megamendungkelabu

Minggu, 22 Mei 2022

Board Game Of The Life

"Dua periode!  Sama nambah darah sangobion! " kata Bang Arum, sumringah sambil meletakkan sebuah kartu di meja Warmindo. 

"Bwahahahahahak" aku dan teman-teman langsung ngakak. 

Awal mulanya, aku selalu gabut tiap wiken. Nah makanya wiken ini aku ke Solo dan menghabiskan seharian bermain board card game bersama teman-teman. Sebuah agenda dadakan yang random. 

Buat yang belum tahu, kalimat 'satu/dua periode' digunakan untuk menyebut kartu boost, dan 'nambah darah sangobion' digunakan untuk menambah health poin karakter. 

Berbagai istilah baru nan ajaib muncul di permainan ini. Mulai dari 'tameng', 'dua periode', 'nambah darah', hingga 'kecik' tercipta untuk menggantikan istilah-istilah keren di boardgame. Rasanya kek ngedengerin anime Spy X Family didubbing dengan bahasa Jawa Timuran. Dadi lokal banget, cook. 

Berbagai permainan yang seru,  gayeng,  alot dan membagongkan berlalu seiring waktu. Akhirnya pengalaman bermainku kali ini memberikan sebuah hipotesis random yang berkaitan dengan soal kehidupan. Kehidupan maneh!? Ra bosen koe, coy!? Santai to. Jeno yo bosen. Tapi pie. Pokokmen ngene... 

Setiap permainan selalu di mulai dengan mengambil tiga kartu di deck, yang biasanya ditambah dengan satu kartu saat mendapat giliran.  Nah di tahap awal, setiap pemain memiliki 4 kartu yang siap diadu.  

Kartu apa yang harus dipasang? Apakah serangan? Pertahanan? Atau malah mengaktifkan spesial skill? 

Gak mungkin dong kita nanya pemain lain. Mereka kan juga mau menang. Atau nanya orang random di sekitar lokasi juga aneh. Apa urusannya hei! 

Nah menurutku, paling bener sih tanya diri sendiri. Pikirkan matang-matang (atau langsung gas pasang kartu), lalu dimantepke ambil keputusan. Let it flow and keep it grow. 

Secara garis besar player di permainan ini ada 3 tipikal pemain, yakni Moderat, Konservatif, dan Agresif. Bhah,  wis koyok ameh investasi ae, Lek! Dalam urusan bermain pemain type 'moderat' cenderung berhati-hati, lebih banyak defence. Jenis player yang di awal permainan langsung pasang 'tameng' tiga lapis. Nah untuk yang 'agresif' cenderung das des, serang hajar,  bag big bug. Sedangkan yang konservatif kombinasi keduanya dengan skala rata-rata. Ketiganya sama-sama keren, karena di setiap permainan mereka tumbuh berkembang dan terus mengasah skill untuk lebih baik. 

Jadi bisa dibilang menjadi 'lebih baik' adalah sebuah check poin dalam setiap giliran bermain. Setiap proses yang terjadi dari siklus game ini menggiring ke sebuah pola permainan yang ' be your self' tapi versi upgrade. Setahuku, setiap proses pembelajaran tidak mungkin stagnan sih. Aku yakin tetep ada proggess. Sekecil apapun. 

Misal beneran stagnan,  secara tersirat harusnya diri sendiri ngasih sinyal dong. Sinyalnya bisa berupa 'perbaikan strategi pemilihan kartu' atau mungkin sekedar 'memasang poker face' saat bermain.

Dan secara tersurat harusnya ada data tertulis yang bisa di tracking dari jumlah kemenangan/kekalahan dalam permainan. Nah kalau di dunia nyata, hasil suatu proses  bisa dilacak dari jurnal, nilai nominal tabungan, jumlah karya, pencapaian akademisi dan lain sebagainya. Wkwkwkw, nah loh, mulai kumat kan adu nasibnya!? Bwah balik lagi ke urusan kartu. 

Board game ini (kalo tidak salah) memiliki 12 karakter. Tiap-tiap karakter memiliki kemampuan uniknya masing-masing. Mereka di desain sedemikian rupa untuk spesial sesuai diri mereka sendiri. Makanya membandingkan satu karakter dengan karakter yang lain terasa tidak terlalu berguna. Karena di dalam setiap permainan ada gejolak adu strategi yang (mau atau tidak mau) dipengaruhi oleh keberuntungan random. Jadi ya paling bener emang jadi diri sendiri sih. 

Dan setahuku 'jadi diri sendiri' itu banyak baiknya, setidaknya ketika ada sesuatu yang tidak sesuai tujuan, lebih mudah manajemen problemnya (misalnya pake teori analisis SWOT dengan obyek yang diteliti adalah diri sendiri). 

Aku kadang sering dapat karakter yang overpower,  namun karena sedang sial terpaksa harus 'mati' duluan karena mendapatkan musuh yang lebih beruntung, atau sesimpel salah memilih kartu defence atau offense. 

Lagi-lagi,  faktor keberuntungan adalah hal misterius yang tak bisa dilepaskan dengan berbagai usaha yang dilakukan manusia. Di buku komik Filsuf Jagoan karya Frwd & Ryan,  Santo Agustinus bilang kalo manusia itu punya kehendak bebas dengan berbagai pilihan keputusan. Setiap keputusan akan mengantarkan ke berbagai keputusan lain yang lebih beragam dan tidak linear. Jadi hidup kita sekarang bisa saja sebenarnya berasal dari keputusan kecil kita di masa lalu, entah kemarin atau di 10 tahun yang lalu.

Begitulah, permainan ini bagai cetak biru versi mini dari permainan takdir manusia. Kartu yang dipilih seakan menjadi benang merah penghubung antara diri sendiri dengan orang lain.

Orang lain yang tentu saja memiliki jenis kartu dan karakter yang berbeda. Mereka mungkin tahu jenis kartu yang kita pegang. Namun belum tentu mereka mengenal dan memahami seluk beluk detail kartunya. 

"Bang Mujix,  giliranmu kie! Suwemen mikir to?  Wedi kalah po? " sindir Bang Arum sambil menyebar strategi  jaring tipu muslihat.

"Sik,  to!  Sik,  To Bang. Lagi bimbang ki!? " kataku sambil terus berpikir.

Nah iya kan, aku pun sebenarnya juga sedang struggle dan pusing dengan kartuku sendiri. Orang lain bisa mengatakan apapun tentan kita,  namun balik lagi pendapat mereka terkadang tercetus  hanya sambil lalu berdasarkan pengamatan singkat dan pengalaman hidup mereka sendiri. Dan tentu saja kadang tidak terlalu relevan dengan hidup kita.

Kartu kita, hanya kita sendiri yang paling tahu. Mau menyerang, bertahan, atau sekedar istirahat 'menumpuk energi untuk menemukan strategi yang tepat untuk besok', pun tidak apa-apa. Jadi yowislah, ketika situasi mulai tak terkendali,  saatnya mengeluarkan jurus andalan yakni 'diawur wae, Lek!'.

Mujix 

kalian main boardgame juga ndak? Share dong! Enternya error euy. 

Simo, 7 Februari 2023

Minggu, 15 Mei 2022

Aku dan Motor: Part 1

Saat itu, di usia saat aku masih sangat muda dan baru jadi anak kampus, aku menjadi sosok salah satu mahasiswa yang tak memiliki motor. Jadi kemana-mana aku harus jalan kaki, atau naik angkutn umum. Honestly,  Aku saat itu merasa mider dan beranggapan dunia ini tidak adil. Apalagi melihat teman-teman lainku memiliki motor dan bisa pergi ke manapun dengan praktis. Hari demi hari saat jalan kaki, aku selalu mengumpat, aku selalu mengeluh, dan aku selalu memaki diri sendiri karena terlahir miskin. Ya, aku selalu memaki diri sendiri. Dan hanya diri sendiri, tidak dengan keluargaku atau orang lain. Aku tahu betul dengan keadaan perekonomian keluargaku. Dan aku tahu betul memaki orang lain sama sekali tidak mengubah apapun menjadi lebih baik. Jadi aku lebih suka 'menelan' kenyataan pahit itu bulat-bulat ke dalam perutku. 

Rabu, 11 Mei 2022

Dua Teh Panas

Tubuhku merasa sangat lelah. Sudah dua kali ini, hmm hampir tiga kali ini aku berkeliling di foodcourt Solo Square. Dan di tanganku terpegang dua teh panas yang telah aku bayar dengan penuh kebingungan. Ah,  kenapa ini bisa terjadi anjir. 

Semua ini bermula dari sebuah kegiatan bernama nonton film Dr.Strange The Multiverse of Madness. Aku saat ini sudah menjadi budak korporasi, oleh karena itu waktu yang longgar untuk menonton film di bioskop adalah hari sabtu atau minggu,  di jam siang. 

Aku sengaja mengambil jam siang agar sorenya bisa meet up dengan teman-teman IKILO. Sekitar jam 11an aku sudah sampai di Solo Square. Tanpa banyak basa-basi aku langsung meluncur ke studio 1. Film berjalan seru penuh kejutan dan berakhir dengan kredit di ujung layar. Aku segera meninggalkan bioskop tanpa menunggu credit scene,  ah aku malas. Nanti liat di yutup aja deh. 

Saat keluar bioskop aku melihat cuaca di luar cukup mendung. Hmmm. Sepertinya bakal ada hujan. Atau malah abis hujan? Ya sudah aku masuk ke gramed dulu deh. Sekalian mencuci mata karena capek abis liat layar besar di bioskop. 

Beberapa belas menit aku habiskan muter-muter di toko buku tersebut. Tak ada buku yang menarik. Segera saja aku keluar tanpa membeli apapun. Dari pintu depan Gramedia kulihat langit di luar gedung. Masih cukup mendung,  bahkan malah gerimis. Anjay gimana ini. 

Ya udah deh. Aku akan ke hypermart buat nunggu cuaca cerah sambil cari kopi Excelso incaran. Biasanya sih aku beli di shopee,  namun untuk kali ini mending borong di sini aja deh. Sekalian nunggu cuaca agak cerah. 

Kopi sudah di dapat. Aku segera naik ke lantai atas. Berlenggang menuju pintu depan dan ndilalah bertemu Putri dan keluarga. Katanya doi notice gara-gara style berpakaianku. Setelah ngobrol sejenak aku segera menengok ke luar pintu utama. 

Dan tebak apa yang terjadi,  yes langit mulai turun hujan deras. Aku mulai menggerutu di dalam hati. Kalian tahu kenapa?  Soalnya motor aku parkir di luar. Saat itu aku tidak tahu lokasi parkiran bagian dalam Solo Square. 

Suara hujan terdengar bergemuruh. Perutku lapar. Dan aku sudah bosan di dalam Mall. Apa ya yang harus aku lakukan?