkan celana merah itu di depan lemari pakaian.

“Aku cabut dulu ya bang!? Assalamualaikum!!” pemuda kribo itu segera bergegas menuju pintu kontrakan dan bersiap-siap pergi entah kemana.

“Oke Jix!! Walaikumsallam. Ati-ati di jalan yaaa” ucap Arum dan Angga bersamaan. Ya, pemuda berambut kribo yang sempat pusing gara-gara celana unyu berwarna merah itu bernama Mujix. 
Tokoh utama kita hari ini.

***
Siang itu adalah hari Jumat yang panas dan melelahkan. 2 hari kemarin adalah hari yang berat bagi seorang cowok kribo bernama Mujix. Pesan singkat mengenai permasalahan magang yang di sebabkan kecerobohannya mengatur jadwal itu membuat hari Jumat ini benar-benar berat. Trotoar coklat berantakan di sepanjang jalan terminal Tirtononadi di lewatinya sambil mengeluh gak jelas. Matanya menerawang tak tahu tujuan.

“AAARRRRRGH!!! SIALAAN” dia berteriak sambil mengeluarkan handphone dari sakunya. Dia menulis pesan singkat kepada Kepala Prodi, sesosok bapak-bapak yang beberapa kali belum berjodoh untuk bertemu agar bisa menandatangani surat pengajuan skripsi. Menyebalkan. Dia menulis pesan singkat lagi kepada temannya dan berharap bisa mengantarkannya ke kampus Mojosongo yang sangat primitif gara-gara tidak ada angkutan umum di situ.

Dia menulis pesan singkat lagi. Terus menulis. Terkirim. Menulis lagi. Hingga akhirnya dia bosan dan berhenti mematung di pinggir jalan.

“Aku ngapain sih? Kok gak jelas gini” sambil menghela nafas panjang pemuda itu mengacuhkan Suasana bising ramainya terminal. Mobil dan berbagai kendaran umum melaju dengan tergesa-gesa. Sesekali datang angin yang besar meniupkan debu panas. Matanya memandang ke segala arah. Orang-orang bergerak tak beraturan meninggalkan tempat peraduan mereka. Mereka semua mencari bahagia, begitu pikirnya.

Tidak ada tempat untuk sekedar mengeluh lagi. Alam semesta terlalu sibuk untuk sekedar berdiskusi tentang hidup. Kalian tahu, ketika kamu terpuruk seperti itu akan ada kejadian biasa yang akan mengingatkanmu lagi tentang prinsip dasar seorang manusia, yaitu bertahan hidup dengan segala intuisinya.

Seperti siang itu. Ketika pemuda tersebut hampir putus asa, tiba-tiba datang bis besar dari arah timur dan hampir menyambarnya. Kejadian itu mengingatkannya akan peristiwa beberapa bulan yang lalu. Peristiwa dimana dia tidak fokus dan hampir tertabrak sepeda motor di Sriwedari. Seperti air yan mengalir di sungai, ingatannya tentang ‘tidak fokus’ itu bermuara ke berbagai nasihat dari hidup yang dia dapatkan di sepanjang kehidupan.

“Satu hal satu waktu, dan di kerjakan satu-satu” ucap pemuda itu memecah kebisingan Jumat siang. Dia mengatur nafasnya lebih pelan, memejamkan mata dan mengeyahkan pikiran-pikiran buruk tentang apapun. Kepalanya mendongak ke atas. Oh iya, dia masih memiliki langit biru yang luas. Kurasa langit itu masih terlalu sepi untuk diisi harapan-harapan tentang hari ini. Senyum kecut itu muncul dari wajahnya, ada hidup yang belum usai.

Pemuda itu berjalan lagi sambil berpikir tentang misteri masa depan yang katanya ‘Just enjoy the show’. Ya, ya, ya. Semua hal yang dia takutkan itu akhirnya mencapai titik terang. Dan ternyata semua permasalahan itu berakhir dengan di tulisnya postingan ini. Yah, belum selesai semuanya sih. Tapi dia berjanji untuk melakukan sebaik-baiknya. Ceileh.

Sepertinya sikap ‘pokoknya aku harus bergerak dulu, dan persetan dengan hari ini yang akan mengantarkan hidupku kemana’ bisa di jadikan alternatif ketika semua hal terlihat buntu dan rancu. Ketika kamu kelelahan, Biarkan Tuhan dan alam semesta yang menggerakkan urusanmu.

Oh iya, omong-omong celana merah unyu itu sering dipake buat konser The Mudub. Sepertinya aku sedikit paham tentang arti "kesucian Aura Mudub". Baik aku jelaskan istilah tersebut.
Kesucian Aura Mudub adalah....

Hening.
Arrrgh "kesucian Aura Mudub" itu artinya apaaaaaah?!

Mujix
akhirnya potong rambut.
karena aku potong sendiri
jadinya 'gimana' gitu
Gilingan, 21 Juni 2013



Selasa, 18 Juni 2013

masjid


Tadi malam aku bermimpi dibimbing ke masjid untuk sholat oleh seorang gadis manis bermata buta. Kita berdua berjalan bersama melewati gang-gang kecil Kota London. Heran, walau buta dia bisa membimbing langkahku. Ditengah jalan tiba-tiba ada tali melintang dan membuat gadis bermata buta itu hampir jatuh. Tanganku meraih pinggangnya, kutahan tubuhnya agar tak terjerembab ditanah. Dramatis. Kami meneruskan perjalanan, sesekali aku berusaha melihat wajahnya yang tertutup rambut., namun gadis itu sangat pemalu.


Akhirnya aku tiba di sebuah perempatan jalan. Gadis itu kebingungan, sepertinya dia lupa harus kemana arah menuju masjid. Aku berpikir sejenak, kemudian berkata kepada gadis itu.

“Kita harus mengambil jalan yang ke arah kanan, aku ingat kalau jalan yang kiri akan menuju ke sebuah pasar yang sangat ramai”

Gadis itu menganguk sambil tersenyum. Kami berdua melintasi jalan-jalan setapak hanya untuk menemukan masjid. Sayup-sayup terdengar suara adzan di kejauahan. Hey. Sepertinya masjid sudah dekat. Saat itu walau di waktu subuh suasana sangat terang benderang, aku tahu kalau saat itu subuh karena mendengar ‘assholatu qoiruuull minanamuuum’ yang artinya lebih baik sholat daripada tidur. Dan anehnya lagi, terdengar suara orang mengumandangkan adzan berbahasa indonesia ketika adzan itu selesai. Aku dan gadis itu hanya tertawa tergelak. Kita benar-benar di alam mimpi.

Masjid itu berdiri gagah disana, bangunan berwarna hitam dengan pilar putih di hiasi kubah keperakan gagah mempecundangi langit. Aku berjalan pelan-pelan dan menatap ke sekeliling. Ada banyak orang asing disitu. Mereka semua berwarna hitam tengah antri di depan tempat wudlhu. Tak ada siapapun yang aku kenal. Aku mengurungkan niatku ke masjid itu. 

Semuanya terlihat asing dan aneh. Aku melangkah menuju ke jalan yang gelap. Aku harus pergi dari tempat  itu. Belum sempat aku berlari tangan sang gadis tiba-tiba memegang lenganku dengan erat. Dia menahanku, dan sekonyong-konyong muncul sesosok ibu-ibu paruh baya dengan baju merah di depanku.

Aku ketakutan. Ibu-ibu itu berkata dengan nada yang menenangkan hati.
 “tenanglah. Bukankah kamu ingin sholat untuk menyapa Tuhanmu? Ayo kamu segera kesana”

Aku sediikit lega, akhirnya kerumunan orang asing berwarna gelap itu lenyap. Aku mengambil  air wuldhu. Air di dunia ini sangat dingin, sepertinya bisa meluluhkan hati siapapun yang sedang panas ataupun kacau. Selesai wuldhu aku berjalan menuju teras masjid.
Sedetik kemudian aku menengok.

gadis itu tidak buta, dia tersenyum padaku menggandeng  sesosok ibu-ibu paruh baya dengan baju merah yang teryata adalah ibuku sendiri. Mereka berdua lenyap sambil tersenyum melepas kepergianku ke masjid. Ketika aku melangkahkan kakiku ke bangunann itu, tiba-tiba semua hal di sekitarku berubah menjadi terang benderang dengan penuh cahaya berwarna putih.

Kemudian aku terbangun. Aku tersadar oleh suara adzan subuh oleh masjid kampung. Mimpi itu berakhir, menyisakan banyak tanya. Entahlah. 

Mujix
semuanya berawal dari mimpi
Simo, 05 Juni 2013



Aku Salah. Sangat tidak keren.

Kali ini aku berbuat salah lagi. Kesalahan yang sangat fatal dan membuatku pusing dan mem-pending banyak kegiatan minggu ini. Kalian tahu? Rasa bersalah yang di-amin-i oleh diri sendiri itu rasanya sangat menyebalkan sekali. Rasanya Bagai ada setumpuk batu bata yang entah melayang darimana dan menghantam kepalamu dengan sangat keras. Bikin gusar dan membuatmu makin muak dengan diri sendiri.
Kesalahan ini mengingatkan akan kesalahan-kesalahan di masa lampau. Atmosfer berat di balut perasaan menyesak. Campur aduk dengan hujatan-hujatan dari dirimu sendiri. Sangat tidak keren. 

5 tahun yang lalu ketika memulai pekerjaan freelance menggambar untuk penerbit, aku juga melakukan kesalahan. Beberapa puluh gambar yang seharusnya selesai pada tanggal kesekian terpaksa molor beberapa hari di karenakan kecerobohanku dalam mengatur waktu. Terus? Apa yang terjadi? 4000 majalah gagal cetak dan semprotan mengenai kinerja yang payah, aku telan mentah-mentah. Aku salah. Sangat tidak keren.

10 tahun lalu ketika aku kelas 1 SMA, aku jatuh cinta pada seorang gadis. Dia cinta pertamaku. Aku mencintainya bagai kesetanan. Dan dia mengabaikanku hingga hari ini. Hidupku benar-benar payah saat itu. Semua itu berawal dari kesalahanku jatuh cinta dengan seseorang yang salah. Terus? Apa yang terjadi? Aku jadi doyan megeluh, pesimistis, dan benar-benar bersusah payah untuk sekedar percaya diri untuk menjalin cinta dengan gadis yang lain. Aku salah. Sangat tidak keren.

Apakah kesalahanku berhenti disitu? Tidak. Masih ada beberapa lagi.

2 bulan yang lalu ketika aku pergi ke Sriwedari, tanpa sengaja aku menyebrang jalan tanpa memperhatikan sekeliling. Pikiranku saat itu sedang melayang entah kemana. Aku sedang tidak fokus dan mengacuhkan hal kecil semacam lampu merah dan hak pejalan kaki yang selalu menang. Terus? apa yang terjadi? Aku terserempet sepeda motor yang di kendarai seorang anak SMU. Dia oleng kesamping dan jatuh tersungkur dengan beberapa luka di tubuhnya. Aku salah. Sangat tidak keren. 

Dan hari ini aku melakukan kesalahan lagi. Sama fatalnya dengan kesalahan-kesalahan diatas.
3 minggu yang lalu, aku berencana magang di suatu studio di Kota Bogor. Namun karena ada urusan keluarga pernikahan kakak, membereskan urusan skripsi, mengerjakan beberapa komik, dan akhirnya hingga hari ini aku belum bisa berangkat kesana. Terus? Apa yang terjadi? Hari ini aku menerima pesan singkat yang intinya bahwa aku membatalkan rencana magangku disana. Damn. Kesalahanku ini berawal dari ketololan dalam membagi waktu dan tidak bisa menetapkan skala prioritas suatu urusan. Aku salah. Sangat tidak keren.

Setelah semua kesalahan itu terjadi, mayoritas kata-kata semacam “seandainya”, “jika”, “harusnya”, dan “andaikan” muncul dan menerormu sampai mampus. Kurasa kalian juga pernah mengalami hal-hal seperti ini. Terus? Apa yang terjadi? Biasanya aku bakal pusing beberapa menit, jam, hari, atau tahun tergantung besar kecil kesalahan yang terjadi. Setelah terpuaskan menghakimi diri sendiri dengan sangat kasar, akan ada masa dimana pelajaran dan ilmu kehidupan muncul.

Ya, sebuah atau mungkin banyak pelajaran keren yang bisa aku dapatkan dari kehidupan gara-gara kesalahan. Kesalahanku 5 tahun yang lalu saat mangkir dari deadline mengajari ilmu yang bernama disiplin. Sejak saat itu aku benar-benar “serius” dalam menjadwal suatu waktu dan melaksanakan sesuai jadwal sesuatu itu harus terjadi. Aku menjadi lebih disiplin. Terus? Apa yang terjadi? Banyak job, tugas, persoalan terselesaikan dengan sangat keren gara-gara aku belajar dari “disiplin dan serius terhadap deadline”. Aku belajar dari kesalahan. Dan itu sangat keren.

Seseorang yang membuatku gila 10 tahun yang lalu juga memberi pelajaran tentang “keinginan” dan “harapan”. Kesalahanku mencintai seseorang itu membentuk diriku yang sekarang untuk tidak menjadi “cowok lemah”. Cinta pertamaku itu memaksaku untuk mengetahui apa itu “putus asa”, arti kebahagiaan secara fundamental, prinsip sederhana tentang “Tuhan tidak harus memberikan apa yang kau inginkan, Tuhan memberikan apa yang kau butuhkan”. Aku belajar dari kesalahan. Dan gara-gara dia terciptalah komik lemon tea yang sangat amazing (dan membuat si penulis menjadi sangat “lelaki sejati”). Dan itu sangat keren.

Anak SMU yang tergeletak di jalan gara-gara meleng 2 bulan yang lalu itu juga mendidikku tentang ilmu fokus. Yak, kalian tahu ilmu fokus? Itu lhooooh, ilmu dimana kamu harus selalu sadar dengan apa yang kamu lakukan. Di buku “SI Cacing dan Kotoran Kesayangannya”, Ajahn Brahm menyebutnya “satu hal, satu waktu”. Kakak keponakanku sering menyebutnya “Ilmu kesadaran diri”. Terus? Apa yang terjadi? Semenjak saat itu aku sering memperhatikan banyak hal dengan detail. Apapun. Langit biru, perasaan orang lain, menikmati sedapnya rendang sapi, bahkan hingga berbahagia di saat kondisi sulit. Sedahsyat itu? Iya. Percayalah. Aku belajar dari kesalahan. Dan itu sangat keren.

Nah, kalau dari keteledoranku belum mengabari studio Bogor, apakah akan terjadi sesuatu? Sepertinya iya. 2 menit setelah aku stress tingkat dewa, tanganku secara refleks menulis di kertas gambar.

Tulisan yang hanya beberapa baris itu berbunyi
 “ JANGAN PERNAH MEREMEHKAN SUATU URUSAN. APAPUN ITU!!”.  

Pelajaran kecil itu langsung aku pindah di “Buku Percepatan Masa Depan”, agar suatu saat ilmu itu bisa aku pelajari sesering mungkin. Terus? Apa yang terjadi? Banyak pikiran-pikiran buruk muncul. Menghujatku seperti kesalahan-kesalahan yang lalu. Tapi mental gitu deh. Kan udah belajar dari kasus-kasus di atas. Opsi terburuknya aku gagal magang di Bogor dan harus cari tepat magang di tempat lain (dan tentu saja membuat kelulusanku makin molor, sial). Opsi terbaiknya aku masih bisa magang disana dan rencanaku untuk lulus tahun ini bisa terkabul. Semoga. Aku belajar dari kesalahan. Dan itu sangat keren.

Apakah benar seperti itu? Mungkin.
Tapi Setidaknya saat aku menulis postingan ini aku berpikir demikian. Aku yakin di masa depan masih banyak kesalahan akan terjadi. Kenapa?
Soalnya Hidupku sebagai manusia pembelajar belum selesai.

Mujix
"manusia pembelajar? Ndas mu Kui!!"
kata tetangga sebelah.
Simo, 18 Juni 2013

Minggu, 09 Juni 2013

Sebelum Pagi


Temperatur udara di desa ini benar-benar sangat menggila. Sangat dingin. Terkadang aku merasa hidup di tempat ini sangat menyebalkan, karena akan ada pagi dingin yang harus aku hadapi sebelum beraktivitas. Seperti pagi ini, aku terbangun jam 3 pagi hanya untuk sholat isya. Kesibukanku sabtu kemarin membuat waktu tidur terasa lebih pendek. Aku malam itu tidur jam 8 malam, 5 menit sesudah aku pusing mengerjakan sisa bab 1 dari skripsi. Pfft...

Tidur seawal itu membuatmu memiliki energi tingkat dewa, dan membuatmu terbangun untuk sekedar berdiskusi ringan dengan Tuhan saat sholat tahajud.  

Ah, Halo Tuhan.
Lama aku tidak menyapa-Mu selarut ini. Kali ini aku tidak akan meminta apa-apa seperti sholat tahajudku beberapa tahun yang lalu.
Aku ingat, dulu aku menghabiskan bermalam-malam untuk berdoa kepada Tuhan agar seseorang bisa jatuh cinta padaku. 

Pfft... permintaan yang tolol seorang bocah yang sangat percaya pada Tuhannya bahwa Ia akan mengabulkan permintaan apapun. 

Kemudian apa yang terjadi? 
Sang Tuhan mengacuhkan bocah tersebut hingga akhirnya bocah itu tak percaya lagi pada Tuhan.

Itu obrolan beberapa tahun yang lalu. Pagi ini obrolan itu terulang lagi. Tadi malam aku bermimpi bertemu dengan ‘seseorang yang suatu hari bisa jatuh cinta padaku’, seseorang yang ada di doa sang bocah beberapa tahun yang lalu.

Hey, mimpi itu sangat menakjubkan. Kita bersenang-senang di sana. Tak ada perasaan apapun yang mengganggu. Hanya ada perasaan jatuh cinta yang tidak bisa terdefinisikan oleh kamus manapun. 

Hey, sepertinya aku kangen kamu.

Mimpi itu berakhir di doa sederhanaku, aku tidak ingin meminta apapun. Aku hanya ingin menyapa-Mu dan bilang bahwa aku baik-baik saja. Aku akan sering datang, tanpa meminta apapun. 

Mujix
sedang berada di pagi hari yang biasa
Simo, 09 Juni 2013